Javanologi UNS Helat Seminar Internasional “Javanese Royal Lifestyle”

Javanologi UNS
Pusat Studi Javanologi LPPM Universitas Sebelas Maret (UNS) menggelar seminar internasional bertajuk “Penguatan Nilai dan Pengembangan Tradisi Karaton pada Era Industri Budaya Antarbangsa”, Jumat (20/2/2015). Bertempat di ruang Indraprastha, Pusdiklat UNS seminar kali ini menghadirkan Mr. Hoosho (Kyoto – Jepang), Prof. Masakatsu Tozu (Tokyo – Jepang), Dr. Bahtiar Mohamad (UUM – Malaysia), Prof. Drs. Pawito,Ph. D. (Javanologi LPPM UNS), KGPH. Puger (Keraton Kasunanan), dan KRMH. Daradjadi Gondodiprojo ( Pura Mangkunegaran) sebagai pembicara.

Royal Lifestyle diambil sebagai payung utama seminar mengingat Keraton Kasunanan dan Pura Mangkunegaran menjadi trendsetter bagi masyarakat Jawa di masa lampau dalam bentuk kebiasaan dan gaya hidup bangsawannya. Kini, tradisi dan gaya hidup telah mengalami perkembangan dalam wujud perubahan sosial, perkembangan selera budaya, dan ideologi kultural yang menjadi identitas publik di Surakarta. Sebanyak 150 peserta seminar mendengarkan paparan dari pembicara mengenai kajian upacara tradisional keraton, kuliner keraton, jamu tradisional keraton,serta perawatan (body treatment) keraton.

“Kemarin saya melakukan penelitian bersama di Mangkunegaran dan saya mendengar penjelasan bahwa keraton juga mengadakan ritual atau acara menanam padi dan juga menuai padi, “ ujar Tozu dalam uraiannya. Tozu menambahkan, di Jepang sendiri ritual yang paling penting adalah ritual menanam padi yaitu kaisar sendiri menanam padi, memanen padi, dan mempersembahkan hasil itu kepada dewa-dewa. Acara tersebut dilakukan dengan baju, acara, alat yang khusus. Sedang pada tahun baru, kaisar melakukan ritual yang lain. Sebelum zaman Meiji semua ritual hanya dilakukan oleh keluarga kerajaan saja. Setelah zaman Meiji, orang biasa pun bisa ikut melakukan ritual.

Daradjadi dalam paparan yang ia beri judul Gaya Hidup Bangsawan Mangkunegaran Tahun 1870 – 1944 menjelaskan perubahan Pura Mangkunegaran. Salah satu bentuk perubahan yang disampaikan yaitu perubahan tradisi. Para bangsawan yang semula berada dalam lingkup masyarakat tradisional, berubah menjadi anggota masyarakat modern. Para bangsawan melakukan penyesuaian gaya hidup dengan kondisi kehidupan yang dihadapi melalui percampuran kebudayaan tradisional dengan kepentingan pribadi dan masyarakat luas. [anna.red.uns.ac.id]

Skip to content