Wedangan IKA UNS Bahas Kesiapan untuk Hidup Harmonis Berdampingan dengan Virus

Wedangan IKA UNS Bahas Kesiapan untuk Hidup Harmonis Berdampingan dengan Virus

UNSIkatan Keluarga Alumni (IKA) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta kembali menggelar Wedangan. Dengan mengangkat tajuk ‘Hidup Harmonis Berdampingan dengan Virus’, Wedangan tersebut diselenggarakan melalui Zoom Meeting dan streaming YouTube Universitas Sebelas Maret, pada Rabu (16/3/2022) malam.

Wakil Rektor Akademik dan Kemahasiswaan UNS, Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S. dalam sambutannya mengatakan bahwa pembahasan ini sangat menarik dan berhubungan perkembangan dengan Covid-19 di Indonesia. “Diskusi malam ini baik sekali untuk bekal kita, mudah-mudahan saja bisa lebih baik. Tampaknya program vaksinasi juga digiatkan baik dalam dunia pendidikan maupun masyarakat umum,” ujar Prof. Yunus.

Mewakili IKA UNS, Prof. Dr. I Gusti Ayu Ketut Rachmi Handayani, S.H., M.M. menyampaikan apresiasi dan terima kasih atas ketersediaan narasumber dari berbagai perspektif kesehatan, ekonomi, dan psikologi untuk membagikan ilmu serta pengalamannya. “Alhamdulillah dari berbagai perspektif kesehatan, ekonomi, dan psikologi telah menyempatkan untuk berbagi ilmu dan pengalamannya kepada kita semua. Semoga Wedangan seri 100 ini dapat memberikan berkah dan kebermanfaatan,” ungkapnya.

Dalam perspektif kesehatan, dr. Tonang Dwi Ardyanto, Sp.PK(K)., Ph.D., FISQua membahas apakah Covid-19 di Indonesia saat ini sudah menuju transisi untuk hidup berdampingan. “Beberapa yang kita syukuri adalah kekrisisan rumah sakit signifikan lebih rendah dibandingkan saat menghadapi varian delta pada Juli kemarin,” ucap dr. Tonang.

Wedangan IKA UNS Bahas Kesiapan untuk Hidup Harmonis Berdampingan dengan Virus

Melihat dari kasus mingguan gelombang delta dan omicron nasional, Indonesia berhasil menurunkan kasus yang relatif signifikan setelah adanya kenaikan kasus yang cukup tajam. Namun, perlu menjadi perhatian bahwa angka kematiannya masih dinamik, belum menunjukkan penurunan yang stabil. “Terutama saat kemarin kita mendengar mulai banyaknya dominasi varian omicron BA.2 yang dikhawatirkan menimbulkan gejala yang signifikan pada kelompok lansia, penderita jantung, hipertensi, asma, diabetes, dan sejenisnya, walaupun secara kasus menurun,” tegas dr. Tonang.

Laporan harian kasus masih seirama dengan naik turunnya jumlah Polymerase Chain Reaction (PCR) harian. Artinya seandainya PCR ditambah, sangat mungkin temuan kasus sebenarnya juga bertambah.

Mengenai apa saja syarat menuju transisi, sebenarnya endemi bukan situasi yang ideal. “Endemi adalah situasi terpaksa bahwa kita belum bisa betul-betul menghilangkan penyakit, dalam hal ini Covid-19 tetapi sudah berhasil menekan supaya jumlahnya sangat minimal,” jelas dr. Tonang.

Transisi dari pandemi menuju endemi harus memenuhi beberapa indikator, diantaranya laju penularan harus kurang dari 1, angka positivity rate harus kurang dari 5%, tingkat perawatan rumah sakit harus kurang dari 5%, angka fatality rate harus kurang dari 3%, dan level Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) berada transmisi lokal level tingkat 1. Kondisi-kondisi tersebut harus terjadi dalam rentan waktu tertentu, misalnya 6 bulan.

Cakupan vaksinasi juga menjadi syarat yang penting untuk menuju transisi. Dengan target jumlah penduduk memperoleh dosis lengkap minimal 70%. “Ada suatu teori bahwa, efek dari vaksinasi itu baru signifikan jika sudah melewati angka cakupan 40% dosis lengkap, makin signifikan apabila sudah melewati angka 70% yang harapannya menjadi syarat menuju ke fase transisi ke titik endemi,” ucap dr. Tonang.

