Dari Penjual Kompor hingga Wakil Rakyat

Adalah Mohamad Toha, dengan segudang usaha kerasnya kini menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dari fraksi PKB. Sebelum lelaki asli Sukoharjo ini merasakan nikmatnya kursi anggota dewan, ia berjuang melanjutkan studinya di Sastra Inggris Universitas Sebelas Maret Surakarta, jurusan yang ia idamkan sejak kelas 2 SMP, berkat guru bahasa Inggrisnya lah Ibu Karsinah, ia termotivasi.

Semua itu bermula ketika ayahanda dari lelaki yang kini berdomisili di Jakarta ini tutup usia kala ia menginjak semester tiga. Sebagai satu-satunya anak laki-laki di antara kakak dan adik perempuan, Toha bertekad membantu materi sang ibu sembari untuk menyelesaikan studinya.

Apa pun Toha lakukan hingga ia mendapat tawaran dan meng-iya-kan untuk mengajar di SMA Cokroaminoto 1 Solo. Kala itu ayah tiga anak ini masih menginjak semester lima pada tahun 1985. Selain menjadi guru muda, Toha juga bekerja sebagai sales asuransi dan penjual kompor. “Saya harus mencari tambahan sendiri, setidaknya untuk beli bensin agar yamaha bebek butut hijau kesayangan saya bisa jalan dari kartasura sampai kentingan, juga agar saya bisa memfotocopi buku teman-teman yang mampu beli buku untuk kepentingan kuliah.” aku dewan yang berada di fraksi PKB ini.

Pada akhir masa kuliahnya, mahasiswa angkatan 1983 yang nyaris DO ini masih sempat berjualan kompor, bahkan menawarkan produk kompornya ke lingkungan pegawai pusat UNS. Seringnya menawarkan kompor membuatnya dihafal Kepala Sekretariat Kantor Pusat UNS. Rezeki memang tidak lari kemana, giatnya berjualan kompor membuat lelaki yang suka membawakan lagu cadas dari grup Scorpion ini mewakili wisudawan lain untuk sambutan. “Meski IP saya rendah, lebih rendah dibandingkan sebagian besar teman-teman, saya didawuhi Pak Sunardi

Kepala Sekretariat kantor pusat UNS untuk sambutan mewakili wisudawan di halaman depan kantor pusat. Kebanggaan yg luar biasa bisa mewakili 500an lulusan UNS, dan peristiwa ini menjadi motivasi saya untuk jadi manusia unggul.” Cerita lelaki yang pernah menjadi sales eksekutif di dealer Toyota Solo ini.

Selepas mendapat gelar sarjana pada tahun 1989, lelaki yang lahir pada 25 Mei 1964 ini hijrah ke Magelang untuk menjadi tutor bahasa Inggris di Betania Internasional. Pasca itu alumni SMAN 1 kartasura ini menjadi editor dan penerjemah di PT. Erlangga Jakarta pada tahun 1991-1992. Setelah itu ia dikirim ke Jepang sebagai staf konsulat dan interpreneur selama kurang lebih dua tahun. Pada 1993 ia kembali ke tanah air sebagai penerjemah di beberapa penerbit. Selepas menjadi seorang penerjemah freelance yang hanya di depan komputer dengan gaji 5 juta per bulan, mantan penjual kompor ini tergerak melamar sebagai dosen Univet Bantara Sukoharjo pada 1995 ketika omongan tetangga sekitar mengatakan kerja Toha hanya main komputer sedang istrinya berangkat ngajar di SMA tiap pagi. Karena saat itu belum ada jurusan bahasa Inggris, Toha ditempatkan di FISIP Univet Bantara, bahkan terakhir karirnya di Univer Bantara sebagai pembantu Dekan III yang ikut memimpin demo mahasiswa pada 1998.

Dari sinilah Toha sang pekerja keras melanjutkan studi S2-nya dengan jurusan ilmu komunikasi di UNS dan tamat pada tahun 2003. Semasa kuliah S1, Toha tak hanya berkutat pada teori perkuliahan. Dulu diwaktu mudanya, lelaki yang pernah membentuk grup dangdut Nada Kecewa, yang “wataknya” sama dengan grup Suku Apakah darir Fakultas Sastra dan Seni Rupa juga bergabung dalam Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), hingga ia pernah menjabat sebagai kabid HMI cabang Surkarta. Selain itu pecinta musik rock ini juga turut aktif dalam Unit Pelaksana Kegiatan Kerohanian Islam (UPPKI) “Tidak melulu dunia keagamaan. Saya juga suka sekali dengan seni, hingga saat itu saya mempunyai band zaman di kampus dulu. Namanya Macbeth band “, ungkap lead gitar dalam band rock itu. Kegemarannya dengan musik pun mengantarkan sosok Toha untuk membangun studio musik, hingga kini ia memiliki tiga studio musik yang berada di Sukoharjo dan Kartasura.

Menjadi dosen di ilmu politik Univet Bantara, membuat lelaki yang pernah bekerja sesuai cita-citanya di Departemen Luar Negeri ini dianggap tahu politik. “Padahal yang sebenarnya saya tidak tahu politik dan gak senang dengan politik. Namun demikian ternyata saya sekarang malah berkarir di politik” ungkapnya. Sampai akhirnya Toha menduduki kursi wakil bupati dua periode 2000-2005 lanjut 2005-2010 bersama Bupati Bambang Riyadi.

Pemilu legislatif 2009 membawa Toha menjadi anggota DPR RI hingga sekarang. Tak berhenti di sini, pemilu 2014 nanti Toha akan terus membaktikan diri kepada masyarakat dengan mencalonkan lagi sebagai anggota DPR RI dari PKB mewakili daerah pemilihan Jateng V.

That’s life….. Yang terpenting dari semua perjalanan hidup saya adalah bahwa keberhasilan akan ditentukan oleh usaha kita, doa dan ridlo or-ang tua, dan tentunya garis Tuhan YME, yang setiap saat kita berdoa kepadaNya. Filosofi saya adalah khoirunnas ‘anfauhum linnas (sebaik-baik manusia adalah yg bermanfaat bagi sesama).[]

Skip to content