Meski Baru Pertama, Seminar Pendidikan dan Budaya Jepang Dapat Sambutan Baik

Seminar Pendidikan dan Budaya Jepan
Pusat Studi Jepang Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta bekerja sama dengan Japan Foundation sukses gelar Seminar Pendidikan dan Budaya Jepang, Sabtu(24/10/2015).
Pusat Studi Jepang Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta bekerja sama dengan Japan Foundation sukses gelar Seminar Pendidikan dan Budaya Jepang, Sabtu(24/10/2015).

Pusat Studi Jepang Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta bekerja sama dengan Japan Foundation sukses gelar Seminar Pendidikan dan Budaya Jepang, Sabtu(24/10/2015). Seminar yang diselenggarakan di aula Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) ini berhasil menarik 130 lebih peserta meski baru pertama kali dilaksanakan oleh Pusat Studi Jepang (PSJ), dan juga pertama kali di UNS. Jumlah ini melebihi target peserta dari panitia.

Tadashi Ogawa – Direktur Japan Foundation, Ahmad Yunus dan Tonang Dwi Ardyanto dihadirkan sebagai pembicara. Tadashi Ogawa menyampaikan budaya Jepang serta karakteristik orang Jepang. Sementara itu Ahmad Yunus yang merupakan lulusan Okayama University berbagi pengalaman studi lanjut di Jepang. Sedang Tonang Dwi Ardyanto membagi tips dan trik mendapatkan beasiswa studi lanjut di Jepang.

Tadashi Ogawa menguraikan materinya dalam lima bahasan yakni manga anime, film Kurosawa, Gunung Fuji, Sumo, En-nichi (hari festival /Matsuri-no-Hi). Ogawa menjelaskan sejarah manga dan anime hingga pengaruhnya di dunia. Manga dan anime dapat dianggap sebagai kebudayaan tradisional yang berasal dari Hokusai lalu ke Tezuka Osamu dan Miyazaki Hayao. Kini, soft power ini mempengaruhi film-film Hollywood.

Di Jepang, Manga berkembang sangat cepat sehingga menjadi alat komunikasi sosial yang familiar. Ogawa mengatakan, akhir-akhir ini Manga diterbitkan tidak hanya untuk hiburan tetapi juga untuk kritik, panduan atau tujuan edukatif. Administrasi publik dan perusahaan-perusahaan menggunakan teknik Manga dalam buku panduan, leaflet, dan lembar-lembar publikasi. Tren tersebut mulai berlaku di dunia.

Kenalkan PSJ UNS

Danar Praseptiangga, Kepala PSJ UNS mengapresiasi antusiasme peserta seminar. “Kita ingin memperkenalkan eksistensi Pusat Studi Jepang tidak hanya di lingkup UNS saja tetapi di lingkup yang lebih luas. Bahkan, lingkup luar karena kita juga bekerja sama dengan universitas-univeritas dari luar. Banyak dosen kita yang juga lulusan jepang,” ujarnya di sela-sela acara. Danar berharap, selanjutnya kegiatan seperti ini bisa semakin mempererat hubungan dengan partner maupun kolega, dalam hal ini kerja sama dengan Japan Foundation, untuk kegiatan lain dalam bidang pendidikan dan penelitian. Danar juga menyampaikan selain kerja sama melaui penyelenggaraan seminar, Japan Foundation juga telah memberikan sejumlah buku melalui hibah.

Tadashi Ogawa menguraikan materinya dalam lima bahasan yakni manga anime, film Kurosawa, Gunung Fuji, Sumo, En-nichi (hari festival /Matsuri-no-Hi).
Tadashi Ogawa menguraikan materinya dalam lima bahasan yakni manga anime, film Kurosawa, Gunung Fuji, Sumo, En-nichi (hari festival /Matsuri-no-Hi).

Meski baru dua tahun berdiri PSJ UNS sudah melakukan kerjasama dengan pihak Jepang, salah satunya kerja sama dengan Nagoya University melalui Well Being in Asia Program; pertukaran dalam bidang akademik dan penelitian. Selain itu, PSJ bekerja sama dengan Nagoya University, MAN 2 Solo, serta Departemen Agama berhasil mendirikan Musium Pendidikan Islam pertama di Indonesia yang terletak di sebelah masjid Agung Solo.

Selain seminar, acara juga dimeriahkan dengan stand pendidikan dari sembilan universitas Jepang yang selama ini menjadi tempat studi para dosen UNS, yaitu Nagoya University, Hiroshima University, Okayama University, Gifu University, Tottori University, Shizuoka University, Osaka University, Kyushu University, dan Kokushikan University. Rencananya, bersama dengan Ichirorenji- komunitas pecinta Jepang, PSJ akan menyelenggarakan Japan festival tahun depan.[](nana.red.uns.ac.id)

Skip to content