Senang, Sepenuh Hati dan Serius

Herlambang Bayu Aji, SS

“Kalau kita ragu bahwa akan mendapat kesenangan dalam bekerja, jangan dekati profesi itu. Dekati profesi yang benar- benar kita senangi. Kalau sudah senang, pasti kita akan sepenuh hati menjalankannya.”

Begitulah ungkapan lelaki yang akrab disapa Bayu ini menjawab tentang rahasia sukses karirnya. Lelaki lulusan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret ini mengatakan bahwa sekarang dirinya belum merasa sukses. Meskipun demikian ia senantiasa bersyukur dengan apa yang ia dapatkan hingga saat ini. Karirnya di Jerman seperti yang ia jalani sekarang ini merupakan karir yang sangat ia cintai. Dia menyadari sejak awal bahwa pekerjaan yang akan dia kerjakan adalah pekerjaan yang dilakukannya karena senang, bukan karena hal lain. Tiga kata kunci yang ia pegang dalam pekerjaannya, Senang, Sepenuh hati dan Serius. Seniman yang kini berdomisili di Jerman ini menambahkan bahwa senang saja tidak cukup untuk membangun sebuah pekerjaan. Baginya, menjaga hubungan dengan orang lain mulai dari partner kerja, jaringan dan pengguna jasa juga menjadi poin penting. Semua orang yang terlibat dalam pekerjaannya dianggap sebagai rekan kerja yang sangat penting untuk bersama- sama memutar roda pekerjaan.

Bayu merupakan penemu Wayang Rajakaya yang menjadi ikon keseniannya hingga saat ini. Semua bermula pada tahun 2005 saat Bayu, seperti mahasiswa lainnya harus membuat tugas di masa akhir kuliahnya. Dia memilih untuk melukis motif wayang sebagai tugas akhirnya. Alih- alih melukis wayang purwa yang kebanyakan berdasarkan cerita Hindu seperti Mahbarata dan Ramayana, lukisan bayu lebih mewakili sebuah perlambang hewan- hewan yang dalam tradisi Jawa Kuno sering disebut Rajakaya. Karya lukisan Wayang Rajakaya ini disebut- sebut merupakan sebuah kombinasi antara Wayang Kancil (dengan karakter manusia dan hewan) dan Wayang Purwa. Wayang Rajakaya yang bermula dari sebuah tugas akhir ini kemudian dikembangkan untuk kepentingan teatrikal. Bayu mentransformasi lukisan- lukisannya menjadi bentuk bergerak dengan menggunakan konstruksi dasar pembuatan wayang.

Dalam berkarya di bidang seni wayang, Bayu yang juga penerima Beasiswa Ungulan P3SWOT Dikti ini mempunyai misi agar apa yang dia kerjakan saat ini dapat berjalan kontinyu dan juga berkembang. Dia tidak ingin karya serta ekspresi seninya stagnan dan mandeg. Sejak Oktober 2012 ia juga meneruskan studi masternya di jurusan seni, “Art in Contex” Univer-sity of Art di Berlin. Dengan begitu ia merasa akan senantiasa belajar menambah ilmu pengetahuan dan mengembangkan karya- karyanya sekaligus menjalani semua proses kreatif seperti yang telah dilakoninya selama ini. Wayang Rajakaya yang merupakan karya orisinil Bayu telah berinovasi dan menjelajah benua biru dan melanglang di berbagai pertunjukan maupun workshop. Bayu mengatakan bahwa ia akan terus melakukan workshop dan pementasan di berbagai tempat serta melakukan terobosan- terobosan seperti berkolaborasi dengan berbagai seniman dengan latar belakang budaya yang berbeda. Terobosan seperti ini memungkinkannya untuk bertukar pengetahuan tentang budaya yang berbeda dengan seniman lain. Hal inilah yang kemudian membantunya untuk berinovasi dalam karya- karya Wayang Rajakaya-nya. Dia ingin memodifikasi cerita- cerita dari Eropa untuk diaplikasikan dalam pertunjukan wayangnya. Sejauh ini ia telah menggubah beberapa cerita seperti Pangeran Kodok dari Grimm Bersaudara, Pangeran Kecil-nya Antonie de Saint- Exupéry dan satu cerita dari Willhelm Hauf. Dengan gubahan yang ia lakukan, ia berharap wayang Rajakaya bisa diterima lebih mudah oleh masyarakat Eropa khususnya masyarakat Jerman.

Lelaki kelahiran Solo 21 Mei 1982 ini juga aktif mengikuti berbagai pameran baik solo, grup maupun kolaborasi. Bayu juga pernah melakukan pameran dengan judul namanya sendiri “Herlambang Ayu Aji” pada tahun 2008. Sederet pameran, pertujukan dan proyek kolaborasi seperti Mencari Seorang Raja (Solo, 2009), Wayang Rajakaya- Contemporary Shadow Pup-pets (Berlin, 2011), The Death of Free Media (Belanda, 2012) dan Ich bin kein Froschkönig (Berlin, 2013) pernah ia sambangi dengan menampilkan karya- karyanya.

Dalam hal keluarga, Bayu mengaku bahwa keluarga dan istrinya mempunyai andil yang sangat besar dalam membentuk karakternya seperti yang sekarang ini. Pria yang mempunyai motto hidup “Lihat, pikir lalu kerjakan, kerjakan, kerjakan sampai berhasil” ini belajar bahwa berjuang hidup di tengah kesulitan dan bagaimana keseriusan dalam bekerja adalah hal sangat penting dalam perjalanan pemaknaan hidupnya. Itulah mengapa ia selalu mengerjakan karya- karyanya dengan senang dan juga serius. Hidup sebagai bungsu dari sepuluh bersaudara membuatnya mengerti bahwa hidup memerlukan sebuah kerja keras. Sedangkan sang istri tercinta, Camilla Kussl, senantiasa menjadi pendamping setia Bayu dalam menjalani karir kreatifnya di Jerman. “Kepercayaan dan cinta kasih yang saya dapat memberi kemantapan hati untuk selalu berkarya lebih baik,” begitu ungkapnya tentang peran istri dalam kehidupannya.

Skip to content