Berdasarkan kondisi ekonomi, Budi Santoso, S.E., Ak., MForAccy., PGCS., CA., CFE., CPA., menyampaikan apa yang menjadi tantangan 1 hingga 2 tahun ke depan. Berdasarkan data The Global Risks Horizon 2021, mulai pada tahun 2021-2023 Covid-19 ini menjadi fokus utama dalam sudut pandang bisnis. Kemudian setelahnya fokus pada teknologi, dan 5 tahun mendatang akan lebih fokus ke persenjataan.

Wedangan IKA UNS Bahas Kesiapan untuk Hidup Harmonis Berdampingan dengan Virus

Pada tahun 2020, World Economic Forum memprediksi dunia industri jasa keuangan akan semakin lebih canggih lagi, menjadi serba digital. “Tahun 2020 akan diperkirakan transaksi-transaksi tanpa cash akan menjadi 2x lipat dari sekarang, akan jauh lebih canggih dan cepat dalam proses transaksinya. Sehingga bisnis-bisnis harapannya akan berkembang pesat. Ini akan ada kaitannya dengan situasi ekonomi kita dan dunia yang menyangkut Covid-19,” ulas Budi.

Sepintas mengenai industri, yang memperoleh dampak positif dari adanya Covid-19 ini adalah industri di sektor digital platform. Sedangkan business impact di Indonesia sendiri menyangkut 5 hal utama, yaitu terkait tenaga kerja dan perjalanan, sales and commercial dengan turunnya penjualan, finance dan treasury dimana perusahaan-perusahaan tidak mampu beroperasi, masalah operasional dan distribusi, serta teknologi sebagai penunjang.

Untuk mitigasi sektor ekonomi, baik secara individu, perusahaan, maupun nasional bisa dilakukan dengan mengidentifikasi strategis bisnis. “Secara nasional, ada 5 cara untuk mempertahankan perekonomian secara makro agar ekspor terus meningkat, pendapatan perkapita naik, perekonomian tumbuh. Yaitu dengan melakukan meningkatkan investasi yang berdampak langsung pada masyarakat, misalnya infrastruktur yang berkaitan dengan fasilitas. Kemudian meningkatkan pendapatan negara, seperti kita ketahui bersama per April nanti akan efektif PPN naik dari 10% menjadi 11%. Reducing cost, yang juga berlaku untuk individu secara mikro. Lebih berinovatif lagi, kemudian peningkatan supporting workforce readiness atau skill,” papar Budi.

Terkait kondisi psikologi masyarakat Indonesia, Rafika Nur Kusumawati, S.Psi., M.A., mengatakan bahwa sekarang sudah mulai berubah. Di dalam fase penerimaan sendiri terdiri dari 3, yaitu denial, anger, acceptance. “Awal-awal pasti seluruh masyarakat akan mengalami stress yang luar biasa. Pada fase berikutnya, mulai marah dengan keadaan karena bertambahnya kasus penularan yang semakin meningkat, bahkan banyak kehilangan orang yang dicintai. Dan sekarang ini adalah fase acceptance, orang-orang sudah mulai menyadari bahwa memang harus hidup berdampingan,” jelasnya.

Wedangan IKA UNS Bahas Kesiapan untuk Hidup Harmonis Berdampingan dengan Virus

Memang syaratnya untuk berubah saat ini adalah mampu berfikir kognitif, afektif, dan social support. Kognitif itu sendiri bagaimana seseorang bisa mengatur pikiran dan perasaannya untuk mengendalikan diri.

Dengan adanya viralnya #healing di tengah pandemi Covid-19, Rafika menyampaikan healing yang baik adalah healing tetap memperhatikan protokol kesehatan. “Sebenarnya ada yang dinamakan guided imagery, saran dari HIMPSI pusat, jadi kita seperti menggunakan musik, lalu kita mengarahkan pikiran kita ke hal-hal yang positif dan menyenangkan seperti relaksasi untuk diri kita sendiri. Kemudian ada juga self talk, afirmasi positif yang bisa menumbuhkan rasa nyaman dan ekspresif writing, jadi kita mengungkapkan apa yang bisa dilakukan. Namun, untuk yang saat ini yang bisa dilakukan adalah dengan lebih fokus apa yang dilakukan sekarang. Karena dengan menyadari penuh apa yang dilakukan itu bisa mengikis pikiran-pikiran yang tidak penting untuk dipikirkan,” tuturnya. Humas UNS

Reporter: Erliska Yuniar Purbayani
Editor: Dwi Hastuti

Skip to content