PSB UNS Diskusikan Efektivitas Vaksinasi Covid-19 dan Kesiapan Pembelajaran Tatap Muka

PSB UNS Diskusikan Efektivitas Vaksinasi Covid-19 dan Kesiapan Pembelajaran Tatap Muka

UNS — Pusat Studi Bencana (PSB) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta menggelar Diskusi Online Seri 8 “Efektivitas Vaksinasi Covid-19 dan Kesiapan Pembelajaran Tatap Muka”, Sabtu (24/4/2021). Kegiatan dihadiri 94 peserta pada platform Zoom Cloud Meeting. Kegiatan diawali dengan menyanyikan bersama lagu Indonesia Raya dan Mars Tangguh Bencana.

Diskusi yang dimoderatori Lintang Ronggowulan, S.Pd., M.Pd., ini menghadirkan dr. Tonang Dwi Ardiyanto, Sp.PK., Ph.D. selaku Wakil Direktur Pendidikan dan Penelitian RS UNS serta Farida Hidayati, S.Psi., M.Si., selaku Tim Ahli PSB LPPM UNS. Ketua LPPM UNS Prof. Dr. Okid Parama Astirin, M.S., dalam sambutannya menyampaikan bahwa kegiatan diskusi online ini diharapkan memberikan manfaat yang merata bagi banyak pihak.

Materi pertama disampaikan oleh dr. Tonang berjudul “Efektifitas Vaksinasi Covid-19 dan Kesiapan Pembelajaran Tatap Muka dalam Perspektif Kesehatan”. Mengawali diskusinya, dr. Tonang menyampaikan bahwa Pandemi Covid-19 dianggap sebagai bencana. Dampak kerugian yang disebabkan oleh Covid-19 bahkan mampu melebihi kerugian yang dialami ‘natural disaster’ secara tahunan. Dalam diskusi ini, data terbaru menunjukkan 1,6 juta masyarakat Indonesia telah terkonfirmasi positif Covid-19 dengan kasus positif harian yang sedang relatif menurun. Tren penurunan kasus positif Covid-19 di Indonesia saat ini perlu ditanggapi dengan hati-hati mengingat data yang dicatat belum representatif.

Proses vaksinasi di Indonesia tengah memasuki tahap 2 dimana prioritasnya adalah petugas publik dan lansia. Dalam penjabarannya, pendidik yang mencakup guru, dosen, dan tenaga pendidik merupakan pihak yang termasuk dalam prioritas vaksinasi tahap 2 ini. Situasi vaksinasi terkini, persentase petugas publik yang telah divaksin mencapai 44, 88% pada vaksinasi pertama dan 23,80% pada vaksinasi kedua. dr. Tonang menyampaikan jika vaksinasi tahap 2 mampu berjalan dengan baik diharapkan seluruh pihak yang telibat dalam proses pendidikan sudah tervaksinasi. Hal tersebut menjadi salah satu kesiapan yang dimiliki sektor pendidikan Indonesia apabila memungkinkan inisiasi program pendidikan tatap muka.

Berlanjut pada efikasi vaksin, pembahasan ini menjadi isu yang sangat berkaitan erat dengan proses vaksinasi. Efikasi vaksin sendiri diartikan sebagai perbandingan risiko antara orang yang mendapatkan vaksin dengan yang tidak mendapatkannya. Efikasi vaksin yang sebesar 65,3% menunjukkan bahwa tubuh memiliki daya tahan hingga tiga kali lipat lebih tinggi dibandingkan yang tidak mendapatkan vaksin. dr. Tonang pun menjelaskan bahwa efikasi ini mampu meningkat apabila setiap orang yang telah divaksin mampu menjaga pola hidupnya dengan baik.

“Kalau yang sudah vaksinasi mau hati-hati (dan) tetap mau menjaga maka bukan tidak mungkin tidak hanya 65%. Bisa saja 95% bahkan mungkin 100%, orang selamat semua bisa,” ungkap dr. Tonang.

dr. Tonang juga menjelaskan bagaimana vaksinasi mampu melindungi masyarakat. Pada dasarnya kekebalan personal bukan merupakan pencapaian yang cukup. Hal yang perlu dicapai adalah terciptanya kekebalan komunal yang melindungi suatu komunitas. Kekebalan komunal ini menjadi hal yang perlu dibentuk ketika proses pendidikan tatap muka dimulai. Hal ini berguna untuk menekan angka penularan Covid-19 dalam sektor pendidikan.

PSB UNS Diskusikan Efektivitas Vaksinasi Covid-19 dan Kesiapan Pembelajaran Tatap Muka

Beralih pada materi kedua oleh Farida Hidayati, S.Psi., M.Si. berjudul “Kesiapan Psikologis Menyongsong Pembelajaran Tatap Muka Pasca Vaksinasi Covid-19”. Farida menekankan pentingnya kesiapan sistem pembelajaran tatap muka yang akan dijalankan. Hal tersebut meliputi ketepatan waktu dalam membuka pembelajaran tatap muka, kondisi pembelajaran, hingga proses pembelajarannya. Menurut Farida, pembukaan kembali pembelajaran tatap muka perlu mengidentifikasi kesiapan, kesinambungan, serta ketahanan sistem yang akan berjalan. Persiapan sarana dan prasarana akan menunjang keberlanjutan pembelajaran serta memperkuat kesiapsiagaan terhadap dampak krisis yang akan datang.

Diharapkan pasca vaksin dapat meningkatkan kekebalan dan imunitas warga sekolah. Komunikasi sekolah dan orang tua juga diharapkan dapat terjalin dengan baik untuk kelancaran pembelajaran daring saat ini. Berdasarkan data survei yang dilakukan Farida, diperoleh hasil sebanyak 68,6% mahasiswa lebih nyaman melaksanakan pembelajaran secara luring.

Dukungan kesehatan dan dukungan pendidikan menjadi dua hal yang saling beriringan menciptakan suasana pembelajaran tatap muka yang aman dan nyaman. Farida menekankan perawatan kesehatan mental dan kesejahteraan psikologis merupakan salah satu aspek yang mendukung proses pembelajaran tatap muka langsung. Kemampuan mengatasi stigma masyarakat yang baik akan menjauhkan dari kondisi stres sehingga imunitas tubuh akan tetap terjaga dengan baik.

“Untuk itu kita perlu memperhatikan kesejahteraan atau kesehatan mental murid maupun guru juga. Itu adalah bagian yang perlu kita pertimbangkan dalam men-support proses pembelajaran tatap muka langsung,” tutur Farida.
Humas UNS

Reporter: Rangga Pangestu Adji
Editor: Dwi Hastuti

Skip to content