Pentingnya Psikoedukasi Deteksi Dini Gangguan Psikologi pada Lansia

Oleh: Rini Setyowati, S.Psi., M.Psi., Psikolog/ Dosen Psikologi FK UNS

Orang lanjut usia atau biasa disebut Lansia menurut Departemen Kesehatan ialah seseorang yang sudah mencapai umur 60 tahun dan mengalami penuaan dari segi fisik, biologis, sosial dan kejiwaan. Jumlah dan proporsi kelompok Lansia saat ini sekitar 600 juta jiwa dan diprediksi akan terus meningkat setiap tahunnya. Pertumbuhan Lansia yang terus meningkat akan menyebabkan beberapa masalah yang timbul oleh proses penuaan. Biasanya Lansia yang mengalami kemiskinan menyebabkan munculnya beberapa masalah kesehatan fisik, sosial, ekonomi, maupun psikologis.

Kesehatan psikologis Lansia dirasakan penting untuk diperhatikan. Hal ini dikarenakan Lansia memiliki tugas-tugas perkembangan yang akan mempengaruhi perubahan psikologisnya. Sebagian tugas perkembangan usia Lansia lebih banyak berkaitan dengan kehidupan pribadinnya dibanding dengan kehidupan yang bersangkutan dengan kehidupan orang lain. Umumnya, apabila seseorang telah memasuki masa Lansia mulai merasakan beberapa kondisi-kondisi patologis, diantaranya tingkat energi dan tenaga yang menurun tidak seperti masa mudanya, kulit mulai keriput, kondisi tulang yang makin rapuh, ingatan berkurang, kondisi fisik mengalami penurunan secara berlipat ganda. Hal ini menimbulkan dampak pada kehidupannya, para lansia dituntut untuk melakukan penyesuaian diri dan sosial lebih besar, sehingga rentang usia Lansia rentan terhadap gangguan atau kelainan fungsi fisik, sosial, maupun psikologis.

Gangguan psikologis yang sering dialami oleh lansia antara lain depresi, gangguan kecemasan, gangguan tidur, dementia, alzheimer dan sindroma diagnosis. Gangguan psikologis pada Lansia ini dapat menyebabkan suatu keadaan ketergantungan kepada orang lain. Namun, sebagian besar masyarakat atau para Lansia itu sendiri kurang menyadari gejala-gejala gangguan psikologis yang dialami Lansia. Maka dari itu memberikan psikoedukasi mengenai screening atau deteksi dini gangguan psikologis pada Lansia sangat dibutuhkan guna meminimalisir gangguan psikologis yang lebih berat. Dengan menyelaraskan kebutuhan fisik dengan kondisi psikologis maupun sosial mampu menjadikan Lansia lebih produktif. Dengan adanya psikoedukasi deteksi dini gangguan psikologis pada Lansia, mereka akan mampu mengatur cara hidupnya dengan baik dan memeriksakan kondisi kesehatan fisik dan psikologisnya.

Keberadaan Posyandu Lansia menjadi solusi yang tepat untuk promosi kesehatan psikis Lansia. Posyandu Lansia merupakan suatu aksi dari pengembangan kebijakan pemerintah melalui pelayanan kesehatan bagi Lansia dan diselenggarakan melalui program Puskesmas yang melibatkan peran serta keluarga, Lansia, tokoh masyarakat dan organisasi sosial dan penyelenggaraannya. Tujuan dari penyelenggaraan pelayananan kesehatan para Lansia yaitu untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan Lansia untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat.

Para psikolog dan psikiater yang telah berpengalaman yakni, dr. Rohmaningtyas Hidayah Setyaningrum, Sp.KJ., M.Kes, Rini Setyowati, S.Psi., Psikolog dan Rahmah Saniatuzzulfa, S.Psi.,M.Psi., Psikolog melakukan aksi nyata untuk membantu mengoptimalkan peran Lansia melalui kegiatan pengabdian dibeberapa Posyandu Lansia, pengurus PKK dan juga Ketua RT/RW di Kartosura. Pengabdian kali ini berfokus pada pendampingan kader Posyandu Lansia melalui pendekatan pendidikan kesehatan masyarakat berupa psikoedukasi sekaligus melakukan simulasi praktek deteksi dini gangguan psikologi Lansia.

Kegiatan ini berlangsung selama bulan Agustus hingga September 2018, para psikolog dan psikiater bekerja sama untuk menciptakan kader-kader unggulan Posyandu Lansia, dimulai dari melakukan pemaparan berbagai materi yang berkaitan dengan prevalensi kejadian gangguan psikologis secara umum dan khususnya pada Lansia, dan juga para psikolog mengajak peserta untuk brainstorming untuk memahami kondisi kasus-kasus yang sering terjadi di lapangan dan juga para kader unggulan ini dibekali dengan cara penanganan Lansia dengan gangguan psikologis.

Pengabdian yang dilakukan oleh gabungan antara psikolog dan psikiater ini diharapkan dapat menciptakan kader kesehatan Posyandu Lansia yang memiliki pengetahuan, pemahaman, serta ketrampilan mengenai gejala-gejala gangguan psikologis Lansia dan dapat meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan para Lansia agar mencapai masa tua yang bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat, dan juga meminimalisir angka kematian pada Lansia dan meningkatkan kebahagiaan Lansia di usia lanjutnya. (***)

Skip to content