Dosen Arsitektur UNS Kenalkan si EMPU Kampung Sewu

UNS – Bencana yang dapat terjadi kapan saja dan dimana saja menuntut kita untuk selalu waspada. Bukan hanya pada saat terjadinya bencana, namun sikap siaga dan waspada juga perlu untuk dilakukan sebelum bencana datang sebagai langkah preventif. Berkaca pada alasan itulah, Dosen Program Studi (Prodi) Arsitektur Fakultas Teknik (FT) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Dr. Eng. Kusumaningdyah mengkreasikan tas dan kacu siaga bencana bernama “si EMPU Kampung Sewu.”

Tercetusnya si EMPU atau Emergency Movement of People of Sewu didasari atas bencana banjir yang kerap melanda permukiman warga di Kampung Sewu, Kecamatan Jebres, Surakarta.

“Banjir di Kampung Sewu sudah menjadi agenda tahunan di permukiman dalam tanggul pada saat belum direlokasi. Kejadian terbesar adalah banjir besar pada akhir tahun 2007. Pengetahuan menghadapi banjir bersama warga Kampung Sewu didokumentasikan bersama dalam bentuk participatory mapping. Kami dari Laboratorium Urban Rural Design Conservation (URDC) Prodi Arsitektur FT UNS bekerjasama dengan desainer produk Tissa Florika (Apprentice NPO Art Plus Kobe, Japan) mengembangkan Disaster Tool Kit dan Disaster Prevention Activities sebagai bentuk dokumentasi tentang cara bertahan dan bersahabat dengan bencana banjir di Kampung Sewu,” papar Dr. Eng. Kusumaningdyah, Selasa (21/1/2020).

Dr. Eng. Kusumaningdyah juga mengatakan bahwa keberhasilan dalam menggali pengetahuan lokal Kampung Sewu turut didukung dengan keaktifan masyarakat bersama Budi Utomo, Ester, dan David ‘Naruto’ yang merupakan pegiat Komunitas Sibat PMI Kelurahan Sewu, Solo.

Lebih lanjut, Dr. Eng. Kusumaningdyah yang juga Kepala Laboratorium URDC Labo menceritakan bahwa ide pemilihan nama ikon si EMPU didasari oleh nama permainan dari tanah liat yang pada periode 1979-1990 kerap dimainkan oleh anak-anak di bantaran Sungai Bengawan Solo. Sehingga diharapkan dengan pemilihan si EMPU sebagai maskot dari Kampung Sewu dapat ikut melestarikan cerita dari permainan tradisional anak-anak Kampung Sewu.

Nantinya, produksi EMPU tersebut akan diajarkan kepada warga Kampung Sewu dengan metode yang familiar, menarik, dan menyenangkan dengan mengadaptasi kearifan lokal dan pengalaman bencana banjir di Kampung Sewu.

Lebih lanjut, Dr. Eng. Kusumaningdyah menjelaskan bahwa Disaster Tool Kit si EMPU merupakan bentuk pengetahuan warga terhadap banjir yang dikemas dalam desain produk yang terdiri atas 3 bagian, yaitu Koper si EMPU, Tas Siaga Bencana, dan Sapu Tangan si EMPU.

“Koper si EMPU adalah program mitigasi bencana anak-anak yang berbentuk puppet show. Di dalamnya ada peralatan yang mendukung pertunjukkan mini nan interaktif mengenai ilmu siaga bencana. Kedua, yaitu Tas Siaga Bencana yang dirancang untuk mengajarkan anak-anak siaga bencana. Di luarnya ada permainan mengenai benda yang harus dipersiapkan saat terjadi bencana. Terakhir, Sapu Tangan si EMPU yang berguna untuk melindungi hidung dari asap dan debu. Selain itu, juga untuk perban, lap, tas darurat, dan bendera,” terang Tissa Florika, desainer produk si Empu.

Saat ditanya mengenai metode pencegahan bencana dengan menggunakan si EMPU tersebut, Dr. Eng. Kusumaningdyah menjelaskan bahwa ia terinspirasi dari program Iza! Kaeru Caravan yang merupakan program mitigasi bencana untuk anak-anak dan keluarga di Jepang yang diinisiasi oleh Hirokazu Nagata (NPO Art Plus, Kobe, Jepang). Di Jepang, Iza! Kaeru Caravan menjadi progam pendidikan kebencanaan untuk keluarga yang telah populer sebab program Iza! Kaeru Caravan menawarkan metode yang menarik dan kegiatan berbasis permainan yang menyenangkan.

“Jadi, Iza! Kaeru Caravan diinisiasi oleh Hirokazu Nagata usai dirinya merasakan langsung gempa Kobe di tahun 1995. Dalam Iza! Kaeru Caravan ada ilmu-ilmu tentang mitigasi bencana dalam bentuk ide-ide kreatif dengan desain produk menarik untuk anak-anak maupun orang dewasa,” lanjut Dr. Eng. Kusumaningdyah.

Karya si EMPU tersebut kini sedang dipamerkan dalam ajang pameran Earth Manual Project (EMP) ‘Disaster and Design: for Saving Lives’ yang digelar di Jogja Gallery pada 11 hingga 31 Januari 2020.Humas UNS/Yefta

Skip to content