UNS Kukuhkan Salamah sebagai Guru Besar ke-173 bidang Ilmu Manajemen

Dalam bisnis, dulunya pelaku usaha hanya berpikir bagaimana melakukan proses produksi yang efisien. Kini, efisien pun harus diikuti perkembangan lingkungan yang dinamis. Perubahan lingkungan dan teknologi yang cepat, persaingan yang ketat dan tuntutan stakeholder yang bervariasi mendorong organisasi untuk menggunakan sumberdaya dan strategi yang lebih fleksibel. Keadaan inilah yang dilihat oleh Prof. Dr. Salamah Wahyuni S.U. untuk meneliti strategi fleksibilitas dalam organisasi. Dengan judul penelitian “Strategi Fleksibilitas Organisasi dalam Lingkungan Bisnis yang Dinamis”, Salamah dikukuhkan sebagai guru besar Universitas Sebelas Maret (UNS), Selasa (26/5/2015).

Salamah yang dikukuhkan sebagai guru besar bidang Ilmu Manajemen menjadi guru besar ke-173 UNS dan sebagai guru besar ke-10 yang dimiliki Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNS. Perempuan kelahiran 18 Januari 1950 ini menjelaskan, sebuah perusahaan tidak mampu bertahan tanpa mengikuti perubahan lingkungan yang terjadi. Tuntutan pelanggan untuk pemesanan dalam jumlah, waktu, dan biaya tertentu tidak bisa dibiarkan berlalu tanpa usaha memenuhinya, jika perusahaan masih ingin mempunyai pelanggan yang loyal.

Mengutip Miller dan Fricsen, Salamah mendiskripsikan bahwa lingkungan bisnis yang dinamis mempunyai karakteristik, yakni volatility dan unpredictable. Istilah volatility dan unpredictable merujuk pada perubahan. Volatility diartikan sebagai perubahan cepat, sehingga lingkungan bisnis yang dinamis dimaksudkan sebagai lingkungan dengan perubahan yang cepat dan tak terduga. Perubahan tak terduga berkaitan dengan naik turunnya permintaan barang atau jasa dan waktu yang tidak pasti.

Salamah mencontohkan keberhasilan sistem produksi Toyota dan JIT (Just in Time) yang membantu merespon perubahan dalam lingkungan yang dinamis, dengan memopulerkan ide fleksibilitas dalam sistem manufaktur tanpa mengorbankan efisiensi. Otomasi yang fleksibel menjanjikan perbaikan kemampuan meraih kesempatan ekonomi dan desain moduler mempertinggi respon pelanggan melalui fasilitas pengembangan dan pemasangan produk yang lebih cepat.

Salamah menyebutkan fenomena strategi fleksibilitas yang terjadi sampai saat ini, yaitu strategi fleksibilitas volume misalnya harga tiket menjadi mahal saat bepergian di musim liburan daripada hari-hari biasa; strategi fleksibilitas campuran (produk, volume, dan fungsional) misalnya pembungkus makanan dulu menggunakan daun, sekarang menggunakan plastik atau bahan lain dengan berbagai bentuk dan desain sesuai selera; fleksibilitas fungsional; fleksibilitas pengiriman(delivery flexibility); fleksibilitas sumberdaya manusia; fleksibilitas waktu dan tempat; dan fleksibilitas operasional.

Hasil penelitian yang dilakukan Salamah pada perusahaan mebel (eksportir) di Solo Raya menunjukkan bahwa semua menggunakan strategi fleksibilitas dalam menjalankan bisnisnya, meski dengan tipe dan tingkatan yang berbeda. Penelitian tentang fleksibilitas tenaga kontrak dan paruh waktu pada UMKM dengan 400 sampel UMKM di kota Semarang, Surakarta, Sragen, dan Kebumen menunjukkan hanya 22,25% dari mereka yang menggunakan tipe fleksibilitas ini. Hal tersebut dipengaruhi oleh ketidakpastian lingkungan dan ketatnya persaingan.

Salamah menyimpulkan untuk menghadapi lingkungan bisnis yang dinamis, turbulen, dan tidak pasti, setiap pengusaha yang ingin memenangkan persaingan, merebut pasar, dan menjaga loyalitas pelanggan harus memperhatikan strategi fleksibilitas. Pemilihan tipe fleksibilitas yang tepat akan meningkatkan kinerja usaha.[] (nana.red.uns.ac.id)

 

Skip to content