Bahas Kebudayaan Nusantara, Riset Grup Filologi Melayu UNS Mengadakan Konferensi Internasional

Bahas Kebudayaan Nusantara, Riset Grup Filologi Melayu UNS Mengadakan Konferensi Internasional

UNS — Riset Grup Filologi Melayu Program Studi (Prodi) Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta mengadakan konferensi internasional. Kegiatan ini berlangsung secara daring pada Kamis (21/10/2021). Konferensi ini bertajuk International Conference on Nusantara Cultural Studies dengan topik kebudayaan di nusantara.

Dalam konferensi, terdapat enam pembicara dari enam negara yang mengulas topik pernaskahan dan kebudayaan. Keenam pembicara tersebut adalah Prof. Paul Edwin Wieringa dari University of Cologne, Jerman; Prof. Awang Azman Awang Pawi dari University of Malaya, Malaysia; Ampuan Haji Brahim dari Universiti Brunei Darussalam, Brunei; Dr. Djusmalinar dari Prince Songkla University, Thailand; Prof. Bani Sudardi dari Universitas Sebelas Maret, dan Dr. Nguyen Thanh Tuan dari Vietnam National University.

Selain pembicara utama, kegiatan yang diikuti oleh sekitar 100 peserta ini juga menghadirkan sejumlah pemakalah pendamping. Pada sesi pertama, Dr. Nguyen Thanh Tuan memaparkan materi tentang budaya Suku Raglai di Vietnam.

“Suku Raglai merupakan salah satu dari 54 suku di Vietnam yang masuk rumpun Malayo-Polynesia di Asia Tenggara. Kemudian, mereka bermigrasi ke nusantara, khususnya Kalimantan Timur,” terang Dr. Nguyen.

Berdasarkan hukum adat Raglai, anak perempuan berhak mewarisi harta dari orang tua atau kakek-nenek, terutama anak bungsu. Anak laki-laki tidak berhak mendapatkan harta warisan karena anak laki-laki dianggap sebagai orang luar.

Pembicara kedua, Prof. Paul Edwin Wieringa menyampaikan bahwa dalam naskah-naskah kuno menyimpan banyak makna yang dapat diungkap kembali. Ia juga mengatakan bahwa masyarakat di Jerman belum terlalu paham mengenai manuskrip-manuskrip tersebut sehingga untuk mendapatkan sebuah naskah kuno masih cukup mudah.

“Naskah itu bisa didapat melalui lelang maupun dibeli, dulu sekitar 40 euro untuk 1 naskah,” kata Prof. Paul Edwin.

Kemudian, pembicara terakhir pada sesi 1 Prof. Bani Sudardi memaparkan tentang akulturasi budaya Jawa dan china dalam kompleks makam Gunung Kawi, Kabupaten Malang.

Bahas Kebudayaan Nusantara, Riset Grup Filologi Melayu UNS Mengadakan Konferensi Internasional

“Di lereng Gunung Kawi terdapat sebuah makam yang sangat dihormati, disebut sebagai makam eyang Jugo dan Raden Sujana. Makam ini menjadi sangat terkenal karena dipercaya merupakan makam orang sakti yang dapat menolong berbagai kepentingan manusia di dalam hidupnya,” jelas Guru Besar Kajian Budaya UNS.

Ia menjelaskan bahwa dalam konteks kepercayaan dan ritual yang dilakukan, terdapat gabungan dari unsur kepercayaan animisme dan agama Islam yang masih mengakar dalam kebudayaan masyarakat Jawa.

“Namun, dalam kehidupan religius pengunjung maupun peziarah yang datang, masyarakat penganut agama Islam mempercayai ramalan plang nasib (Ciamsi) maupun berbagai kepercayaan masyarakat etnis Tionghoa. Begitupun masyarakat Tionghoa yang datang untuk berziarah dan mempercayai karomah dari tokoh yang dipercaya mengabulkan hajatnya meskipun beragama Islam,” imbuhnya.

Sementara itu, ketiga pembicara terakhir yaitu Prof. Awang Azman Awang Pawi memaparkan materi mengenai pentingnya mempelajari ilmu budaya dalam kehidupan. Selanjutnya, Dr. Jusmalinar menyampaikan tentang penceritaan kembali cerita klasik sebuah  kajian hipogram untuk  menyelamatkan karya sastra. Kemudian, Ampuan Haji Brahim menyampaikan materi tentang seni bina dan  nilai Melayu Islam beraja.

“Nilai yang ada dalam Melayu Islam beraja antara lain berbudi, bijaksana, bersopan santun, beradat istiadat,  senantiasa bersyukur, sederhana, bertanggung jawab,  rendah diri, dan pemurah. Kemudian menghormati dan mematuhi undang-undang, menghormati guru, membenci dan takut berbuat kemungkaran dan maksiat,  berlaku adil, tidak lupa diri,  berani menegakkan kebenaran,  mentaati  raja,  dan menghargai hubungan persaudaraan sesama manusia,” jelas Ampuan Haji Brahim dari Universiti Brunei Darrussalam. Humas UNS

Reporter: Bayu Aji Prasetya
Editor: Dwi Hastuti

Skip to content