Pengoptimalan Penulisan Efektif sebagai Solusi Menghadapi Permasalahan Lingkungan dan Langkah Nyata Go-Green

Oleh: Dosen Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian (FP) UNS, Mercy Bientri Y, S.P., M.Si

 

Kondisi masyarakat saat ini tidak lepas dari budaya tulis-menulis baik dalam bentuk hard file maupun soft file. Bagi kaum akademisi, budaya tulis merupakan bagian penting dalam menuangkan ide, gagasan, bagian dari pengerjaan tugas akademis, pelaporan aktivitas, maupun penyebarluasan temuan kepada masyarakat. Jenis tulisan yang sering dikenal dalam dunia kampus diantaranya laporan praktikum, laporan pertanggung jawaban, tugas paper, artikel lomba karya tulis, PKM, artikel ilmiah, maupun artikel populer. Civitas akademika terutama dosen dan mahasiswa tidak dapat dipungkiri berkontribusi pada kegiatan menulis. Meskipun budaya menulis sudah menjadi materi pada pendidikan dasar dan menengah, namun bagaimana sebenarnya konsep menulis yang efektif, aplikasinya, serta apa urgensi menulis efektif belum banyak difahami oleh banyak pihak terutama kaum pelajar dan mahasiswa.

Kosasih (2003) menyatakan bahwa kalimat efektif ialah kalimat yang secara tepat mewakili pemikiran penulisnya, mengemukakan pemahaman yang sama tepatnya antara pikiran pembaca dengan yang dipikirkan penulis. Pendapat lain menyatakan, kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili pikiran penulis secara tepat dan dapat menimbulkannya dalam pemikiran pembaca sesuai apa yang dipikirkan penulisnya (Barus, 2010). Mengapa kalimat efektif menjadi penting dalam budaya menulis? Pertama, utamanya untuk kaum akademisi, menulis efektif menjadi sangat penting dengan tujuan menghindari salah persepsi/makna ganda (confusing idea). Apalagi saat ini kita menghadapai era Volatile, Uncertain, Complex and Ambigue (VUCA). Penulisan efektif bertujuan menghindari ambiguitas. Kedua, menulis adalah suatu bentuk wakil diri. Menulis efektif menjadi wakil diri dari penulis untuk berkomunikasi dengan lawan bicara dalam hal ini pembaca. Ketiga, menulis efektif berkontribusi besar terhadap kelestarian lingkungan utamanya dalam hal penggunaan kertas, tinta, listrik, internet, dan hal lain terkait sarana dan prasarana menulis. Sehingga menulis efektif adalah bagian dari green behaviour.

Kemampuan menulis efektif di kalangan pelajar dan mahasiswa masih rendah. Hal ini dapat terlihat dari laporan, tugas atau artikel yang masih menggunakan kalimat yang tidak efektif dan sebagian masih berorientasi pada volume/jumlah tulisan. Kalimat yang digunakan dalam laporan atau tugas sering kali terlalu bertele-tele (tidak to the point) dan terdapat pengulangan. Hal ini menyebabkan tulisan yang begitu panjang tanpa mempertimbangkan bobot isi tulisan tersebut. Selain itu, pelajar dan mahasiswa masih sering kali menuliskan kalimat pernyataan lisan dalam bahasa tulis sehingga secara struktur dan makna menjadi sulit difahami oleh pembaca. Selain itu, kesalahan lain yang sering dilakukan oleh mahasiswa diantaranya penggunaan kata ganti kurang tepat dan pemilihan kata yang kurang tepat. Mahasiswa juga hendaknya menghindari dan meminimalkan penggunaan tanpa baca yang kurang tepat, kesalahan format, kesalahan ketik, kesalahan menulis nama, gelar, yang berkontribusi pada kesalahan makna.

Bagaimana sebenarnya kontribusi menulis efektif pada lingkungan? Meskipun telah dicanangkan budaya paperless, namun paperless belum sepenuhnya terwujud. Program paperless telah dicanangkan khususnya pada tingkat universitas maupun institusi pemerintahan sejak akhir tahun 1990an untuk mengurangi penggunaan kertas. Namun, budaya menulis hard file masih berlaku pada beberapa dokumen yang berarti budaya paperless masih bertahap dalam penerapannya. Hal ini berarti penulisan efektif menjadi sangat penting karena menggunakan sarana prasarana yang bersumber pada sumber daya alam yaitu kertas, tinta, listrik dan lainnya. Tingkat konsumsi kertas yang terus meningkat akan berakibat besar pada lingkungan karena terkait dengan populasi pohon dan kontribusinya pada global warming.  Konsumsi kertas berlebih juga mengancam biodiversitas hewan dan tumbuhan, mengancam ekosistem, dan menurunkan kualitas lingkungan. Jumlah produksi kertas di Indonesia mencapai 10.2 juta ton pada tahun 2013. Indonesia merupakan salah satu dari produsen pulp and paper terbesar di dunia. Namun bukan berarti kita bisa menggunakan kertas dalam jumlah yang besar. Konsumsi kertas dunia telah meningkat 400% dalam 40 tahun terakhir dengan jumlah 35% dari pohon yang ditebang digunakan untuk industri kertas.  Industri  pulp and paper berkontribusi pada produksi gas rumah kaca (EIA report, 2008).

Permintaan kertas yang tinggi adalah salah satu penyebab kerusakan hutan hujan tropis (World Resource Institute, 2017). Konversi hutan ke lahan hutan industri pupl and paper yang bersifat monokultur juga berperan pada penurunan biodiversitas organisme. Konsumsi kertas indonesia mencapai 32.6 kg per kapita.

Berdasarkan fakta penggunaan sumber daya kertas, kita harus melakukan langkah Green Behaviour sebagai langkah nyata Go-Green. Penulisan efektif pastinya menjadi solusi nyata. Effective Writing=Sustainable Paper Consumption. Hal ini juga dapat didukung dengan penggunaan format penulisan yang ramah lingkungan. Format penulisan ramah lingkungan diantaranya pengurangan  margin, pengurangan line spacing, pengurangan font size dan perubahan font type, penggunaan kertas bolak balik (double sides), serta budaya print preview untuk meminimalkan tingkat kesalahan. Penggunaan kertas daur ulang untuk tulisan konsep atau draft juga langkah yang bijak. Data menyatakan, penggunaan kertas daur ulang terbukti dapat menghemat penggunaan konsumsi energi hingga 27%, mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 47%, dan mengurangi limbah air sebesar 33%, mengurangi limbah padat sebesar 54%, dan mengurangi penggunaan kayu sebesar 100%”

Meskipun budaya soft file menulis telah berperan dalam pengurangan sumber daya alam, namun aturan penggunaan penulisan efektif tetap harus diterapkan. Penulisan efektif dapat memastikan pesan dapat tersampaikan. Penulisan efektif dapat mengurangi ukuran file yang berarti juga berdampak pada pengurangan penggunaan data internet dan listrik.

Pada akhirnya, langkah kecil dari setiap pihak dalam mengefektifkan budaya tulis yang disertai dengan pengetahuan dan kesadaran tentang dampak penggunaan sumber daya alam berlebih, akan berkontribusi besar pada kualitas lingkungan. Sikap tersebut merupakan Green Behavior sebagai bentuk nyata gerakan Go-Green. (***)

Skip to content