Peringati Dies Natalis ke-45 UNS, Fintech Center Selenggarakan International Webinar

UNS — Dalam rangka memeriahkan Dies Natalis ke-45 UNS, Pusat Unggulan Iptek Perguruan Tinggi (PUI PT) UNS Fintech Center menyelenggarakan webinar internasional Contemporary Issues on Islamic Finance and Banking pada Rabu (3/3/2021) malam. Acara yang diselenggarakan secara online melalui Zoom Meeting Platform dan siaran langsung Youtube UNS Fintech Center tersebut dihadiri oleh kurang lebih 1.000 peserta dari dalam maupun luar negeri.

Dipandu oleh Dewanti Cahyaningsih, M.Rech selaku moderator, acara dibuka langsung oleh Rektor UNS, Prof. Jamal Wiwoho. “Keuangan dan perbankan islami mulai berkembang pesat dan sangat mendukung jalannya kegiatan industri keuangan, sehingga menjadi insight baru bagi kita semua,” terang Prof. Jamal.

Inti acara dimulai dengan penyampaian materi keynote speech oleh Ketua Dewan Komisioner OJK, Prof. Wimboh Santoso yang memberikan gambaran umum terkait kondisi perbankan syariah di Indonesia dan rencana kebijakan OJK pada tahun 2020-2021. Prof. Wimboh juga menjelaskan bahwa Indonesia merupakan tujuan wisata halal terbaik yang dibuktikan dengan nilai perdagangan produk halal atau industri halal yang mencapai 3 billion USD. “Oleh karena itu, peran keuangan dan perbankan Islam disadari mampu menjadi sektor yang unggul dan secara signifikan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi dan sosial di Indonesia,” ujar Prof. Wimboh.

Sepuluh pembicara dari universitas dan instansi terkemuka di dunia diundang untuk meyampaikan materi terkait isu kontemporer pada bidang ekonomi Islam dalam acara ini. Prof. M. Kabir Hassan dari University of New Orleans, USA sebagai pembicara pertama menjelaskan bahwa saat ini sistem keuangan Islam dipraktikkan sejalan dengan sistem keuangan konvensional. Faktor kunci dibalik perkembangan keuangan Syariah yang pesat adalah jumlah penduduk muslim yang besar, dorongan untuk memiliki konsumsi yang sesuai dengan syariat, dan dorongan politik yang berbeda. Pemaparan materi dilanjutkan oleh pembicara kedua, Prof. Hussein A. Abdou dari University of Central Lancashire, UK yang membahas analisis and perkembangan data Islamic Fintech secara global, fintech, dan peluang serta tantangan yang dibawa oleh pandemi Covid-19 bagi keuangan Islam.

Kondisi industri keuangan islami dan badan keuangan islam non-bank turut dibahas oleh perwakilan Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) Indonesia, Dr. Taufiq Hidayat. Dalam paparannya Dr. Taufik Hidayat turut menjelaskan rencana KNEKS untuk perkembangan keuangan islami pada tahun 2020-2025. Keterangan terkait kondisi ekonomi syariah di Indonesia dilanjutkan oleh Direktur Keuangan Syariah Kementerian Keuangan Indonesia, Dwi Irianti, M.A yang menjelaskan tentang perkembangan sukuk negara di Indonesia, perkembangan di masa depan, serta pengaruhnya pada keuangan islami. “Indonesia merupakan penerbit sukuk global terkemuka di dunia yang diikuti oleh Saudi Arabia,” jelas Dwi Irianti, M.A.

Materi selanjutnya dibawakan oleh pembicara dari International Centre for Education in Islamic Finance (INCEIF) Malaysia yang diwakili oleh Prof. Mansor H. Ibrahim. Dalam pemaparan materi beliau, Prof. Mansor memperkenalkan sistem keuangan islami dan menyampaikan bukti pengaruh keuangan Islam dalam pertumbuhan ekonomi dan distribusi pendapatan, serta tantangan yang harus dihadapi.

Pembicara keenam dalam acara ini disampaikan oleh Prof. Ahmet Faruk Aysan dari Hamad bin Khalifa University, Qatar. Beliau menyampaikan bahwa Islamic Fintech banyak berkembang dari negara berkembang dan kita seharusnya tidak hanya fokus pada keuangan Islam tetapi juga apa yang terjadi secara global, karena terdapat banyak hal yang dapat ditawarkan kepada dunia. Penyampaian materi disambung oleh Dr. Mariani Abdul-Majid dari Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM) yang menjelaskan bahwa isu kontemporer yang sebenarnya terjadi pada keuangan dan perbankan islami adalah inklusi keuangan dan teknologi keuangan.

“Sehingga, potensi yang dapat mengurangi isu ini yaitu keuangan dan perbankan islami melalui fintech,” ujar Dr. Mariani Abdul-Majid.

Pembicara kedelapan berasal dari Universitas Padjajaran Indonesia, Prof. Dian Masyita, membahas berbagai tantangan yang akan dihadapi dunia keuangan dan perbankan syariah terutama pada era transformasi digital. Dan Indonesia merupakan pengguna internet nomor 1 di kawasan Asia Tenggara. Mendekati akhir acara, Dr. Fakarudin Kamarudin dari Universiti Putra Malaysia (UPM) menyampaikan materi mengenai sudut pandang globalisasi dalam perkembangan teknologi keuangan dan perbankan islami. Sebagai penutup penyampaian materi, Tastaftiyan Risfandy, Ph.D selaku pembicara kesepuluh dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta secara singkat dan jelas membahas mekanisme governance yang sesuai bagi kegiatan perbankan islami.

Para peserta menunjukkan antusiasme yang sangat tinggi pada sesi tanya jawab sebagai penutup acara international webinar ini. Dengan terlaksananya international webinar ini diharapkan mampu mengungkapkan potensi-potensi dari perkembangan kegiatan keuangan dan perbankan islami di Indonesia dan secara global sehingga masyarakat dan peneliti dapat menyesuaikan diri dengan cepatnya perkembangan teknologi keuangan, terutama teknologi keuangan Islam. Humas UNS

Reporter: Dwi Hastuti

Skip to content