Seminar Nasional Javanologi UNS: Menyoal Nasionalisme dan Pemikiran Bung Karno untuk Indonesia

F.X. Hadi Rudyatmo, Walikota Surakarta menjadi salah satu pembicara Seminar Nasional “Nasionalisme dan Pemikiran Bung Karno untuk Indonesia, Senin (15/6/2015).

Pusat Studi Javanologi Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Sebelas Maret (UNS), Perpustakaan Proklamator Bung Karno, dan Pemerintah Kota Surakarta bekerja sama menggelar seminar nasional bertajuk “Nasionalisme dan Pemikiran Bung Karno Untuk Indonesia”, Senin (15/6/2015). Bertempat di Ruang Indraprastha, Pusdiklat UNS, seminar ini menghadirkan pembicara utama yaitu F.X. Hadi Rudyatmo (Walikota Surakarta), Drs. Suyatno, M.Si. (Kepala Perpustakaan Proklamator Bung Karno), dan Dr. Isharyanto, M.Hum. (Institut Javanologi-UNS).

F.X. Hadi Rudyatmo, Walikota Surakarta menjadi salah satu pembicara Seminar Nasional “Nasionalisme dan Pemikiran Bung Karno untuk Indonesia, Senin (15/6/2015).
F.X. Hadi Rudyatmo, Walikota Surakarta menjadi salah satu pembicara Seminar Nasional “Nasionalisme dan Pemikiran Bung Karno untuk Indonesia, Senin (15/6/2015).

Seminar ini berupaya menyoal kembali nasionalisme dan pemikiran Bung Karno dari berbagai perspektif. Fokus pada seminar ini pun merujuk pada aktualisasi ajaran Bung Karno, Perpustakaan Proklamator Bung Karno sebagai referensi kebangsaan Indonesia dan kebesaran sejarah masa lampau dan gagasan para pejuang bangsa tentang nasionalisme.
Suyatno memaparkan materi berjudul Perpustakaan Proklamator Bung Karno sebagai Referensi Kebangsaan Indonesia. Dia menjelaskan bahwa sebagai referensi, perpustakaan yang dikelolanya menyediakan informasi yang berhubungan dengan literatur-literatur kebangsaan atau nasionalisme. Selain itu, dia juga menjelaskan tujuan Perpustakaan Proklamator Bung Karno juga menjadi pusat studi, rujukan, pelestarian, pengembangan tentang kebudayaan dan nasionalisme Indonesia berbasis koleksi perpustakaan.
Sementara itu, Dr. Isharyanto, M.Hum memberikan catatan untuk tantangan Indonesia di masa depan. Baginya, sebagai generasi penerus bangsa kita dihadapkan pada dua sisi tantangan: menjaga kemurnian esensi serta hakikat nasionalisme serta berupaya secara aktif mengantisipasi perkembangan situasi zaman, khususnya arus globalisasi yang sedemikan hebat pengaruh dan implikasinya. Dia pun mengungkapan bahwa perubahan zaman bukan berarti perubahan esensi dan hakikat perjuangan. Perubahan terjadi hanya pada bentuk atau format perjuangan. Perjuangan pada masa lampau terjadi dalam bentuk fisik, sedangakan hari ini perjuangan terselanggara dalam bentuk non-fisik. Sedang F.X. Hadi Rudyatmo berulang kali menyampaikan esensi seorang pemimpin. “Pemimpin itu pelayan rakyat,”ujarnya.[] (inang.red.uns.ac.id)

Skip to content