Budaya Berorganisasi Mahasiswa

Organisasi Mahasiwa adalah salah satu bagian yang penting dalam dunia akademisi kampus, dikarenakan dengan organisasi mahasiswa mampu memahami banyak hal diluar kuliah atau tentu saja sebagai bahan pengembangan diri dan prestasi, baik itu di bidang olahraga, jurnalistik, himpunan mahasiswa yang kaitannya dengan jurusan masing – masing, kegiatan alam bebas dan lain sebagainya. Sebagai salah satu anggota sebuah organisasi mahasiswa di kampus, saya merasakan betapa banyak manfaat dan skill yang dapat diraih dari kita berorganisasi, karena secara pribadi saya sadari bahwa saya tidak hanya akan mengandalkan IPK tinggi untuk hidup setelah lulus nanti. Hal ini mungkin banyak dirasakan juga oleh mahasiswa yang juga berorganisasi, karena bagi kami mahasiswa, organisasi adalah seni. Dimana kami akan merasa berkontribusi melalui kampus kami salah satunya melalui organisasi, baik itu dari segi kompetisi, acara yang kami selenggarakan ataupun jaringan yang telah dibangun melalui sebuah organisasi.

Namun kini sebagai mahasiswa fakultas teknik, budaya berorganisasi mahasiswa pada tahun – tahun terakhir ini seperti dibatasi. Berbicara sebagai salah satu anggota organisasi yang hidup sehari hari dilingkungan fakultas teknik, lingkungan fakultas teknik sendiri dirasa kurang mendukung aktivitas mahasiswa yang berbau organisasi. Hal ini dapat dilihat dengan adanya jam malam di lingkungan fakultas teknik. Kegiatan mahasiswa hanya dibatasi sampai jam 9 malam dan tidak bisa menggunakan sekretariat ketika hari sabtu dan hari minggu. Jika menggunakan sekretariat organisasi diatas jam 9 malam atau pada saat hari sabtu dan minngu maka harus menggunakan surat ijin tertulis yang dikeluarkan oleh pihak kemahasiswaan. Dan
ternyata setelah ditelusuri, hal ini tidak terjadi di fakultas lain. Sebagai mahasiswa, kami jelas tidak mengerti alasan jelas mengapa fakultas teknik diberikan jam malam sedangkan tidak untuk fakultas lain. Ketika melakukan audiensi dengan pihak dekanat pada bulan April 2015, kami tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan, justru menurut kami kami diberikan jawaban yang menurut kami konyol. Ketika kami meminta untuk jam malam di fakultas teknik ditiadakan, kami diberikan solusi untuk mendirikan secretariat organisasi kami diluar kampus Universitas Sebelas Maret dengan dibiayai oleh Pembantu Dekan III pada masanya.

Sebuah solusi yang menurut kami sederhana namun jika nantiya dilaksanakan akan membuat tercorengnya nama kampus UNS. Kenapa? Kita bisa dengan mudah mendirikan sekretariat organisasi diluar kampus dengan dibiayai oleh pemegang jabatan di fakultas kami, tetapi apa yang akan terjadi jika mohon maaf petinngi kampus kami yang bersedia membiayai sudah tidak memegang jabatan di kampus lagi atau sudah tidak mempunyai kewajiban di UNS dan kemudian bukan tercatat sebagai salah satu dosen lagi di UNS, bagaimana nasib organisasi kami nantinya? Mungkin hal ini terjadi pada satu organisasi mahasiswa saja, bagaimana jika organisasi lain meminta hal yang sama untuk bisa mendirikan sekretariat diluar kampus agar bisa mengadakan aktifitas organisasi lebih lama? Apa yang akan dilakukan para pemegang jabatan di lingkungan fakultas teknik? Belum lagi jika berita tentang pendirian sekretariatdengan dibiayai pejabat kampus ini tersebar di media massa, apa yang akan terjadi dengan nama universitas kebanggaan kami ini?

Sebagai mahasiswa salah satu universitas terbaik di Indonesia, kami sangat paham terhadap apa yang disebut dengan tanggung jawab. Baik tanggung jawab terhadap diri masing -masing, tanggung jawab menjaga nama baik kampus kami, maupun tanggung jawab lain yang nantinya akan berhubungan dengan kampus kebanggaan kami. Sedangkan sebagai anggota sebuah organisasi mahasiswa di kampus kami ini, di organisasi kami hanya berusaha mengasah softskill kami, memperluas jaringan kami, mencari wadah untuk minat agar mempertajam bakat kami, mempraktekkan teori yang kami dapat di kelas kami, mencoba peduli dengan lingkungan sosial kami dan kemudian menambah nilai pada CV kami nanti jika kami hendak bekerja, bukan tujuan negatif yang mungkin dikhawatirkan jika kami berkegiatan diatas jam 9 malam atau pada hari sabtu dan minggu. Akan sangat konyol sekali jika organisasi mahasiswa yang berbasis kegiatan alam bebas tetapi untuk membuka sekretariat untuk melatih skill kami dalam kegiatan alam bebas saja harus menggunakan ijin,itu artinya jika tidak diijinkan maka kami sebagai anggota organisasi mahasiswa tidak  mempunyai skill yang merupakan basic yang mewadahi organisasi kami. Logikanya, bagaimana kami sebagai mahasiswa bisa mencetak sebuah prestasi jika waktu latihan dan mengasah skill kami untuk kompetisi saja dibatasi atau bahkan tidak diberikan sama sekali. Yang paling memungkinkan saat ini dengan permasalahan tersebut adalah para pemegang jabatan di fakultas teknik agar dapat belajar dengan fakultas lain di UNS. Bagaimana fakultas lain bisa memberikan kepercayaan penuh terhadap mahasiswanya untuk melakukan aktifitas organisasi diatas jam 9 malam dan di hari sabtu dan minggu. Bagaimana membangun kepercayaan antara pemegang jabatan dan seluruh pengurus organisasi di fakultas masing masing. Seperti yang sudah tertulis diatas, kami sadar kami bertanggung jawab atas nama besar kampus kebanggan kami, itu artinya jika nantinya terjadi sesuatu dan itu disebabkan oleh pengurus sebuah organisasi, sanksi tegas wajib diberlakukan dan harus diterima jika terbukti melakukan hal yang mencoreng nama baik kampus.

Baca selengkapnya: Budaya Berorganisasi Mahasiswa

Penulis: Claudia Dewi Larasati 
Beri Like jika kamu sepakat dengan ide Claudia Dewi Larasati 

Skip to content