Memilah Platform Digitalisasi Pendidikan

Memilah Platform Digitalisasi Pendidikan

Oleh : Atiek Rachmawati, S.S (Alumnus Prodi Sastra Daerah FSSR UNS (Sekarang FIB) Tahun 1999/ Guru Bahasa Jawa SMA N 2 Grabag, Magelang)

Situasi pandemi Covid-19 yang masih belum membaik belakangan ini, memaksa penyelenggaraan tahun pelajaran 2021/2022 masih berupa Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Tentu saja hal ini juga memaksa sekolah, guru dan siswa melaksanakan aktivitas belajar mengajar tersebut dengan mengandalkan teknologi digital. Perubahan pelayanan pendidikan ini memang terbilang sangat drastis, karena semua orang tidak pernah memprediksi bahwa dunia pendidikan akan berada pada situasi pandemi seperti ini. Namun sebenarnya, siap-tidak siap, digitalisasi pendidikan memang harus segera direalisasikan demi terlaksananya pendidikan 4.0, di mana siswa dipersiapkan untuk menghadapi tantangan di era digital secara langsung.

Digitalisasi Pendidikan memanglah sebuah konsekuensi logis selaras dengan perkembangan jaman. Walaupun juga tidak dipungkiri banyak menimbulkan pro dan kontra jika dikembalikan kepada esensi dari pendidikan itu sendiri. Di mana seperti kita ketahui bersama bahwasanya esensi pendidikan adalah pembentukan karakter, sesuai dengan pandangan hidup (way of life) yang berarti, pendidik dan tenaga kependidikan harus memelihara agar suasana pendidikan tetap relevan membangun karakter peserta didiknya. (search?q=esensi+Pendidikan).

Setelah hampir satu setengah tahun melaksanakan PJJ, setiap sekolah pastilah berupaya keras untuk mencari platform digitalisasi pendidikan mereka yang otomatis disesuaikan dengan kondisi riil masing-masing satuan pendidikan. Usaha dari masing-masing satuan pendidikan inipun juga didukung penuh oleh pemerintah dalam hal ini Kemendikbudristek beserta pemangku kepentingan lainnya, yang terus berupaya memberikan pelayanan maksimal untuk dunia Pendidikan Indonesia. Masing-masing satuan pendidikan bisa memilih tiga opsi kurikulum yang dapat diambil dalam kondisi darurat atau kondisi khusus di tengah pandemi global Covid-19 saat ini, yaitu : tetap mengacu pada kurikulum nasional, menggunakan kurikulum darurat atau melakukan penyederhanaan kurikulum secara mandiri (kurikulum essensial). (edukasi.kompas.com/read/2020/08/08)

Selain itu, diberikan juga subsidi kuota internet untuk siswa, guru, mahasiswa dan dosen yang terdiri dari kuota umum dan kuota belajar. Kuota umum adalah kuota yang dapat digunakan untuk mengakses seluruh laman dan aplikasi, sedangkan kuota belajar adalah kuota yang hanya dapat digunakan untuk mengakses laman pembelajaran kemendikbudristek. Intinya, pemerintah telah menyiapkan dan membahas roadmap system yang akan dipakai termasuk juga platform kurikulumnya.

Berbagai platform pendidikan tentunya sudah sangat familiar di dunia pendidikan sekarang. Baik yang berbayar ataupun gratis dapat dipergunakan. Tinggal sekolah memilih mana platform yang sekiranya bisa diterapkan dengan melihat berbagai karakteristik sekolah yang tentu saja berbeda antara sekolah satu dengan lainnya. Di sini penulis berkesempatan untuk belajar dan menggunakan setidaknya 3 platform pendidikan selama masa pandemi ini. Dikarenakan adanya perhitungan efisiensi dalam penggunaan platform dengan kondisi geografis dan sumber daya manusia yang dimiliki, maka tidak heran sampai saat inipun masih memilah dan memilih platform digitalisasi pendidikan yang sekiranya benar-benar bisa diterapkan di sekolah penulis.

Yang pertama adalah pengunaan google classroom pada awal pandemi. Dikutip dari glints.com, google classroom adalah platform gratis berbasis web yang dibuat untuk mempermudah kegiatan pembelajaran pendidik dan murid.  Dilansir dari Google for Education, Classroom memungkinkan para guru untuk mengatur dan menilai progres murid-muridnya sambil tetap terhubung dari mana pun juga. Karena berbasis web, platform ini secara otomatis sudah terintegrasi dengan layanan Google Suite for Education lainnya seperti Gmail, Google Docs, dan Google Calendar. Para murid bisa menerima dan mengumpulkan tugas langsung di Classroom, begitu juga para guru. Penerapan platform ini, walaupun sudah didahului dengan adanya workshop singkat, namun tetap butuh waktu untuk mempelajari dan menggunakan layanan tersebut dengan cermat dan seksama. Sementara tuntutan kurikulum yang setengah berjalan dan kemudian dihantam pandemi, membuat guru dan murid masih meraba system pengajaran seperti apa yang sedang digunakan tersebut.

