dr. Ponco Agus Prasojo, Sp.B-KBD, Mengenal Kesahajaan Kepala RSPAD Gatot Subroto

dr. Ponco Agus Prasojo, Sp.B-KBD

Ia dikenal sebagai Kepala Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto, Jakarta. Di tengah kesibukannya, pria bernama lengkap dr. Ponco Agus Prasojo, Sp.B-KBD ini mau menyempatkan diri diwawancarai oleh tim penyusun. Menjelang sore hari, ketika dihubungi melalui telepon, Ponco menjawab segala pertanyaan dengan ramah. Logat Jawa Tengah yang khas, terdengar masih kental dalam suaranya.

Alumni UNS, dr. Ponco Agus Prasojo, Sp.B-KBD
Alumni UNS, dr. Ponco Agus Prasojo, Sp.B-KBD

“Ah, masa, sih, nama saya ada di situ?” tanya dokter kelahiran 1958 ini ketika tim penyusun mengaku sempat membaca nama Ponco di berbagai situs berita sebagai Tim Dokter Kepresidenan. Tawa kecil terdengar dari suaranya, berusaha merendah bahwa dirinya tidak cukup terkenal untuk tercantum di situs berita nasional.
Dibesarkan oleh orang tua yang tidak memiliki latar belakang dokter, Ponco terinspirasi oleh ayahnya yang bekerja sebagai tentara kesehatan. Berangkat dari hal itulah, pria yang pernah mengenyam pendidikan menengah atas di SMAN 5 Surakarta ini memilih Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret sebagai pendidikan tingginya. Ponco mengaku ingin menjadi lebih baik dari ayahnya. Selepas lulus SMA, FK ia rasa sebagai pilihan fakultas yang bagus di UNS. Maka, ia pun memutuskan mendaftarkan diri. Bagi Ponco, menjadi dokter adalah salah satu cara berkontribusi bagi negeri. “Saya masih merasa biasa saja, tidak ada yang istimewa dari saya,” tutur pria yang dulu pernah menjadi kepala RS di Timor Timur ini.
Ponco mengaku tak menyangka akan menjadi salah satu alumni UNS terbaik dalam Dies Natalis ke-39 UNS 2015. Pria yang kini menetap di Jakarta ini lulus dari Fakultas Kedokteran UNS pada tahun 1985. Kepada tim penyusun, Ponco menceritakan perjalanan studi dan kariernya hingga sekarang ini. Ia juga bercerita tentang prosesnya menempuh pendidikan militer setelah lulus dari Fakultas Kedokteran UNS. Sifatnya yang pekerja keras dan ulet, telah menuntunnya menjalani karier kedokteran hingga kini menjadi dokter subspesialis bedah digestif. Setelah lulus dari UNS, Ponco menempuh wajib militer selama empat bulan sebelum dilantik menjadu letnan pada 1986. “Saya menjalani langkah bertahap, menjadi tentara, dokter batalyon, dokter TNI, dan seterusnya,” jelasnya.
Menjadi dokter TNI dan bekerja dalam instansi angkatan darat, Ponco mengaku terlatih dalam hal kedisiplinan dan keamanan terkait kode etik dokter yang harus dipatuhinya. Dokter yang menamatkan pendidikan dokter spesialis di Universitas Padjajaran ini juga menceritakan, untuk meniti karier dokter, seorang lulusan kedokteran bisa memilih beberapa jalur, yakni TNI, pendidikan, dan Kemenkes. Kala itu, Ponco lebih memilih bergabung dengan TNI meski tidak semua orang mengetahui bahwa dokter bisa mengembangkan pendidikannya dengan menjadi TNI. “Selain pangkat, di TNI, dokter bisa mengembangkan karya dan pendidikan mereka,” tutur Wakil Ketua Tim Dokter Kepresidenan.
Ketika berkuliah di UNS, Ponco lebih banyak menghabiskan waktunya untuk belajar dan berolahraga. Pria yang lahir, tumbuh, dan besar di kota Surakarta ini bahkan pernah mengikuti Karate Lemkari di sela-sela waktu kuliahnya. “Saat ini saya masih senang berolahraga, tapi paling-paling hanya jogging atau pun bersepeda,” kata Brigadir Jenderal TNI ini.
Meski mendedikasikan hidupnya dalam dunia kesehatan, Ponco mengaku tak pernah mengharuskan anak-anaknya menempuh pendidikan dokter. Ayah tiga anak ini membebaskan anak-anaknya untuk memilih bidang studi mereka masing-masing. Sembari tertawa kecil, ia menceritakan ketiga anaknya yang masing-masing mengambil bidang psikologi, hukum, dan ekonomi.
Hingga kini, dokter yang menjadi pengurus Perhimpunan Dokter Spesialis Bedah Digestif Indonesia–IKABDI Pusat—ini masih terus mengikuti perkembangan kampus UNS Surakarta. Ponco mengaku sangat salut dan bangga atas akreditasi A yang diperoleh UNS. Ia juga berharap, UNS terus berkembang, dan Fakultas Kedokteran UNS terus meningkatkan kualitas sehingga mampu mencetak lebih banyak dokter profesional yang berkontribusi bagi dunia kesehatan Indonesia.
“Semoga semakin banyak dokter profesional lulusan UNS, yang berkiprah di dunia kesehatan, tidak hanya di wilayah Jawa Tengah, tetapi juga nasional,” ujar Ponco menyampaikan harapannya untuk UNS di usia yang ke-39 tahun. [*]

Skip to content