Ubah Perilaku Masyarakat melalui Trans Theoritical Model Berbasis NLP

UNS -Guru Besar Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta sekaligus Kepala Program Studi (Prodi) S-2 Ilmu Kesehatan Masyarakat UNS, Prof. Bhisma Murti mengupas mengenai Trans Theoritical Model untuk promosi kesehatan. Hal tersebut disampaikan oleh Prof. Bhisma pada acara webinar `Penerapan Konsep Trans Theorethical Model pada Promosi Kesehatan Berbasis Neuro-Linguistik Programming (NLP)`. Webinar tersebut diadakan oleh Prodi S-2 Ilmu Kesehatan Masyarakat UNS pada Sabtu (4/7/2020).

Trans Theoritical Model mengintegrasikan beberapa teori, antara lain theory of planned behaviour, social cognitive theory, dan health belief model. Ketiganya memiliki hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi atau yang disebut dengan reciprocal determinism. Prof. Bhisma menjelaskan bahwa konstruk pertama dari Trans Theoritical Model adalah stages of change model.

“Untuk terjadinya perilaku terdapat tahapan-tahapan, tidak bisa mendadak. Kemudian, perlu ada waktu dalam terjadinya perubahan perilaku seseorang. Yang paling rendah adalah pre-contemplation atau praperunungan, di level ini kita belum bisa berharap terjadinya perubahan perilaku karena masih jauh. Jangankan melakukan perilaku yang sehat, perlunya perilaku yang sehat saja mereka belum menyadari,” jelasnya.

Prof. Bhisma menjelaskan bahwa dalam pre-contemplation dapat dilakukan dengan memberikan pengetahuan dan informasi. Namun, perlu diingat bahwa terdapat peran dari perasaan serta peran pikiran yang terletak di bawah sadar yang dapat menghambat. Tahap berikutnya yang lebih bagus yaitu contemplation yang mana individu sudah memiliki rencana untuk melakukan perilaku setidaknya dalam 6 bulan ke depan.

“Di sini individu dalam istilah sekarang disebut galau atau ambivalen antara melakukan atau tidak melakukan karena menimbang nimbang manfaat dan kerugiannya. Contohnya adalah pada perilaku menunda-nunda untuk melakukan sesuatu,” imbuhnya.

Tingkat yang lebih bagus lagi adalah preparation, jika menggunakan bahasa theory of plan behaviour, konsep ini disebut sebagai intension atau niat untuk melakukan perilaku. Jadi individu sudah melakukan perisapan dengan memilih.

“Misal langkah untuk berhenti merokok dengan memilih teman yang tidak merokok, memilih lingkungan yang bisa membantu berhenti merokok. Setidaknya dalam 1 bulan ke depan akan melakukan perilaku/ action, action di sini berarti sudah melakukan sesuatu tetapi belum teratur. Misal merokok itu sudah berhenti merokok tapi tidak total, masih bertahap namun belum mapan. Untuk mapan perlu ada stabilitas, regulasi diri sendiri, dan juga untuk mengatasi adanya kembali merokok tahap ini disebut maintenance. Jika tidak ada perubahan lagi, tidak ada cobaan lagi maka individu itu masuk ke dalam tahap termination,” paparnya.

Pada tahap decisional balance, pengambilan keputusan untuk mengadopsi perilaku baru itu dilakukan dengan mempertimbangan keuntungan atau pro dan kerugian atau kontra. Akan terjadi perilaku baru apabila keuntungan lebih kuat dari kerugian. Hal tersebut terjadi pada tahap action, bahkan pada tahap preparation juga sudah ada gap antara pro dan kontra.

Terdapat beberapa cara untuk mengubah perilaku antara lain dengan motivational interviewing atau wawancara motivasional. Dalam hal ini, dilakukan dengan pendekatan konseling kolaboratif yang berpusat pada klien yang bertujuan membantu klien mengatasi masalah dan ambivalensi agar klien melakukan perubahan perilaku untuk mencapai tujuan.

“Untuk memperoleh hasil wawancara yang bagus diperlukan hubungan yang baik antara klien dan petugas promosi kesehatan yang disebut rapport. Kemudian yang kedua empathy, mendengarkan dengan penuh perhatian. Kemudian untuk bisa efektif kepada klien harus menunjukkan kesenjangan antara tujuan klien dan perilaku sekarang. Kemudian ditawarkan jika melakukan perilaku yang sehat maka kesenjangan itu bisa dikurangi dengan mengadopsi perilaku sehat yang baru,” paparnya.

Metode perilaku yang dapat dilakukan yakni neuro linguistic programming atau NLP. NLP merupakan kumpulan teknik untuk mengidentifikasi, mempelajari, membuat model keunggulan personal, pola pikir, cara komunikasi dan perilaku orang yang sukses untuk direproduksi atau dilakukan oleh orang lain terhadap klien.

“Untuk menghasilkan hasil yang bagus, praktisi menggunakan model NLP yang sudah dilakukan pada orang-orang berhasil atau sukses. Programming sendiri adalah cara seseorang menata gagasan untuk menciptakan respons perilaku yang memberikan hasil pada seseorang. Prosesnya dari pancaindera menangkap informasi banyak sekali hingga 11 juta informasi lalu diproses oleh transmisi. Kemudian dilakukan penghapusan atensi, distorsi, generalisasi, dan kompresi sehingga menjadi lebih sedikit,” pungkasnya. Humas UNS

Skip to content