Sekretaris PUI Javanologi UNS: Ekonomi Jawa di Masa Pandemi

UNS — Sekretaris Pusat Unggulan Iptek (PUI) Javanologi Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Prof. Diah Kristina, M.A., Ph.D. mengatakan, masyarakat Jawa terbukti memiliki resiliensi untuk bertahan di tengah morat-marit ekonomi saat pandemi Covid-19. Masyarakat Jawa dinilai memiliki gagasan tersendiri terkait dengan ekonomi.

Prof. Diah menyatakan, salah satu gagasannya yaitu pager mangkok yang bermakna semangat berbagi dengan tetangga sekitar. Kata pager berarti pagar, sedangkan mangkok adalah simbol dari makanan. Karena itulah, masyarakat Jawa suka berbagi makanan ke tetangga. Pada awal virus merebak, banyak orang yang berbagi makanan dengan para tetangga.

“Salah satu pola pikir orang Jawa yakni dipengaruhi oleh tatanan atau paugeran yang berarti keharusan manusia tunduk pada hukum kosmis, buktinya adalah pandemi ini. Kita tidak pernah membayangkan, tiba-tiba saja datang, membuat semua orang kelabakan termasuk ekonominya kolaps,” ujar Prof. Diah dalam acara Wedangan IKA UNS Seri XLV, Rabu (17/2/2021).

Kemudian beberapa istilah ekonomi lain yakni tuna sathak bathi sanak yakni dalam berdagang, masyarakat Jawa tidak mementingkan laba yang didapat tetapi justru kekeluargaan dan persaudaraan. Istilah lain yang sering digunakan ibu rumah tangga yakni rigen dan kiyak-kiyuk yang merupakan konsep ibu-ibu kreatif dan adaptif dengan segala kondisi yang ada.

Ada pula istilah ora lokak malah kebak yang berarti bahwa saat memberi sesuatu ke orang lain, barang milik kita tidak berkurang, justru akan ditambahkan oleh Tuhan. Beberapa pemikiran Jawa lain terkait dengan ekonomi yakni gemi, setiti, ngati-ati, sak madya, sak cukupe, sak butuhe, dan madhep ngalor sugih, madhep ngidul sugih.

“Orang Jawa meyakini bahwa memberi tanpa pamrih adalah tindakan yang terpuji,” pungkas Prof. Diah. Humas UNS

Reporter: Ida Fitriyah
Editor: Dwi Hastuti

Skip to content