Letkol Arief Sulistiyo Dan Kegemarannya Dengan Sejarah

Arief Sulistyo lahir di Wonogiri, 12 Desember 1959. Dia adalah lulusan Ilmu Sejarah, Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret. Suami dari Emmy Roosylawati dan ayah dari tiga orang anak ini adalah seorang Letkol Laul di Markas Besar Tentara Nasional Indonesia. Sekarang dia menjabat sebagai Kepala Museum Satria Mandala, Jakarta.

Cerita Arief untuk mencapai karirnya seperti saat ini penuh dengan kisah menarik. Saat ia mahasiswa, ada yang mengejek pilihan bidang studi yang digelutinya. Dia ingat betul ada yang mengatakan kepadanya, arep dadi opo kowe njikuk jurusan sejarah (Mau jadi apa kamu mengambil jurusan Sejarah). Kala itu terbersit rasa dongkol dihatinya. Namun saat itu juga ejekan tadi mencadi cambuk motivasi bagi Arief. Ia berjanji kepada dirinya sendiri bahwa ia akan mencari pekerjaan yang masih berhubungan dengan jurusan pilihannya hingga ia mencapai sukses. Setelah lulus kuliah pada tahun1986, Arief mencoba melamar pekerjaan ke Pusat Sejarah dan Tradisi ABRI (sekarang Pusat Sejarah TNI disingkat Pusjarah TNI) untuk menjadi Pegawai Negeri Sipil ABRI. Pucuk dicinta, ulampun tiba. Arief berhasil melalui tes dan akhirnya diterima dan ditugaskan di Monumen Pancasila Sakti yang merupakan salah satu instalasi Pusjarah TNI. Setelah memulai karir di tempat kerjanya, Arief kemudia berfikir tentang jenjang karirnya ke depan. Mengingat statusnya sebagai PNS yang bekerja di institusi militer, maka peluang peningkatan karir yang bisa ia perjuangkan adalah nol jika dibandingkan dengan personal militer yang lain. Berawal dari pemikiran itu, ia termotivais untuk mendaftarkan diri menjadi perwira militer melalui Sekolah Perwira Militer Wajib ABRI dan akhirnya diterima. Lulus pada tahun 1989, Arief kemudian ditugaskan kembali di Pusjarah TNI.

Lelaki berdarah Jawa ini juga pernah mengikuti pendidikan khusus seperti Suspajrah ABRI Bidang Dokumen dan Perpustakaan, Suspajrah ABRI Bidang Penelitian dan Penulisan, Sus Scuba Diver, dan masih banyak lagi. Selain itu ia pernah ditugaskan dalam berbagai operasi seperti Operasi Surya Bhaskara Jaya di Sumatera Utara dan Nias pada tahun 1990 dan Missing

in Action Research Team Australia di Entikong pada tahun 2009. Karir Arief menunjukkan bahwa sesuatu yang dilakukan dengan sungguh- sungguh akan berbuah manis. Pada tahun 1989 Arief adalah seorang Kepala Urusan Risjarah Subdit Jarah Ditwatpersal di Bakas Besar AL dan pada tahun 2010 ia telah memegang jabatan sebagai Kepala Museum Satria Mandala. Sebuah kesusksesan yang ia percaya tidak serta merta datang tanpa usaha dan doa.

Sebagai Kepala Museum, Arief bertekad untuk menjadikan Museum Satria Mandala sebagai salah satu wadah pembentukan semangat keprajuritan dalam rangka pertahanan negara melalui penyelenggaraan pembinaan sejarah. Lebih lanjut visinya sebagai Kepala Museum Satria Mandala adalah melaksanakan pembinaan sejarah dan tradisi TNI melalui mu-seum, mewujudkan museum Satria Mandala sebagu rujukan museum di lingkungan ABRI serta menjadikannya destinasi wisata sejarah di DKI Jakarta.

Ada hal yang menarik dari perjalanan karir Arief. Arief pernah merasakan sebuah miracle (keajaiban) ketika menjalankan tugas di Monumen Pancasila Sakti. Ia mengalami sebuah kejadian yang sangat membekas di benaknya. Disamping kantornya, ada seorang ibu penjual nasi yang pernah mendoakan dirinya. Saat itu sang ibu penjual nasi mendoakan dirinya bahwa suatu saat Arief akan menjadi kepala Monumen. Arief yang masih berstatus calon PNS pada saat itu hanya menganggap doa ibu penjual nasi tersebut sebagai angin lalu. Namun, hebatnya 17 tahun setelah kejadian itu, tepatnya tahun 2005, Allah SWT memudahkan jalan Arief dalam berkarir hingga kemudian ia diberikan amanah untuk menjabat sebagai Kepala Monumen Pancasila Sakti. Arief merasa bahwa kejadian tersebut sangat bermakna bagi perjalanan karir maupun hidupnya. Ia mengambil sebuah hikmah besar di balik peristiwa itu, bahwa manusia tidak boleh meremehkan orang lain apapun kedudukan, pangkat dan jabatannya.

Bagi anak pasangan Soewarso Hadi Soetjipto (alm) dan Soedarsih ini, fotografi, travelling dan olahraga diving adalah hal- hal yang sangat ia gemari. Namun ia mengaku bahwa diatas kesemua kegemaran tersebut, ia jauh lebih senang menikmati hidup. Baginya hidup ini sangat indah dengan suka dan duka didalamnya. Sangat disayangkan jika hidup yang begitu indah ini tidak dinikmati dan disyukuri.

Skip to content