Mampu Mengimplementasikan Ilmu yang Diperolehnya, Hafidz Bagikan Komitmen Saat Menjadi Mahasiswa

Mampu Mengimplementasikan Ilmu yang Diperolehnya, Hafidz Bagikan Komitmen Saat Menjadi Mahasiswa

UNS — Bercita-cita sebagai entrepreneur, alumnus Fakultas Pertanian (FP) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta tidak sembarangan dalam mengambil setiap keputusan di hidupnya. Bagi Hafidz —begitu ia akrab disapa, melihat benefit di setiap peluang itu penting. Prinsip itu sudah ditanamkannya sejak duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA), yakni ketika ia memutuskan untuk mengambil studi di bidang pertanian di kampus UNS.

Kehidupannya sebagai mahasiswa tidak membuat Hafidz terlena. Ia tetap berpegang teguh pada cita-citanya. Salah satu keputusan yang ia ambil untuk menggapai cita-citanya adalah dengan mengikuti organisasi di Kampus UNS. Baginya, organisasi merupakan wadah untuk mengembangkan mental entrepreneur, seperti kemampuan leadership, management, dan problem solving. Tidak hanya itu, organisasi juga menjadi wadah untuk mengembangkan ilmu yang dimilikinya. Terbukti, dari keikutsertaannya di organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dan Ikatan Badan Eksekutif Mahasiswa Pertanian Indonesia (IBEMPI), ia bisa bertemu dengan petani-petani di Indonesia dan membagikan ilmu yang diperolehnya di bangku kuliah.

Kini, penerima Beasiswa Aktivis Nusantara (Bakti Nusa) ini aktif di bidang kewirausahaan dengan menjadi Co-Founder Desa Organik. Bisnis yang sudah digelutinnya sejak ia masih menjadi mahasiswa tingkat akhir ini terus bertumbuh dan bermitra dengan beberapa petani di Solo dan sekitarnya. Melalui Desa Organik, Hafidz  membantu para petani untuk mendistribusikan hasil panen mereka yang berupa produk pangan organic.

Sebelumnya, kepada tim uns.ac.id, Hafidz mengatakan bahwa ia sempat membuka usaha ‘Lapak Medis’. ‘Lapak Medis’ didirikannya sejak pandemi Covid-19 terjadi di Indonesia. Namun, karena bukan berasal dari latar belakang pendidikan kesehatan, ia memutuskan untuk meninggalkan bisnis tersebut dan beralih ke bisnis lainnya yaitu, Desa Organik. Menurutnya, ia dapat lebih mengeksplore bisnis Desa Organik karena memiliki background ilmu di bidang pertanian, yakni penyuluhan dan komunikasi pertanian.

Dibantu oleh investor, Hafidz mampu membangun Desa Organik yang bertempat di Palur, Sukoharjo, Jawa Tengah. Ia juga mulai memperluas jangkauan pasar dengan membuat website dan market place. Hingga kini, bisnisnya terus mengalami kenaikan omset sebanyak 35% perbulan.

Keberhasilan tersebut tidak digapainya begitu saja. Hafidz bercerita bahwa sebagai entrepreneur ia juga pernah merasakan masa-masa sulit.

“Masa-masa sulit itu di tahun pertama, di tahun 2020. Karena kita belum tahu kondisi pandemi ini seperti apa,” ujarnya kepada tim uns.ac.id pada Sabtu (7/8/2021).

Meskipun demikian, Hafidz tidak menyerah begitu saja. Mentalnya sebagai inovator sudah terbentuk sejak ia tergabung di organisasi BEM di mana ia dan kawan-kawannya harus memiliki program kerja terbaru setiap periode kepengurusan. Oleh karena itu, Hafidz dan tim bangkit dengan tetap menjual produk mereka melalui website dan market place. Hingga kini, Desa Organik terus melakukan pembaharuan dengan melakukan berbagai riset produk pangan organik lainnya, seperti gula kelapa organik, jamur organik, dan pengganti penyedap rasa yakni kaldu jamur organik.

Komitmen sebagai Mahasiswa Ala Hafidz

Mampu Mengimplementasikan Ilmu yang Diperolehnya, Hafidz Bagikan Komitmen Saat Menjadi Mahasiswa

Sebagai wirausahawan yang mampu mengimplementasikan ilmu dan berkontribusi memberikan solusi bagi permasalahan petani di Indonesia, Hafidz membagikan komitmen yang harus dimiliki oleh mahasiswa. Baginya, yang paling utama dan harus dimiliki oleh mahasiswa sebelum memutuskan untuk berkuliah adalah menentukan tujuan.

“Yang pertama kita harus punya tujuan kenapa kita harus kuliah. Tanpa tujuan nanti kita kebawa-bawa ke hal yang lain,” ujarnya.

Setelah menentukan tujuan kuliah, mahasiswa perlu membuat target selama menempuh pendidikan di kampus. Target tersebut dibuat untuk menggapai tujuan yang sudah ditentukan.

Selanjutnya adalah memperluas jejaring dan memperbanyak pengalaman. Kedua hal tersebut dapat diperoleh dengan mengikuti organisasi, komunitas, atau kegiatan adu bakat lainnya.

“Jangan sampai enggak ikut (kegiatan) apapun karena kuliah itu belajar di kelasnya cuma sebentar. Nanti kegiatan di luar kelas ini yang akan menentukan seberapa besar kita paham permasalahan di bidang ilmu kita,” ujar Hafidz.

Selain itu Hafidz juga mengajak mahasiswa untuk tidak menyia-nyiakan waktu dan memaknai proses yang dilalui.

“Kita harus memaknai hal-hal yang kita lewati, jangan sampai terlewat begitu saja,” ujarnya. Humas UNS

Reporter: Alinda Hardiantoro
Editor: Dwi Hastuti

Skip to content