Memasuki awal tahun ajaran baru 2020/ 2021 sekolah memutuskan menggunakan platform schoology. Schoology sendiri merupakan LMS (Learning Management System) atau teknologi berbasis web yang digunakan untuk merencanakan, mengimplementasikan dan menilai proses pembelajaran (Sicat, 2015). Sebagai salah satu LMS yang gratis, schoology memungkinkan kolaborasi secara online antara siswa dengan siswa, ataupun guru dengan guru bahkan juga dengan orang tua (Farmington, 2014), dan sebenarnya platfrorm inipun sudah dikembangkan sejak tahun 2009 di New York. Dengan didukung oleh berbagai bentuk media seperti video, audio dan gambar membuat schoology memiliki fitur yang sangat mendukung aktifitas pembelajaran. Dalam tampilan awal pun, schoology bisa didesain seperti mapping sekolah. Mulai adanya kelas, mata pelajaran dengan guru pengampu, serta siswa di dalam kelas tersebut. Guru pun akan dengan sangat mudah memberikan materi pembelajaran dari berbagai macam media pembelajaran, Siswa dapat melihat ataupun mengunduh materi dari guru.  Siswa dapat mengirimkan penugasan dan guru dapat mengkoreksi penugasan tersebut dengan mudah dan dapat dilakukan di mana saja. Namun seiring dengan berjalannya waktu, banyak keluhan dari siswa yang kesulitan dalam mengakses schoology. Dan bahkan akhirnya, penugasan diterima juga melalui whatsapp sebagai alternatif wadah pengumpulan tugas dari siswa.

Pada awal tahun pelajaran 2021/ 2022 ini, kembali sekolah mencari sebuah Platform PJJ atau kelas pembelajaran online yang mudah dan menyenangkan. Dengan didukung oleh tenaga IT dari guru-guru muda di sekolah, akhirnya dirancanglah sebuah platform yang bersifat web-based, bukan merupakan sebuah aplikasi karena tidak perlu dipasang diperangkat client, sehingga kegiatan belajar mengajar diharapkan bisa berlangsung secara efektif dan efisien. Moodle atau Modular Object-Oriented Dynamic Learning Environment, adalah sebuah Platform yang dibuat khusus sebagai sebuah sistem manajemen pembelajaran. Karena bersifat web-based, maka seluruh kegiatan belajar mengajar dilakukan dengan mengakses website menggunakan browser. Kelebihan moodle adalah platform ini bersifat open source dan bisa digunakan secara gratis, bahkan menurut niagahoster.co.id saat ini ada lebih dari 190 juta pengguna moodle di seluruh dunia. Kelebihan lainnya, moodle ini termasuk jenis platform yang mudah digunakan. Adanya fitur drag-and-drop lebih memudahkan guru dalam membuat materi pembelajaran. Tutotial penggunaan moodle pun juga banyak dibuat oleh komunitas penggunanya sehingga mudah ditemukan di laman internet. Moodle juga bersifat fleksibel, bisa digunakan di kelas kecil ataupun besar, aman dan bisa didesain sesuai dengan keinginan penggunanya. Dan yang pasti, karena berbasis web, moodle dapat diakses kapan saja dan di mana saja atau mobile friendly. Dengan berbagai pertimbangan tersebut, akhirnya sekolah menggunakan moodle sebagai platform PJJ dan diberi nama  SIE-SANDRA (Sistem Informasi Edukasi SMA Negeri 2 Grabag).

Dari sevima.com diberitakan bahwa sampai saat ini ada 5 platform LMS terbaik yang bisa digunakan dalam proses pembelajaran online. Yaitu sevima edlink, moodle, google classroom, edmodo dan schoology. Setidaknya dari 5 platform LMS terbaik tersebut, 4 platform sudah pernah digunakan penulis (kecuali sevima edlink), dan memang masing-masing platform mempunyai kelemahan dan keunggulan sesuai dengan karakteristik dari platform tersebut. Memilih sebuat platform untuk digunakan dalam sebuah sistem pembelajaran di sekolah harus mempertimbangkan banyak unsur. Saat ini sudah banyak platform atau aplikasi LMS untuk kegiatan e-learning yang dapat digunakan sesuai kebutuhan pengguna.

Pemilihan platform digitalisasi pendidikan adalah hal penting yang harus dipertimbangkan secara matang sesuai dengan kebutuhan sekolah. Perhatikan berbagai keuntungan yang bisa didapat dari sebuah platform yang menyangkut tersedianya akses pembelajaran jarak jauh yang dapat diakses kapanpun dan di manapun, lebih mudah dipergunakan, dan dapat diikuti siapa saja. Namun juga perhatikan perlunya kuota jaringan internet yang memadai, apalagi dilihat dari kultur geografis sebuah daerah. Perangkat gadget untuk mengakses bahan pembelajaran serta imbas kualitas belajar yang seringkali terganggu oleh stabilitas sinyal.Akhirnya, apapun platform digitalisasi pendidikan yang dipilih hendaknya mampu menciptakan sistem pendidikan yang lebih efektif dan efisien, sistem pembelajaran yang lebih fleksibel serta kemudahan dalam proses belajar mengajar. Teriring doa, semoga dunia pendidikan kembali berjalan normal dan pandemi covid-19 segera berakhir. (*)

Skip to content