Yuk, Kenalan dengan Arikasuci: Alumnus UNS Penerima Beasiswa Monbukagakusho

Yuk, Kenalan dengan Arikasuci: Alumnus UNS Penerima Beasiswa Monbukagakusho

UNS — Mendapatkan beasiswa adalah cita-cita banyak mahasiswa. Selain bisa memperoleh fasilitas pembiayaan, dengan adanya beasiswa, mahasiswa juga dapat berkuliah di program studi atau perguruan tinggi yang prestisius.

Salah satu beasiswa yang menjadi primadona banyak mahasiswa Indonesia adalah Monbukagakusho atau MEXT. Beasiswa ini berasal dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Olahraga, Ilmu Pengetahuan, dan Teknologi Jepang yang diperuntukkan bagi pelajar atau lulusan perguruan tinggi di Indonesia yang ingin berkuliah di Negeri Sakura.

Alumnus Program Studi (Prodi) S-2 Kimia Sekolah Pascasarjana Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Arikasuci Fitonna Ridassepri, adalah satu di antara sekian banyak orang beruntung yang bisa lolos sebagai penerima beasiswa Monbukagakusho.

Ia berkesempatan untuk melanjutkan studinya sebagai research student pada program doctoral degree di Department of Engineering Science University of Electro-Communications (UEC), Tokyo.

Kepada uns.ac.id, lulusan UNS angkatan 2018 ini, membeberkan pengalaman dan proses yang harus dilaluinya sampai dinyatakan lolos beasiswa Monbukagakusho.

Arika mengatakan, Monbukagakusho merupakan beasiswa paling bergengsi di Jepang yang dapat membuka peluang bagi mahasiswa untuk melanjutkan ke jenjang postdoctoral atau menjadi dosen.

Oleh sebab itu, ia tertarik untuk mendaftar dengan harapan melalui beasiswa Monbukagakusho dapat memudahkan perjalanan kariernya di masa depan.

“Informasi itu saya dapatkan ketika saya mengunjungi Jepang melalui program Sakura Science exchange pada Oktober 2019,”ujar Arika.

Ia menambahkan, kebetulan penelitian untuk tesisnya saat masih menempuh studi di Pascasarjana UNS di bawah bimbingan Dr. Fitria Rahmawati merupakan Joint Research Project dari Japan Society for the Promotion of Science (JSPS) dari tahun 2018-2021.

Tema yang diusung dalam penelitiannya adalah interdisciplinary science, dengan melibatkan dosen dari Fakultas Teknik (FT) UNS, yaitu Dr. Budi Kristiawan yang merupakan Direktur Branch Office UEC di Pascasarjana UNS.

Mulai dari situlah, Dr. Budi Kristiawan selalu memberikan informasi kepada Arikasuci soal UEC yang merupakan mitra perguruan tinggi UNS di Tokyo, Jepang.

“Pada saat riset di JSPS, saya diberikan kesempatan berharga untuk mengikuti program Sakura Science. Sejak saat itu, saya tahu mengenai informasi beasiswa tersebut dan tertarik untuk belajar di Jepang. Saya juga mengikuti webinar UEC EDU Fest 2021 yang diselenggarakan oleh UEC Office pada bulan Maret 2021,” lanjutnya.

Proses mendaftar

Arika menceritakan apabila ia pernah mendaftar beasiswa Monbukagakusho di awal tahun 2020 saat masih menyelesaikan penelitian untuk tesisnya. Sayangnya, kala itu ia masih belum beruntung.

Walau demikian, tekad Arikasuci masih belum padam untuk mendapatkan beasiswa tersebut. Dan, pada akhir tahun 2020 lalu, ia kembali mendaftar beasiswa Monbukagakusho.

“Saya mendaftar (pertama kali) di Universitas Kyushu. Sayangnya, tahun 2020 lalu saya belum terpilih untuk mendapatkan beasiswa tersebut. Hal ini kemungkinan saya belum lulus waktu itu. Karena salah satu syarat administrasi adalah sudah memiliki ijazah,” ungkap Arika.

Ia menerangkan, berkas-berkas yang harus dilengkapi untuk mendaftar beasiswa Monbukagakusho terdiri dari formulir pendaftaran, abstrak tugas akhir dalam bahasa Inggris, transkrip nilai, ijazah, proposal penelitian, surat rekomendasi dari pihak universitas, baik dari pembimbing, dekan, atau rektor sesuai kebutuhan, rekomendasi dari calon pembimbing di Jepang, sertifikat TOEFL, dan pasfoto formal.

Selanjutnya, Arikasuci harus melalui sejumlah tahapan seleksi. Seperti, seleksi administratif yang kemudian dilanjutkan dengan wawancara dengan calon pembimbing dan wawancara formal dengan pihak universitas dan kemahasiswaan.

