Search
Close this search box.

Hadirkan Air Bersih untuk Masyarakat, Alumnus UNS Inisiasi SIAB Indonesia

UNS — “Saya punya goals bahwa sebagai seorang engineering student saat itu, saya harus membuat suatu teknologi yang bisa berdampak sosial bagi masyarakat,” begitu tutur Ratih Rachmatika, alumnus Teknik Elektro Fakultas Teknik (FT) Universitas Sebelas Maret (UNS), yang juga Founder dan CEO SIAB Indonesia. Memiliki tekad demikian, wanita yang akrab disapa Ratih ini pun mantap mengembangkan SIAB atau ‘Siaga Air Bersih’ sebagai wujud kontribusinya bagi masyarakat sekaligus pilihan kariernya.

Ratih menjelaskan, SIAB Indonesia merupakan start-up yang bergerak di bidang sistem manajemen air berbasis Internet of Things (IoT) dan bertujuan untuk menjadi perusahaan teknologi dengan dampak sosial. Terutama bagi masyarakat yang belum mendapatkan akses air bersih.

Berbasis IoT, imbuh Ratih, artinya teknologi yang digunakan SIAB saling terintegrasi, sehingga manajemen air dari hulu ke hilir bisa dilakukan hanya dengan satu alat saja dan memungkinkan monitoring melalui ponsel pintar.

Ada tiga fitur atau produk milik start-up yang berbasis di Surakarta ini. Pertama, SIAB Monitoring untuk memonitoring kualitas air secara langsung pun daring seperti PH air, kekeruhan, suhu air, dan sebagainya.

Kedua, SIAB Distribusi atau Digital Water Meter yang digunakan untuk monitoring dan penyediaan informasi, baik bagi pengelola seperti SPAM dan PDAM maupun pelanggan di setiap rumah.

“Jadi Digital Water Meter ini ada yang dipasang di pusat air bersih atau di setiap rumah untuk memonitoring volume debit air di setiap rumah, biaya tagihan air, serta deteksi kebocorannya. Pemilik akun SIAB juga dapat berkonsultasi apabila air yang digunakan ada kendala. Fitur ketiga yg sedang kita kembangkan, ini automatic water filtration,” tutur Ratih.

Bermula dari Proyek Kreatif

Dirintis sekitar tahun 2017—2018 lalu, ide SIAB Indonesia bermula dari proyek kreatif atau tugas kuliah milik Ratih. Mata kuliah tersebut mewajibkan mahasiswanya untuk membuat sebuah sistem, hardware atau pun software.

Namun, Ratih sangat menyayangkan jika idenya hanya untuk memenuhi nilai kuliah. Ia sangat ingin memanfaatkan teknologi dan mengaplikasikan ide tersebut untuk menyelesaikan permasalahan di masyarakat.

“Dan permasalahan paling dekat dengan UNS saat itu ialah krisis air bersih di sekitar Bengawan Solo karena banjir. Saya mencari permasalahan dari banjir tadi. Coba memonitoring kualitas air secara daring, lalu muncul fitur baru di tahun-tahun selanjutnya,” ujar Ratih.

Ratih mengikuti beragam kompetisi produk-produk elektro untuk semakin menguatkan dan mengembangkan idenya. Hasilnya pun memuaskan. Hingga akhirnya ia mulai melihat peluang untuk masuk ke bisnis digital atau start-up serta mencari pasar SIAB Indonesia.

Hadirkan Air Bersih untuk Masyarakat, Alumnus UNS Inisiasi SIAB Indonesia

Berbekal Segudang Pengalaman

Tekad Ratih untuk terus mengembangkan SIAB Indonesia tentu juga dibekali dengan beragam pengalaman dan kemampuan. Menyandang gelar Mahasiswa Berprestasi UNS 2018, ia memiliki segudang prestasi gemilang di bidang IoT, teknologi, dan bisnis. Sedikitnya, ada 20 prestasi tingkat nasional juga internasional yang telah diraih.

Di antaranya 1st Runner Up Alternative Energy National Idea Competition, Hasanuddin Technofest 2017, 10th Big Finalist of 3rd International Biotechnology Competiton and Exhibition, Universiti Teknologi Malaysia; Top 20th Paper Competition, PPI UK, Warwick University, Warwick, United Kingdom,  1st Winner Start Up Category Top Generation Challenge.

Selain itu, Ratih memiliki pengalaman selama 2 tahun dalam bidang energi dan teknologi, serta terjun langsung dalam proyek pembangunan turbin air dan angin yang digunakan sebagai sumber energi untuk pengelolaan air bersih di Sungai Bengawan Solo

Hadirkan Air Bersih untuk Masyarakat, Alumnus UNS Inisiasi SIAB Indonesia
Hadirkan Air Bersih untuk Masyarakat, Alumnus UNS Inisiasi SIAB Indonesia

Tantangan

Beragam pengalaman di atas dibarengi dengan tantangan dan tuntutan belajar, khususnya perihal bisnis. Di awal, Ratih tidak memiliki pengetahuan apa pun tentang bisnis. Sampai saat ini, ia pun sering bertanya apakah ia mampu memimpin SIAB Indonesia.

“Mampu nggak ya, saya anak Teknik menjadi seorang CEO, menjadi founder. Harus ngerti business development-nya, managerialnya, financenya. Ya segala macam, tidak hanya soal leadership saja. Lalu funding atau modal. Di situ saya harus aktif ikut kompetisi, mencari investor untuk memulai bisnis ini,” terangnya.

Bahkan, Ratih rela bolak-balik Solo-Yogyakarta setiap minggunya untuk mengikuti inkubator UGM. Selama beberapa bulan ia digembleng bersama peserta lainnya untuk mengembangkan produk start-up masing-masing.

“Jadi menurut saya, setiap tantangan pasti ada solusinya, selalu ada jalan keluar, asal kita mau cari tahu ke sana kemari,” kata Ratih.

Usaha tidak mengkhianati hasil. SIAB Indonesia memperoleh sambutan positif dari masyarakat dan telah hadir di beberapa daerah di Jawa Tengah juga Yogyakarta. Beragam penghargaan dan kesempatan emas juga didapat.

Penghargaan pertama SIAB diperoleh ketika mengikuti Program “Top Generation Chellenge” gelaran Top Coffee dan Kompas TV. Kemudian menjadi bagian Program “NextDev Academy”  Telkomsel. Pada ajang “Thinkubator”  2019 yang diselenggarakan GRAB dan disiarkan secara langsung oleh Trans TV, SIAB Indonesia semakin dikenal luas. SIAB Indonesia juga menjadi pemenang dalam Program “Appcelerate” yang diadakan Lintasarta dan UGM. Humas UNS

Reporter: Kaffa hidayati
Editor: Dwi Hastuti

Scroll to Top
Skip to content