BIKUNS Siap Jajaki Pasar Sepeda Listrik Indonesia

IMG_0970Selasa (12/04/2016) lalu, Rektor Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta telah menyerahkan sepeda listrik BIKUNS kepada petugas pengantar surat UNS (baca: Hilirisasi Inovasi UNS: Rektor Serahkan Sepeda Listrik pada Pengantar Surat). Sepeda Listrik BIKUNS adalah salah satu hasil penelitian inovatif yang dilakukan oleh tim riset UNS. BIKUNS merupakan sepeda listrik pertama yang dibuat di Indonesia.  BIKUNS menggunakan teknologi motor listrik BLDC 250/500 W dengan tenaga baterai LiPo4/LiCo/Led Acid. Dengan dimensi 240 x 90 x 120 cm, BIKUNS sangat nyaman digunakan dan ringan saat dikayuh. Dengan pengisian daya 3 – 5 jam, sepeda listrik ini mampu menempuh jarak 30km dengan beban maksimal 250kg.

Pangsa Pasar Tinggi

Penggunaan sepeda sebagai alat transportasi memiliki pasar-pasar yang luas. Sepeda digunakan oleh seluruh kalangan masyarakat. Dari sumber data Badan Pusat Statistik , produksi sepeda dalam negeri hanya hanya 2,5 juta unit per tahun yang artinya hanya 30-40% dari keseluruhan kebutuhan sepeda di dalam negeri. Akibatnya, banyak sepeda impor yang masuk ke dalam negeri  seperti dari pasar Tiongkok dan Taiwan. Hal ini menyebabkan produk sepeda dalam negeri terancam kalah saing. Penggunaan sepeda listrik di dalam negeri juga merupakan hal yang masih asing, karena jarang diproduksi. Jika ada yang menggunakannya, masyarakat cenderung lebih memilih produk impor seperti dari Tiongkok.

IMG_0521
BIKUNS menggunakan teknologi motor listrik BLDC 250/500 W dengan tenaga baterai LiPo4/LiCo/Led Acid. Dengan dimensi 240 x 90 x 120 cm, BIKUNS sangat nyaman digunakan dan ringan saat dikayuh.

Tim Riset UNS berupaya untuk memanfaatkan pasar penggunaan sepeda yang tinggi tersebut  untuk menghadirkan sebuah produk inovasi baru yang dirasa mampu meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi sepeda di dalam negeri, khususnya sepeda listrik. Ancaman krisis energi dan bahan bakar merupakan alasan lain yang melatarbelakangi munculnya BIKUNS sebagai alat transportasi baru. Pasar sepeda akan semakin meluas sehingga sepeda akan semakin umum digunakan. Negara-negara di dunia seperti Tiongkok dan Singapura telah menggunakan sepeda listrik sebagai alat transportasi untuk melakukan penghematan energi dan bahan bakar.

Buka Peluang Kerjasama

Miftahul Anwar, salah satu anggota Tim Riset UNS penggagas BIKUNS, menerangkan bahwa UNS telah bekerjasama dengan IMS (Inka Multi Solusi) dalam hal penciptaan prototype dan kerjasama produksi sepeda listrik BIKUNS.  IMS adalah anak cabang dari PT. INKA yang bergerak di bidang industri kereta api di Indonesia. Selain itu, ada beberapa perusahaan lainnya yang juga ingin bekerjasama untuk produksi BIKUNS karena memiliki kelonggaran waktu dan anggaran untuk memproduksi produk inovasi terbaru.

Dengan adanya respon yang baik dari perusahaan-perusahaan tersebut, pihak UNS berharap produksi sepeda listrik ini dapat dilakukan secara massal. Sebagai institusi yang melakukan inovasi, UNS tetap harus menjalankan misi utamanya yakni sebagai inovator dan lembaga pendidikan, bukan industri. “UNS harus tetap mencari mitra perusahaan yang mau mendukung dan bekerjasama dalam produksi BIKUNS. Kalau UNS sendirian saja, tidak akan menjadi industri. Proses produksi harus dilakukan dengan mitra-mitra perusahaan itu tadi,” terang Miftahul Anwar.

Produksi Secara Massal

Untuk produksi secara massal sepeda listrik BIKUNS, pihak kampus masih mengalami beberapa kendala. Dalam produksi massal, diperlukan adanya cetakan untuk menyamakan desain antara satu unit dengan unit yang lain. Untuk saat ini, BIKUNS yang diproduksi masih dibuat secara manual dengan pengukuran per satuan. Apabila berbeda ukuran, hasil yang didapatkan tidak akan sama antara satu dengan yang lain. Jika kebutuhan akan cetakan bisa dipenuhi, proses produksi BIKUNS dapat dilakukan secara massal dengan lebih efisien.

BIKUNS yang dipakai petugas pengantar surat di lingkungan UNS, dilengkapi dengan tepat dokumen di bagian belakang sepeda.
BIKUNS yang dipakai petugas pengantar surat di lingkungan UNS, dilengkapi dengan tepat dokumen di bagian belakang sepeda.

Cetakan yang dibutuhkan dalam produksi memiliki harga yang relatif mahal. Untuk membuat cetakan bodi (dari Tiongkok) memerlukan biaya ratusan juta hanya untuk satu buah cetakan. Selain itu, harga baterai yang digunakan sebagai daya BIKUNS juga relatif mahal karena belum bisa memproduksi di dalam negeri sehingga harus mengimpor. Oleh karena itu, support dari berbagai mitra perusahaan dan pemerintah sangat diperlukan dalam proses produksi BIKUNS secara massal. Apabila nantinya sepeda listrik BIKUNS sudah diproduksi secara massal, harga kisaran yang ditawarkan adalah 5-6 juta per unit.

Pengembangan Produk

Tim Riset UNS mengaku masih fokus kepada pengembangan roda dua, atau dalam hal ini BIKUNS. BIKUNS masih butuh penyempurnaan dalam aspek variasi produk. Rencananya sepeda listrik BIKUNS akan diproduksi dalam berbagai variasi dan tipe yang berbeda. “Variasi ini akan mempengaruhi harga, kualitas dan penampilan sepeda BIKUNS,” terang Miftahul Anwar.”Kalau penampilannya bagus, kualitasnya bagus, pasti yang mau beli tidak akan ragu-ragu.”

Selain fokus pada pengembangan kendaraan roda dua, tim riset UNS juga akan terus melakukan pengembangan produk roda tiga atau TRIKE UNS (becak UNS). UNS akan mencari mitra perusahaan untuk pengembangan produk TRIKE UNS. Lebih lanjut, UNS akan mengembangkan inovasi ke arah bus karena penggunaan bus sebagai angkutan umum sangat populer daripada penggunaan mobil.[](anggi.red.uns.ac.id)

Skip to content