Gelar Webinar Nasional, UPT Perpustakaan UNS Bahas Perlunya Mempertimbangkan Perubahan Guna Mempertahankan Eksistensi Perpustakaan di Tengah Pandemi Covid-19

Gelar Webinar Nasional, UPT Perpustakaan UNS Bahas Perlunya Mempertimbangkan Perubahan Guna Mempertahankan Eksistensi Perpustakaan di Tengah Pandemi Covid-19

UNS — UPT Perpustakaan Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta menggelar Webinar Nasional dengan tema ‘Perpustakaan di Persimpangan Peradapan’ secara daring melalui Zoom Cloud Meeting, Selasa (6/7/2021) pagi. Webinar Nasional tersebut menghadirkan dua narasumber di antaranya Dr. Sutanto S.Si., DEA dan Ida Fajar Priyanto, M.A., Ph.D. Antuasiasme peserta webinar tidak hanya berasal dari mahasiswa UNS tetapi juga pustakawan dari berbagai perpustakaan di luar lingkungan UNS. Total peserta yang mengikuti webinar tersebut mencapai 245 peserta.

Melalui Webinar Nasional ini, Kepala UPT Perpustakaan UNS, Burhanudin Harahap, S.H., M.H., M.Si., Ph.D berharap agar perpustakaan dapat mengidentifikasi diri sebagai sumber ilmu yang tidak terikat oleh tempat dan waktu. Hal ini dikarenakan perpustakaan merupakan sumber cahaya yang dapat menerangi segala sisi kehidupan.

“Perpustakaan merupakan sebuah lembaga yang eksistensinya sudah sedemikian lama ada, tapi kenyataannya sering terpinggirkan kecuali perpustakaan yang ada di sekolah atau universitas,” ujar Burhanudin.

Lebih lanjut, Kepala UPT Perpustakaan UNS tersebut mengimbuhkan bahwa perpustakaan dihadapkan oleh tantangan besar di era kemajuan teknologi. Menurutnya, perpustakaan harus mampu mengidentifikasi diri sebagai sumber informasi yang dapat dipertanggungjawabkan baik secara moral dan akademik. Selain itu, perpustakaan juga perlu mengadopsi konsep-konsep baru di tengah kemajuan zaman agar perpustakaan tidak tertinggal.

Selaras dengan hal tersebut, Ida Fajar Priyanto, M.A., Ph.D juga menuturkan bahwa perpustakaan mengalami perubahan di tengah wabah pandemi yang sedang dihadapi sejumlah negara di dunia. Melalui materinya yang berjudul ‘Perpustakaan, Perubahan, dan Masa Depan’, dosen Manajemen Informasi dan Pustakawan Sekolah Pascasarjana UGM tersebut mengatakan bahwa pandemi telah mengubah tatanan masyarakat baik secara individu, perpustakaan, ekonomi informasi terkait dengan fungsi perpustakaan akibat pandemi, dan perpustakaan di masa depan terutama di era next normal.

“Perpustakaan harus berubah. Kalau tidak berubah, perpustakaan tidak bisa mengikuti zaman,” ujar Ida Fajar Priyanto.

Menurutnya, pandemi telah mempercepat terjadinya pergeseran dari (pre)history menjadi hyperhistory. Hal tersebut dapat dilihat dari aktivitas digitalisasi yang sudah banyak terjadi di perpustakaan-perpustakaan saat ini. Digitalisasi tersebut juga menjadi tantangan bagi pustakawan untuk memberikan layanan yang menarik sehingga pengunjung perpustakaan semakin bertambah tiap harinya. Misalnya saja melalui windows shoping.

“Jadi saat ini pengunjung perpustakaan lihatnya di layar, bukan lagi di tempat,” imbuhnya.

Oleh karena itu, pustakawan juga perlu memperhatikan website perpustakaan agar terlihat menarik dan menyenangkan. Sementara di media sosial, misalnya saja Instagram, Pustakawan Sekolah Pascasarjana UGM tersebut mengungkapkan bahwa instagram perpustakaan perguruan tinggi di Indonesia cenderung menampilkan tulisan-tulisan atau tekstual saja. Padahal sesuai dengan tujuan platform tersebut, media sosial instagram seharusnya diisi oleh konten-konten visual, misalnya gambar dan video.

Di sisi lain, kemajuan teknologi juga memperkaya informasi. Mengutip Simon 1971 yang mengungkapkan bahwa semakin kaya informasi, maka semakin langka informasi yang dikonsumsi. Begitupun dengan ketersediaan e-journal. Semakin banyak e-journal, maka informasi yang dikonsumsi justru semakin sedikit.

“Dari sekian banyak jurnal langganan sebuah perpustakaan, tidak semua jurnal tersebut selalu diakses oleh mahasiswa. Pasti ada yang tidak atau jarang diakses,” ungkap ujar Ida Fajar Priyanto.

Gelar Webinar Nasional, UPT Perpustakaan UNS Bahas Perlunya Mempertimbangkan Perubahan Guna Mempertahankan Eksistensi Perpustakaan di Tengah Pandemi Covid-19

Oleh karena itu, pustakawan perlu memikirkan alokasi perhatian informasi secara efisien di tengah membanjirnya sumber informasi yang mungkin dikonsumsi. Sebab semakin banyak informasi yang disampaikan justru akan melemahkan perhatian penerima informasi sehingga informasi yang diserap tidak optimal. Hal serupa pernah diungkap oleh Simon pada tahun 1971 yang mengungkapkan bahwa informasi memiliki kekuatan untuk mengkonsumsi perhatian orang sehingga overload informasi menyebabkan terjadinya kelangkaan perhatian.

Sementara di era next normal, perpustakaan perlu mempertimbangkan e-education yang saat ini sudah mulai terjadi. Beberapa perubahan yang perlu dipertimbangkan di antaranya perubahan manajemen perpustakaan misalnya melalui virtual librarian, akses yang lebih mudah, visibilitas koleksi, visibilitas layanan, dan online service untuk academic literacy.

Tidak hanya mengembangkan perpustakaan di tengah kemajuan zaman, pustawakan juga berperan dalam menumbuhkan rasa ingin tahu masyarakat sehingga akses informasi di dalam perpustakaan semakin meningkat.

“Sebagai pustakawan, jangan tiba-tiba membuka perpustakaan dan mengajak membaca buku saja. Tetapi juga menumbuhkan inquiry,” tutur Dr. Sutanto selaku Direktur Reputasi Akademik dan Kemahasiswaan UNS.

Melalui inquiry, seseorang akan menuju tahap questioning, kemudian thinking dan learning. Oleh karena itu, inquiry harus ditumbuhkan agar perpustakaan juga tetap tumbuh.

“Seorang pustawakan adalah panggilan untuk memberi yang tidak hanya tertutup di lingkungan kampus, tetapi juga kepada orang yang ada di luar sana,” pungkas Dr. Sutanto. Humas UNS

Reporter: Alinda Hardiantoro
Editor: Dwi Hastuti

Skip to content