Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Event Olahraga dan Sosial Ekonomi Masyarakat

Oleh : Dr. Deddy Whinata Kardiyanto, S.Or., M.Pd. (Deputi Humas UNS/ Dosen FKOR UNS)

UNS — Olahraga memberikan kontribusi bagi perkembangan sosial ekonomi masyarakat bahkan kontribusi tersebut diakui secara nyata oleh pemerintah. Namun, sejak pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) menyebar, pemerintah di berbagai negara mulai memberlakukan protokol kesehatan secara ketat, seperti peraturan menjaga jarak dan pembatasan sosial berskala besar yang pastinya mengganggu perhelatan olahraga dan sejumlah aspek lainnya.

Untuk menjaga kesehatan atlet dan pihak lain yang terlibat, sebagian besar perhelatan olahraga, baik di tingkat nasional, regional maupun internasional dibatalkan atau ditunda untuk sementara waktu. Pelaksanan Pekan Olahraga Nasional (PON) dan Pekan Paralimpiade Nasional (Peparnas) yang akan dilaksanakan pada bulan Oktober turut terdampak akibat kondisi saat ini. Ajang olahraga internasional, Olimpiade dan Paralimpiade tahun ini mundur dan akan dihelat pada 2021.

Dengan ditundanya sejumlah perhelatan olahraga berskala besar, atlet profesional terpaksa menjadwal ulang program latihan agar kebugaran tubuh mereka tetap terjaga selama berada di rumah. Hal lain yang dirasakan atlet dengan ditundanya sejumlah perhelatan olahraga adalah ancaman pemutusan kontrak oleh sponsor yang telah ditandatanganinya.

Selain atlet profesional, pihak-pihak lain yang ambil bagian dalam industri olahraga juga ikut merasakan imbasnya. Kita ketahui dalam industri olahraga ada banyak sekali bisnis seperti penyelenggaraan liga, acara, usaha perjalanan, pariwisata, infrastruktur, transportasi, katering, dan penyiaran media. Nilai ekonomi dari industri olahraga yang sangat fantastis pastinya terancam mengalami penurunan akibat bisnis dalam industri olahraga tidak dapat berjalan normal.

Dampak lainnya yang ditimbulkan adalah pada bidang sosio-kultural dalam masyarakat. Kita mengetahui banyak kelompok masyarakat yang sangat menggilai olahraga. Dalam hal ini, olahraga berfungsi untuk membina komunikasi dan membangun jembatan antarkelompok masyarakat dan antargenerasi. Melalui olahraga juga berbagai kelompok masyarakat dapat memainkan peran yang lebih krusial terhadap transformasi dan pengembangan sosial, khususnya dalam masyarakat yang mengalami disintegrasi. Hal ini memungkinkan olahraga digunakan sebagai alat untuk menciptakan peluang belajar dan mengakses populasi yang seringkali terpinggirkan.

Federasi olahraga dunia seperti FIFA telah menunjukkan perhatian mereka terhadap bahayanya Covid-19. FIFA yang merupakan induk federasi sepak bola dunia telah bekerjasama dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dengan meluncurkan kampanye ‘Pass The Message to Kick Out Coronavirus‘ yang dikampanyekan oleh para pemain sepak bola terkenal dalam 13 bahasa. Tujuannya untuk menyerukan kepada masyarakat dunia agar mengikuti lima langkah kunci sebagai upaya menghentikan penyebaran Covid-19. Selain itu, kampanye ini juga menjelaskan etika batuk, tidak menyentuh wajah seseorang, jaga jarak fisik, dan tinggal di rumah jika merasa tidak sehat.

Di tengah kondisi ketidakpastian akibat pandemi Covid-19, seluruh pihak yang andil dalam industri olahraga bersatu dengan saling mendukung dalam diskusi-diskusi yang digelar secara daring. Melalui wadah tersebut mereka dapat berbagi ide, masalah, dan tantangan yang mereka hadapi. Selain itu, mereka juga berusaha menemukan solusi inovatif untuk masalah sosial yang lebih besar.

