Green Campus? No-Plastic Campus!

Universitas Sebelas Maret merupakan salah satu perguruan tinggi yang menggunakan semboyan kampus hijau. Lahan kampus yang luas dan penuh dengan pepohonan rindang serta tumbuh-tumbuhan yang menghiasi hampir seluruh sudut kampus begitu juga di tiap-tiap fakultas cukup merefleksikan hal tersebut. Suasana sejuk dan pemandangan yang hijau nan asri dapat dinikmati setiap kali masuk ke area kampus.

Namun hal tersebut belum cukup memberikan kontribusi besar terhadap lingkungan di UNS. Masih banyak tindakan-tindakan tidak bertanggung jawab dari civitas UNS yang belum mencerminkan “Green Campus” itu sendiri. Salah satunya penggunaan plastik dalam jumlah yang cukup banyak. Sampai saat ini mungkin banyak yang belum menyadari bahwa penggunaan plastik sangat berpengaruh terhadap lingkungan. Dapat dilihat di tempat-tempat pembuangan sampah yang ada di UNS (yang sudah dibedakan menjadi tempat sampah organik dan anorganik) sampah plastiklah yang mendominasi. Bahkan tak jarang masih ada beberapa yang memasukkan sampah berbahan dasar plastik ke dalam tempat sampah organik saking banyaknya sampah plastik maupun kelalaian pengguna sendiri.

Seperti yang kita ketahui, sampah plastik yang ditimbun di tanah baru bisa terurai setelah ribuan tahun lamanya. Entah sampah dalam bentuk kantong plastik maupun botol pastik dapat menyebabkan kerusakan ekosistem dan dapat menyumbat jalannya air ke dalam tanah dan dapat memicu banjir maupun tanah longsor. Meskipun sudah di daur ulang, air dan limbah ataupun racun hasil dari proses pendaur ulangan itu sendiri akan masuk ke dalam tanah/laut dan perlahan-lahan merusak ekosistem tanah dan laut yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap manusia. Belum lagi pengelolaan sampah di UNS masih kurang optimal, masih didapati di beberapa tempat, sampah-sampah yang menumpuk dibakar, sedangkan pembakaran sampah jelas-jelas memberi kontribusi yang besar terhadap polusi udara di sekitar, dan dapat mengganggu pernapasan pula. Kemungkinan besar sampah-sampah yang sudah dibedakan menjadi sampah organik dan anorganik juga belum didaur ulang secara nyata (hanya ditimbun di tempat pembuangan sampah akhir).

Maka dari itu menurut saya diperlukan adanya tindakan secara nyata menanggapi hal tersebut. Menghentikan penggunaan sampah plastik di area kampus mungkin dapat menjadi solusi yang tepat. Di UNS sendiri aktivitas jual-beli baik di kantin-kantin tiap fakultas, koperasi mahasiswa, dan beberapa tempat lainnya masih menggunakan kantong plastik sebagai tempat berbagai jenis barang atau makanan yang dibelanjakan. Kantong plastik yang digunakan pun terkadang hanya digunakan untuk sekali pakai, padahal dalam sehari ada begitu banyak transaksi yang terjadi sehingga akan semakin meninggi pula penggunaan sampah plastik dan limbah plastik yang akan bertumpuk di area kampus.

Hal ini mungkin dapat diatasi dengan melarang penggunaan kantong plastik di area kampus dan menggantinya dengan tote bag atau tas tenteng yang terbuat dari kain yang praktis dan dapat digunakan berkali-kali. Jadi setiap mahasiswa yang ingin membeli suatu barang misalnya dari koperasi mahasiswa, diwajibkan untuk membawa tempat untuk barang belanjaannya sendiri dengan tote bag atau tas tenteng dari bahan selain plastik tersebut. Selain bisa digunakan berkali-kali dan ramah lingkungan, penggunaan tas tenteng non-plastik bisa jadi trend dalam berbelanja pula. Mungkin dengan direalisasikannya peraturan tersebut dapat menarik inovasi dan kreatifitas mahasiswa untuk membuat produk tas tenteng atau tas jinjing dengan desain atau bahan yang baru dan dapat mengembangkan jiwa wirausaha mahasiswa. Belum lagi dengan perkembangan teknologi dan trend masa kini yang semakin maju, penggunaan tas tenteng atau tote bag untuk berbelanja bukanlah hal yang terlihat kuno, malah mungkin dapat menjadi trend baru yang ramah lingkungan. Koperasi juga bisa menyediakan tas tenteng atau tote bag yang mungkin dapat dikreasikan dengan berbagai macam tulisan atau gambar-gambar yang berhubungan dengan UNS dan sebagainya. Hal ini dapat bermanfaat bagi berbagai kalangan.

Baca selengkapnya: Green Campus-No Plastic Campus!

Penulis: Diva Surya Lubiana
Beri Like bila kamu sependapat dengan ide Diva Surya Lubiana

 

Skip to content