Teliti Alat Penangkap Sinyal Myoelectric, Susy Susmartini jadi Guru Besar ke 167 UNS

gubes

Keprihatinan terhadap penyandang disabilitas yang belum memiliki alat bantu yang nyaman dan berfungsi sebagaimana mestinya menggerakkan Prof. Dr. Ir. Susy Susmartini, MSIE. untuk meneliti alat penangkap sinyal myoelectric. Dengan judul penelitian “Empowering Disability, Pemberdayaan Kaum Diffabel untuk Kemajuan Dunia Industri Indonesia” Susy dikukuhkan menjadi guru besar ke 167 yang dimiliki Universitas Sebelas Maret (UNS) dan guru besar ke 6 di Fakultas Teknik UNS pada Selasa, (9/12/2014).

Artificialhand yang digunakan pada penderita amputasi tangan selama ini masih berfungsi sekadar kebutuhan kosmetik dengan kemampuan sangat terbatas,” terang. Susy melanjutkan artificialhand yang fungsional atau yang dikenal sebagai myoelectric artificialhand sudah dikenal namun masih menjadi barang langka dan mahal di Indonesia. Terlebih, alat bantu tersebut harus diimpor pengadaannya.

Di bidang keilmuan teknik industri, bidang yang ditekuni perempuan kelahiran 61 tahun silam ini, rasa aman, nyaman dan sesuai kebutuhan dalam beraktivitas, merupakan syarat mutlak untuk mencapai peningkatan efisiensi dan efektifitas kerja yang sangat besar pengaruhnya dalam upaya peningkatan produktivitas sistem. Susy meyakini upaya memfungsikan artificialhand sangat dimungkinkan karena sesungguhnya terdapat sinyal listrik (myoelectricsignal) di dalam tubuh manusia yang dapat dimanfaatkan. Sinyal tersebut dikirim oleh otak melalui saraf untuk membangkitkan kontraksi otot sesuai dengan kehendak manusia untuk melakukan suatu aktivitas.

Namun, Susy masih menyadari upaya tersebut bukan hal mudah meski bukan hal musthil untuk dilakukan. Sinyal myoelectricsangat kecil, yaitu 30 mVolt semetara untuk menggerakkan suatu motor aktuator kecil membutuhkan 5 Volt. Selain itu, noise yang sangat besar yang ditimbulkan oleh radiasi elektromagnetik dari jaringan daya listrik 50 Hz dan peralatan listrik non-linear yang memakai daya 220 Volts – 50 Hertz.

Alat penangkap sinyal myoelectric selanjutnya diharapkan dapat digunakan untuk mengembangkan beberapa alat bantu lain , selain myoelectric artificialhand seperti pengembangan alat bantu fisioterapi, wheelchair, dan alat bantu produksi untuk kebutuhan dunia industri. Disinggung soal harga, Susy berharap produknya kelak lebih murah “Artificialhandyang dipasaran dihargai 600 – 700 juta rupiah. Semoga kelak harga yang kita buat hanya sepersepuluhnya,” harap Susy. [anna red.uns.ac.id]

Skip to content