Dosen Lab EMPT UNS Gelar Pelatihan Hidroponik Rakit Apung dengan Dobel Pompa Venturi

Dosen Lab EMPT UNS Gelar Pelatihan Hidroponik Rakit Apung dengan Dobel Pompa Venturi

UNS — Riset Grup Lab EMPT (Ekologi, Manajemen, dan Produksi Tanaman), Program Studi (Prodi) Agroteknologi Fakultas Pertanian (FP) Universitas Sebelas maret (UNS) Surakarta mengadakan pengabdian masyarakat. Kegiatan tersebut berupa pelatihan budidaya tanaman dengan sistem hidroponik rakit apung yang dilengkapi dobel pompa venturi. Pengabdian masyarakat ini berlangsung di CV Kitanam selaku mitra di Kelurahan Karangasem, Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta. Meskipun berlangsung secara luring, tetapi dalam pelaksanaannya tetap mematuhi protokol kesehatan.

Tim Pengabdian Masyarakat Program Hibah Riset Group Non APBN UNS Tahun Anggaran 2021 Prodi Agroteknologi FP UNS ini diketuai oleh Prof. Bambang Pujiasmanto. Sementara itu, anggota tim pengabdian ini yaitu Prof. Sulandjari, Prof. Supriyono, Dr. Pardono, Dr. Puji Harsono, Dr. Eddy Triharyanto, Hery Widijanto, M.P. Hadir pula Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan  Bioteknologi dan Biodiversitas (P3BB), Prof. Sri Hartati beserta tim.

“Pengabdian ini bertujuan untuk meningkatkan pemanfaatan lahan pekarangan dengan budidaya tanaman menggunakan sistem hidroponik rakit apung yang dilengkapi dobel pompa venturi,” jelas Prof. Bambang.

Seluruh peserta sangat antusias dalam mengikuti kegiatan pengabdian yang digelar pada April lalu. Selain itu dihadiri oleh masyarakat Karangasem, kegiatan ini juga turut dihadiri oleh Ketua RW 02, Drs. Jumbadi, M.Pd. dan Ketua RT 01, Zainal Arifin.

“Kami berharap semoga dengan adanya kegiatan sosialisasi dan pelatihan ini dapat memberikan manfaat bagi warga dalam memanfaatkan lahan pekarangan maupun halaman rumah untuk budidaya tanaman dengan sistem hidroponik rakit apung,” harap Jumbaidi.

Sementara itu, Zaenal Arifin selaku Ketua RT 01 berharap kegiatan ini dapat berlanjut karena bermanfaat dalam pemenuhan kebutuhan sayur sebagai unsur gizi masyarakat.

Sebelum kegiatan sosialisai dan pelatihan ini berlangsung, peserta mengerjakan pretest (soal latihan) untuk melihat sejauh mana pemahaman masyarakat mengenai sistem hidroponik. Dalam kegiatan sosialisasi, Prof. Bambang menyampaikan bagaimana menerapkan sistem hidroponik rakit apung dobel pompa venturi, peralatan yang dibutuhkan, tanaman yang dapat dibudidayakan dalam sistem tersebut, cara pembibitan dan penanaman serta cara membuat nutrisi tanaman hingga cara mengukur pH dan EC larutan sistem hidroponik tersebut.

Dosen Lab EMPT UNS Gelar Pelatihan Hidroponik Rakit Apung dengan Dobel Pompa Venturi

“Nutrisi yang digunakan dalam sistem hidroponik yaitu AB MIX. pH dan EC air sangatlah penting dalam budidaya dengan sistem ini karena akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman, sehingga harus selalu mengontrol dan monitoring pH dan kepekatan nutrisi. Alat yang digunakan untuk mengukur yaitu pH meter, EC meter, dan TDS meter. TDS meter untuk mengukur kepekatan nutrisi, mengukur jumlah partikel atau konsentrasi terlarut dan EC meter untuk mengukur konduktivitas,”  jelasnya.

Prof. Bambang juga menyampaikan bahwa pH untuk sayuran daun 6-7,5, sayuran buah 5-5,7 sedangkan untuk tanaman buah 4-6,5. Ppm larutan pakcoy, kangkung, kubis, dan kalian sekitar 1050-1400 ppm. Pemberian nutrisi berdasarkan umur tanaman dan dapat dinaikkan sedikit demi sedikit atau dari batas bawah ke batas atas ppm. Hal ini bertujuan agar penyerapan akar terhadap nutrisi hidroponik dapat maksimal, apabila yang didapatkan lebih tinggi, maka harus diturunkan dengan menambahkan air.

Selanjutnya, semakin tinggi EC maka semakin pekat total larutan nutrisi atau daya hantar listriknya, begitupun sebaliknya. Apabila EC terlalu tinggi, tanaman akan mengalami “malformasi” atau kacau bentuk tanaman sehingga lain dari biasanya seperti daun gosong sebelah.

“Bayam, caisim, pakcoy batas EC-nya adalah 3,0 mS/cm. Jadi kita beroperasinya sampai EC 2,5 mS/cm saja. Bila tiba-tiba suhu naik, kelembaban relatif udara turun, tanaman berkeringat dan menguap lebih banyak sehingga EC larutan meningkat. Ada “keleluasaan” sebesar 0,5 untuk meredam gejolak EC agar tanaman terhindar dari keracunan,” imbuhnya.

Dalam kegiatan ini peserta dilatih oleh Ir. Triyono membuat larutan hidroponik yaitu AB MIX dan cara menuangkannya pada bak hidroponik serta mengukur pH, EC dan juga ppm pada larutan hidroponik. Ir. Triyono menyampaikan perlu kita sadari bahwa bila kita menaikkan EC, maka semakin tinggi EC yang dicapai, semakin berkuranglah efisiensi penyerapan oleh tanaman, karena faktor jenuh kembali muncul.

“Hukum law of diminishing return muncul dan derajat pertumbuhan tanaman mendekati stagnasi/mandek,” tuturnya.

Melalui pengabdian ini, diharapkan dapat meningkatkan upaya pemanfaatan pekarangan maupun halaman rumah dengan system hidroponik di Kelurahan Karangasem, Laweyan, Surakarta. Humas UNS

Reporter: Bayu Aji Prasetya
Editor: Dwi Hastuti

Skip to content