PPLH UNS Dampingi Petani Kunyit di Pacitan dalam Produksi Minyak Atsiri Kunyit

PPLH UNS Dampingi Petani Kunyit di Pacitan dalam Produksi Minyak Atsiri Kunyit

UNS — Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta melakukan pendampingan petani kunyit kepada kelompok tani Suroloyo I, Desa Bandar, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur. Dalam kegiatan yang didampingi selama tahun 2021 ini,  petani  kunyit di Bandar tidak hanya menjual kunyit dalam bentuk basah saja. Namun, diolah sehingga menghasilkan produk dengan nilai tinggi yakni minyak atsiri. 

Kelompok Tani Suroloyo I Bandar, Pacitan melakukan hilirisasi empon-empon khususnya kunyit melalui penyulingan dengan metode uap-uap dan menjual minyaknya ke industri. 

“Selama ini hasil panen kunyit dari petani langsung dijual dengan harga rendah ke tengkulak.  Oleh karena itu perlu upaya dalam rangka meningkatkan nilai tambah ke petani,” jelas Fea Prihapsara, M.Sc.  selaku ketua kegiatan pengabdian tersebut, Senin (31/1/2022).

Pendampingan ini dibiayai menggunakan dana hibah pengabdian masyarakat dari Program Pengembangan Produk Unggulan Daerah (PPPUD) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek) tahun 2021. Dana tersebut dimanfaatkan untuk investasi peralatan dalam mengolah kunyit menjadi minyak atsiri.

Ketua Kelompok Tani Suroloyo I, Agus Pramono mengatakan bahwa kunyit yang dipanen oleh petani akan disuling dengan menggunakan mesin penyulingan dengan bahan bakar dari oli bekas. 

“Lama penyulingan sekitar 7-8 jam untuk ketel kapasitas 200 kg yang akan menghasilkan rendemen sekitar 0,1-0,15%. Dalam penyulingan minyak atsiri ini tidak ada limbah yang terbuang. Kunyit basah akan menghasilkan 3 produk yaitu minyak atsiri, hidrosol, dan serbuk kunyit grade B,” terang Agus.

Minyak atsiri kunyit (Turmeric oil) memiliki banyak manfaat kesehatan, seperti mengatasi depresi, perasaan cemas, mengatasi arthritis, nyeri sendi, meredakan flu dan batuk, meningkatkan sistem kekebalan tubuh, membuat kulit halus, bercahaya, dan mengatasi gangguan pencernaan.  Minyak kunyit tersebut juga dapat dijadikan aromatherapy, minyak urut, obat tradisional, dan kosmetik.    

PPLH UNS Dampingi Petani Kunyit di Pacitan dalam Produksi Minyak Atsiri Kunyit

Sementara itu, hidrosol sering disebut sebagai hydrolate, florasol, maupun distillate water yang merupakan bagian dari komponen dari minyak atsiri yang tersuspensi di dalam air suling.

”Komposisi minyak atsiri rata-rata di dalam hidrosol adalah sekitar 0,02%. Manfaat hidrosol yaitu membantu menghidrasi kulit, mencerahkan kulit, dan sebagai aromatherapy.  Hidrosol selain dimanfaatkan dalam bahan obat tradisional dan kosmetik juga dapat digunakan sebagai difusser untuk pewangi ruangan,” imbuh Fea.

Fea menambahkan bahwa serbuk kunyit grade B digunakan untuk campuran pakan ternak atau Antibiotic Growth Promoters (AGP) untuk ayam broiler, unggas, ikan, ternak sapi, kambing, dan sejenisnya.  Selain itu, pakan campuran yang diberi kunyit penganti AGP juga sangat bermanfaat bagi ternak dalam menjaga kestabilan produksi telur untuk unggas.

Sementara itu, Agus kembali menambahkan bahwa setiap 200 kg kunyit basah yang dihargai Rp. 1.200-1.500/kg akan menghasilkan sekitar 200-250 ml minyak atsiri, 50 liter hidrosol, dan 20 kg serbuk kering. Minyak atsiri tersebut dihargai Rp 250.000/100 ml, sementara hidrosol dihargai Rp. 5000/liter, dan serbuk kering dihargai Rp. 10.000/kg.

“Sebenarnya mengolah kunyit ini mendatangkan keuntungan yang lebih daripada dijual dalam bentuk basah.  Dan kegiatan pengolahan kunyit inilah yang terus kami lakukan ke petani lain agar mereka mendapat nilai tambah,” tutup Agus. Humas UNS

Reporter: Bayu Aji Prasetya
Editor: Dwi Hastuti

Skip to content