Search
Close this search box.

Sarasehan Dewan Profesor UNS Diskusikan Peran Akademisi Perempuan

UNS – Dewan Profesor Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta menilai ada peran penting dari akademisi perempuan menuju Indonesia emas 2045. Identitas akademisi perempuan telah memberikan berbagai dukungan dalam ketahanan sosial budaya. Hal tersebut disampaikan dalam acara sarasehan yang mengangkat topik “Peran Akademisi Perempuan dalam Menyongsong Indonesia Emas 2045”.

Sarasehan oleh Komisi III Dewan Profesor UNS ini berlangsung secara luring di Ballroom UNS Inn, Senin (15/7/2024). Kegiatan ini bertujuan untuk mendiskusikan konsep dan kebijakan Indonesia emas 2024 dan implikasinya pada peran serta kontribusi akademisi perempuan dalam mewujudkannya. Terdapat tantangan, potensi, dan dinamika transformasi akademisi perempuan yang perlu digali lebih dalam. Luaran kegiatan yang dihasilkan nantinya akan berupa book chapter.

Prof. Drs. Suranto Tjiptowibisono, M.Sc., Ph.D., selaku Ketua Dewan Profesor UNS mengatakan, peran perempuan sangat dibutuhkan dalam menghadirkan generasi Indonesia yang berkualitas. Hal tersebut sangat penting menjelang bonus demografi yang akan dimiliki Indonesia. Menurut Beliau, peran perempuan tercermin dalam lingkup keluarga. Kualitas keluarga ditentukan salah satunya oleh peran perempuan atau ibu.

“Ketika perempuan-perempuan hebat ‘mewarnai’ penduduk Indonesia, maka kita optimis memiliki penduduk yang berkualitas,” ujar Prof. Suranto.

Beliau berharap kegiatan sarasehan dengan narasumber hebat akan memberikan inspirasi dalam perjalanan Indonesia menuju tahun keemasan. Tahun tersebut menjadi waktu dimana Indonesia dihuni oleh warga negara yang berkomitmen dalam kesetaraan. Cita-cita ini sangat mungkin terwujud mengingat Indonesia bahkan pernah memiliki seorang pemimpin perempuan.

Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S., selaku Plt. Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan UNS menuturkan bahwa akademisi perempuan di UNS memiliki proporsi yang lebih banyak dibanding pria. Karena hal tersebut, Beliau menilai peran akademisi perempuan akan banyak mengambil alih posisi-posisi dalam pengembangan sains dan teknologi serta peningkatan kesejahteraan ekonomi di masyarakat.

“Tren proporsi UNS hampir di semua program studi, mahasiswa perempuan lebih banyak dari mahasiswa laki-laki,” ujar Prof. Yunus.

Dua narasumber dihadirkan dalam Sarasehan Dewan Profesor. Mereka adalah Guru Besar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UNS, Prof. Dr. Nunuk Suryani, M.Pd., serta Guru Besar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UNS, Prof. Dr. Ismi Dwi Astuti Nurhaeni, M.Si. Diskusi membahas topik akademisi perempuan dimoderatori oleh Prof. Dra. Diah Kristina, M.A., Ph.D.

Prof. Ismi dalam paparannya menyampaikan potensi yang dimiliki oleh akademisi perempuan. Hal tersebut terlihat dari isu inklusi sosial yang lebih diperhatikan oleh perempuan. Akademisi perempuan juga terlibat dalam pendidikan dan kesadaran kritis seperti dalam isu gender.

Potensi lainnya terlihat pada peran mentorship dan dukungan oleh akademisi perempuan pada korban diskriminasi. Para akademi perempuan turut membangun kolaborasi dan kemitraan dengan berbagai keilmuan.

“Perempuan sebagai akademisi memiliki potensi untuk melakukan penelitian dan pengembangan kebijakan,” tutur Prof. Ismi.

Pemaparan para narasumber diikuti oleh diskusi dalam sesi tanya jawab. Beberapa guru besar memantik pertanyaan yang menyentuh esensi pembahasan mengenai peran akademisi perempuan. Sarasehan Dewan Profesor UNS kemudian ditutup dengan kesimpulan diskusi yang dirangkum oleh Prof. Diah selaku moderator.

Humas UNS

Reporter: R. P. Adji

Redaktur: Dwi Hastuti

Scroll to Top
Skip to content