Penutupan institusi pendidikan di seluruh dunia akibat pandemi Covid-19 juga berdampak pada sektor pendidikan olahraga yang terdiri dari berbagai pemangku kepentingan, termasuk kementerian dan otoritas lokal, lembaga pendidikan publik dan swasta, organisasi olahraga dan atlet, LSM dan komunitas bisnis, guru, cendekiawan dan pelatih, orang tua, dan para pelajar yang notabene didominasi kalangan muda.

Ketika dunia mulai pulih dari pandemi Covid-19, hal yang perlu diperhatikan adalah memastikan keamanan acara olahraga di semua tingkatan terutama bagi organisasi olahraga. Dalam jangka pendek, hal ini mencakup adaptasi acara untuk memastikan keamanan atlet, penggemar, dan vendor. Sedangkan pada jangka menengah dalam menghadapi resesi global selain mengupayakan tindakan antisipasi perlu dilakukan tindakan partisipasi dalam organisasi olahraga.

Pandemi Covid-19 turut mengakibatkan penutupan pusat kebugaran, stadion, kolam renang, studio tari, kebugaran, pusat fisioterapi, taman, dan tempat bermain. Akibatnya, banyak orang tidak dapat berolahraga secara individu maupun kelompok. Bahkan,untuk kegiatan fisik di luar rumah mereka mengalami hambatan.

Dalam kondisi seperti ini aktivitas fisik masyarakat berkurang sedangkan waktu bermain gawai terlalu lama, pola tidur tidak teratur, serta pola makan yang buruk. Hal ini tentunya beresiko menaikkan berat badan dan hilangnya kebugaran fisik. Keluarga berpenghasilan rendah juga rentan terkena efek negatif dari aturan tinggal di rumah. Ini dikarenakan mereka cenderung memiliki tempat tinggal yang kurang memadai dan ruang yang terbatas yang membuat mereka sulit melakukan latihan fisik.

Agar masyarakat di berbagai belahan dunia dapat menjaga kebugaran fisiknya, WHO merekomendasikan agar mereka 150 menit beraktivitas sedang dan 75 menit untuk beraktivitas fisik setiap minggunya. Manfaat latihan berkala seperti ini terbukti membantu pengurangan rasa cemas karena krisis dan ketakutan.

Dalam konteks ini kurangnya akses untuk olahraga rutin dapat mengakibatkan masalah pada sistem kekebalan tubuh, kesehatan fisik, termasuk memperburuk penyakit yang sudah ada dan berakar pada gaya hidup minim aktivitas fisik. Selain itu, kurangnya waktu berolahraga dan beraktivitas fisik juga dapat berimbas pada kesehatan mental sehingga orang menjadi stres atau mengalami kecemasan karena menjalani isolasi dari kehidupan sosial yang normal.

Berolahraga di rumah tanpa peralatan apa pun dengan ruang terbatas masih mungkin untuk dilakukan. Bagi mereka yang menghabiskan waktu dengan duduk terlalu lama mungkin ada pilihan untuk lebih aktif di siang hari. Misalnya melakukan peregangan, melakukan pekerjaan rumah tangga, naik tangga atau menari mengikuti musik. Selain itu, bagi mereka yang memiliki akses internet, ada pengetahuan tentang cara aktif selama pandemi yang bisa mereka akses melalui berbagi platform sosial media.

Sehingga dalam situasi seperti ini diharapkan para pelaku di bidang olahraga bisa saling berkompromi untuk kebaikan bersama dengan memanfaatkan sarana yang tersedia. Atlet profesional tetap melakukan latihan kebugaran, sarana olahraga bisa tetap dirawat untuk menjaga fasilitas dan dilakukan persiapan menghadapi kebijakan new normal di bidang olahraga. Dengan harapan setelah semua kembali normal perhelatan olahraga bisa tetap dilaksanakan dengan baik. (*)

Skip to content