Mengenal Arif Budisusilo, Alumnus UNS yang Kini Pimpin Solopos Media Group

Mengenal Arif Budisusilo, Alumnus UNS yang Kini Pimpin Solopos Media Group

UNS — Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta berhasil melahirkan banyak alumnus hebat yang kini tersebar di sejumlah daerah di Indonesia. Mereka tidak hanya sukses secara karier, namun juga memiliki kontribusi dan karya pengabdian bagi bangsa dan masyarakat yang luar biasa.

Salah satunya adalah Ir. Arif Budisusilo, M.M., alumnus Fakultas Pertanian (FP) UNS angkatan 1987 yang kini menduduki posisi sebagai Presiden Direktur Solopos Media Group.

Arif yang pernah menjabat sebagai Pemimpin Redaksi Bisnis Indonesia periode 2009-2016 ini, namanya sudah dikenal sebagai wartawan kawakan di kancah nasional.

Spesial pada Hari Pers Nasional (HPN) tahun ini, uns.ac.id berkesempatan mengulik perjalanan karier Arif, mulai dari kecintaannya pada dunia jurnalistik sejak mahasiswa hingga keberhasilannya menduduki jabatan mentereng di beberapa media.

Saat berbincang melalui Zoom Cloud Meeting pada Selasa (8/2/2022), Arif mengaku sejak duduk di bangku kuliah sudah mencintai dunia tulis-menulis.

Sebelum bekerja menjadi wartawan, ia suka mengirim artikel ke beberapa media, seperti Suara Merdeka, Wawasan, Bernas, hingga Panjebar Semangat yang merupakan majalah berbahasa Jawa tertua di Indonesia.

“Saya memang suka nulis waktu kuliah. Nulis-nulis aja terus mengelola majalah di Fakultas Pertanian namanya Mahita terus berganti nama menjadi Primordial,” ujar Arif, Selasa (8/2/2022).

Selain mengelola majalah di FP UNS, Arif juga bergabung dengan mahasiswa di fakultas lain untuk mengerjakan Tabloid Komponen untuk tingkat universitas.

Sayangnya, tabloid itu usianya hanya seumur jagung karena dibredel usai mengkritik kebijakan Normalisasi Kehidupan Kampus/Badan Koordinasi Kemahasiswaan (NKK/ BKK) di zaman Orde Baru.

Mencoba Peruntungan di Ibu Kota

Usai menamatkan studinya di UNS pada 1992, Arif kemudian beranjak ke Jakarta untuk mencari pekerjaan.

Karena tak ingin menganggur, Arif melakoni berbagai pekerjaan sembari menunggu panggilan kerja dari banyaknya lamaran yang sudah ia kirimkan.

Ia mengaku pernah melakoni pekerjaan sebagai sales elektronik canvassing dan sales buku ensiklopedia dan detailing produk farmasi.

Walau harus melewati masa-masa berat dalam hidupnya, Arif menilai hal itu membuat mentalnya semakin kuat dan berguna bagi karier dan profesinya saat ini.

Singkatnya, perjalanan Arif di Ibu Kota mulai menunjukkan titik terang tatkala ia diterima bekerja sebagai reporter di koran Harian Terbit, yang redaksinya berkantor di Pulogadung, Jakarta Timur.

Di titik ini Arif mampu memetik banyak pelajaran sebab tanggung jawab yang dilakoninya sebagai reporter di Harian Terbit tidaklah main-main.

Ia sering berkutat dengan berita-berita yang harus diselesaikannya hingga malam hari, namun di pagi harinya Arif harus kembali bersiap menjemput berita. Hal itu diungkapkan Arif dalam tulisannya yang berudul “Berani Mencoba, Tidak Takut Salah“.

Usai “mentas” dari Harian Terbit, mantan Ketua Senat FP UNS 1990-1992 ini kemudian bergabung dengan koran Bisnis Indonesia sejak bulan Februari 1996.

Ia mengatakan, butuh waktu sekitar empat bulan untuk melewati proses rekrutmen di Bisnis Indonesia.

Arif mengisahkan Bisnis Indonesia kala itu menjadi tempat impian banyak wartawan karena dampaknya yang begitu besar pada dunia bisnis.

Di Bisnis Indonesia inilah, karier Arif mulai menanjak. Arief yang memulai karier sebagai reporter, lantas menapaki posisi baru sebagai asisten redaktur, redaktur, redaktur pelaksana, wakil pemimpin redaksi, hingga Pemimpin Redaksi Bisnis Indonesia.

Walau kini Arif tak lagi memimpin Bisnis Indonesia, ia mendapat amanah baru dengan segudang tanggung jawab sebagai Presiden Direktur Solopos Media Group dari para pemegang saham, sejak akhir Juli 2020 yang lalu.

Di posisi barunya ini, Arif membawahi koran Solopos, Koran Solo, Solopos.com, Radio Solopos FM, Harian Jogja, Star FM, Solopos Institute, Toko Solopos, dan SoloposFood.

Tantangan media di era disrupsi

Arif yang memulai karier sebagai reporter koran sejak tahun 90-an, tentu memahami betul bagaimana perubahan media dari konvensional/ kertas menjadi elektronik.

Ia mengutarakan bahwa saat disrupsi digital mulai melanda maka media harus relevan supaya tidak ketinggalan dengan perubahan ekosistem industri media.

“Perubahan konsumen pembaca maunya apa, baca berita pakainya apa, ketika mencari informasi, dan bagaimana caranya menjadi relevan,” kata Arif.

Walau saat ini banyak berita clickbait yang “dibumbui” untuk mengundang rasa penasaran pembaca, Arif mengatakan medianya tak mau seperti itu.

Baginya esensi sebuah media adalah penyampai informasi kepada masyarakat yang harus membawa manfaat bagi kepentingan publik

Arif tidak ingin dan dengan tegas mengatakan Solopos Media Group yang dipimpinnya tidak mau ikut arus dan tetap konsisten menyuguhkan berita yang menggerakkan Kota Solo dan menopang perekonomian Indonesia.

Pasalnya, ia sadar Solo merupakan kota penting di Jawa Tengah yang memegang peranan di sektor ekonomi, bahkan merupakan episentrum politik nasional.

“Jadi jurnalis yang benar, media yang benar. Prinsip dasar menyajikan fakta yang benar karena fakta tidak bisa dimanipulasi dan cara menyajikan tidak boleh dimanipulasi. Jangan memberitakan kebohongan apalagi direkayasa kepada masyarakat,” tegasnya.

Pada HPN taun ini, Arief berpesan agar fungsi jurnalistik sebagai penyampai informasi publik harus berdampak positif kepada publik. Mereka harus mendapat informasi, hiburan, dan edukasi supaya hidupnya lebih baik dan media harus mampu menjadi navigator informasi.

“Bahwa peran komunikasi sangat penting dan itu menjadi peran media dalam kondisi seperti ini. Kalau media menjalankan perannya tidak benar ya bangsa ini rusak. Dan ini sudah kelihatan di mana orang kemudian cenderung percaya hoax di media sosial. Karena itu saya mengajak grup kami sendiri untuk selalu sadar informasi yang kita publish ke masyarakat itu punya dampak,” pungkasnya. Humas UNS

Reporter: Y.C.A. Sanjaya
Editor: Dwi Hastuti

Skip to content