Vaksinator Muda UNS: Mengabdikan Diri untuk Hentikan Pandemi

Vaksinator Muda UNS: Mengabdikan Diri untuk Hentikan Pandemi

UNS — Pandemi Covid-19 sudah berjalan lebih dari setahun belakangan. Ribuan nyawa telah terenggut akibat virus Corona yang semakin hari semakin mereplikasi diri. Bangsal-bangsal di rumah sakit kini penuh dengan kasus terkonfirmasi Covid-19 yang tidak cukup diselesaikan dengan isolasi mandiri. Berbagai cara sudah dilakukan pemerintah untuk mengatasi pandemi ini, salah satunya yakni menggenjot vaksinasi.

Desas-desus vaksinasi sebenarnya sudah terdengar sejak akhir tahun 2020, tapi pemerintah Indonesia baru memulai program tersebut awal tahun ini. Dimulai dengan pemberian vaksin kepada Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo kemudian diikuti dengan vaksinasi para tenaga kesehatan dan orang lanjut usia, kini program vaksinasi sudah meluas ke masyarakat umum. Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta juga tidak ketinggalan memberikan fasilitas vaksinasi gratis kepada para mahasiswa, pendidik, dan pegawainya. Kegiatan vaksinasi tersebut bekerja sama dengan TNI dan Polri serta sejumlah pihak.

Beberapa hari lalu, tim uns.ac.id berkesempatan untuk berbincang dengan dua vaksinator muda UNS yakni Fathu Thaariq Baihaqy dan Latief Jaya Subrata. Mereka berdua adalah dokter muda Fakultas Kedokteran UNS. Thaariq dan Latief bersama 130 anggota lainnya menjalankan tugas sebagai tim vaksinasi UNS sejak akhir Juni lalu. Kegiatan vaksinasi ini digilir tiap fakultas karena ada pembatasan kuota per harinya.

Selama dua minggu berjalan, Thaariq dan Latief mengungkapkan para mahasiswa sangat antusias mendapatkan vaksin. Thaariq mengatakan bahwa antusiasme para mahasiswa yang notabene well educated sangat luar biasa.

“Mereka antusias sekali sampai ngoyak-ngoyak malah. Asalkan dosisnya masih ada dan selama tidak kontra indikasi, pasti akan kami layani,” ujar dokter muda asal Pacitan, Jawa Timur ini.

Thaariq secara lebih jauh menjelaskan bahwa vaksinasi sangat penting untuk melindungi dari virus Corona. Orang yang sudah divaksinasi memiliki imunitas lebih dibanding yang belum menerima vaksin. Hal ini diharapkan dapat melindungi mereka agar jika suatu hari terpapar virus, gejala yang timbul tidak berat. Dengan begitu, mereka tidak perlu mendapat perawatan di rumah sakit. Saat ini, hal tersebut sangat dibutuhkan mengingat kapasitas bed di rumah sakit yang sudah terisi penuh.

Kendati sadar dengan pentingnya vaksinasi, beberapa pihak ada yang terlalu memilih vaksin yang akan didapatkan. Ada yang menunda ikut vaksinasi karena jenis vaksin yang digunakan tidak sesuai dengan yang diinginkan. Ada pula yang enggan vaksin terlebih dahulu karena menunggu vaksin yang baru datang ke Indonesia. Menanggapi hal tersebut, Latief mengimbau masyarakat agar segera vaksinasi tanpa pilih-pilih vaksin.

“Tidak peduli vaksinnya apa, yang tersedia langsung diambil saja. Kami menyarankan agar pakai vaksin yang sudah tersedia dulu. Misalnya nanti dua dosis vaksin itu sudah selesai, keadaan semakin baik, dan ingin mendapatkan perlindungan ya terserah kalau mau vaksinasi lagi dengan vaksin yang dipilih. Mau milih vaksin apa saja terserah, tapi kalau sekarang masih memilih dan menunda ya itu konsekuensi dia nggak mau dikasih pelindungan karena vaksin ini kan fungsinya untuk melindungi mereka,” terangnya.

Terkait dengan efikasi tiap vaksin yang berbeda, Latief tetap menganjurkan masyarakat untuk melakukan vaksinasi. Sedikit apa pun efikasi tersebut dapat membantu melindungi diri masyarakat dari gejala berat ketika terpapar virus.

“Efektif atau tidaknya tentunya masih kita lihat bersama karena kemunculan Covid ini baru satu tahun terhitung sejak outbreak di Indonesia. Efikasi masing-masing vaksin juga berbeda tapi yang perlu diperhatikan adalah sedikit apa pun efikasi dari masing-masing vaksin itu jauh lebih baik daripada tidak mendapatkan vaksin sama sekali,” tegas dokter asal Gunungkidul, Yogyakarta ini.

Ambil Peran Sekecil Apa Pun

Menjalani peran sebagai tim vaksinator tim Gugus Tugas Covid-19 UNS cukup menyita waktu, tenaga, dan pikiran Thaariq dan Latief. Betapa tidak, mereka harus berjibaku mengurus segala persiapan vaksinasi yang kadang baru rampung pukul 1 dini hari. Setelah itu, mereka mesti bangun dan bersiap meluncur ke tempat vaksinasi pada pukul 6 pagi. Meski begitu, mereka sangat bersyukur bisa tergabung dalam tugas mulia tersebut.

“Kalau kita bisanya ngelakuin yang kaya gini ya kita lakuin. Apa yang bisa kita lakukan, ya kita lakukan. Kalaupun kita belum bisa melakukan 100%, ya kita jangan meninggalkan seluruhnya itu, berusaha semampu kita,” ujar Thaariq.

Sementara itu, Latief mengungkapkan semangatnya untuk bertugas sangat terpacu setelah melihat antusiasme tim dan para target vaksinasi.

“Kita masing-masing memiliki peran untuk mengakhiri pandemi. Semangatku lebih terpupuk karena tanpa disadari peran yang aku ambil saat ini selaras dengan sumpah dokter yang akan ucapkan nanti. Terlebih lagi, aku punya tim vaksinator yang mereka sangat antusias untuk menyukseskan vaksinasi. Aku juga lihat semua pihak bahu membahu untuk menyelesaikan pandemi jadi lebih termotivasi,” tukas Latief.

Tidak hanya dokter yang perlu turun tangan menghadapi pandemi, masyarakat khususnya mahasiswa juga dapat membantu mengatasi pandemi dengan berperan sesuai bidang masing-masing. Terakhir, Thaariq menandaskan bahwa semua pihak dapat mengambil peran selama pandemi. Sekecil apa pun bantuan itu akan sangat bermakna.

“Ayo kita ambil bagian. Jangan sampai nggak ada yang kita lakukan. Mungkin pandemi ini akan berlalu tapi dalam proses berlalunya ini kita harus putuskan mau berperan seperti apa. Sekecil apa pun peran yang bisa kita ambil, kita bisa membantu orang-orang sekitar kita,” pungkasnya. Humas UNS

Reporter: Ida Fitriyah
Editor: Dwi Hastuti

Skip to content