“Beasiswa Monbukagakusho sendiri terdiri dari dua jalur masuk, yaitu melalui Kedubes Jepang dan jalur U to U atau universitas dengan universitas. Kebetulan saya sudah pernah mendaftar keduanya,” terang Arika.

Ia menambahkan, apabila ada mahasiswa UNS yang bercita-cita untuk melanjutkan studi ke Jepang melalui beasiswa Monbukagakusho, ada lima hal penting yang harus dipersiapkan.

Yaitu, mencari kampus yang ingin dituju beserta calon pembimbing, membuat proposal penelitian yang ringkas, jelas, serta memiliki new finding atau keterbaruan, mempersiapkan surat rekomendasi, publikasi internasional, dan target kelulusan yang dalam artian dapat mengusahakan sudah lulus/ sidang saat mendaftar beasiswa Monbukagakusho.

Saat ditanya mengenai alasannya melanjutkan studi di Department of Engineering Science UEC, Arikasuci menjawab jika tugas akhirnya semasa masih menempuh studi di Sekolah Pascasarjana UNS, merupakan bagian dari proyek pertukaran bilateral antara Kyushu University dengan UNS.

Penelitian tersebut mengenai eksplorasi sumber alam karbon dan penggunaan lebih lanjut sebagai adsorben dan material elektroda dalam baterai ion litium.

Ia menerangkan, penelitian tesisnya masih ada keterbatasan, yaitu konfigurasi struktural dan mekanisme penyimpanan ion Li tidak cukup jelas.

“Sehingga sebagai seorang ilmuwan, penting untuk mempelajari reaksi dalam suatu sistem selama proses berlangsung. Oleh karena itu, saya tertarik mempelajari theoretical calculation dari elektroda berbasis karbon,” sambung Arika.

Orang tua, cita-cita, dan ketertarikan pada Jepang

Arika mengatakan, pernah mengunjungi Negeri Sakura pada bulan Oktober 2019 lalu melalui program Sakura Science yang diadakan oleh Japan Student Services Organization (JASSO).

Saat berkunjung ke sana, ketertarikannya pada Jepang mulai timbul. Arika menilai suasana di Jepang sangat bersih dan segar. Belum lagi, ditambah dengan kepribadian masyarakat Jepang yang dikenal disiplin dan tertib.

Selain itu, Arika menuturkan, masyarakat Jepang juga ramah terhadap orang asing walau mereka memiliki keterbatasan dalam berbahasa asing. Ia menceritakan, masyarakat Jepang juga membantunya ketika kesulitan menemukan restoran Muslim atau mencari jalan menuju hotel tempatnya menginap.

“Saya pikir tinggal di Jepang akan membantu saya mengembangkan kepribadian yang lebih baik sebagai bekal saya dalam berkarir kelak dikemudian hari,” ujarnya.

Saat ditanya mengenai dukungan dari orang tua, Arika menjawab jika ibunya sempat khawatir apabila ia melanjutkan studi ke luar negeri dalam waktu yang lama.

Walau demikian, pada akhirnya orang tua Arika mendukung keputusannya tersebut.

“Saya merasa bersyukur dan beruntung memiliki orang tua dan dikelilingi oleh orang-orang yang selalu memberikan dukungan atau support system terhadap saya,”ucap Arika.

Lebih lanjut, apabila kelak sudah lulus dari Jepang, ia bercita-cita menjadi dosen dan ingin melakukan kolaborasi riset antara Indonesia dengan Jepang yang dapat menghasilkan kolaborasi penelitian internasional.

“Harapan saya masuk program itu dapat memperluas dan memperdalam ilmu saya di bidang tersebut,” katanya

Menutup sesi wawancaranya bersama uns.ac.id, Arika berpesan kepada mahasiswa UNS yang ingin mendapatkan beasiswa ke luar negeri agar secara aktif mencari informasi seputar negara dan kampus yang ingin dituju.

Tidak hanya itu, ia mengingatkan agar mahasiswa UNS juga mencari informasi soal profesor atau dosen pembimbing melalui situs resmi kampus yang ingin dituju atau melihat paper. Caranya dapat dilakukan dengan melihat situs Scopus.

“Perlu aktif menjalin komunikasi atau berkonsultasi dengan calon dosen pembimbing, konsultasikan proposal penelitian jika ada dengan calon dosen pembimbing, serta yang tidak kalah penting berkonsultasi mengenai persyaratan yang dibutuhkan dengan dosen pendamping di UNS, bisa dengan pembimbing tugas akhir atau pembimbing akademik,”pungkasnya. Humas UNS

Reporter: Yefta Christopherus AS
Editor: Dwi Hastuti

Skip to content