Mahasiswa UNS Kembangkan Bisnis Lampu Multifungsi dari Sampah Anorganik

UNS—Sampah anorganik telah menjadi Pekerjaan Rumah (PR) besar bagi pemerintah dan masyarakat Indonesia untuk ditangani sesegera mungkin. Pasalnya, data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menunjukkan bahwa kadar sampah anorganik di Indonesia telah mencapai angka yang sangat tinggi. Dari sekitar 68 juta ton sampah yang dihasilkan masyarakat Indonesia pada tahun 2019, 40 persen diantaranya merupakan sampah anorganik yang memiliki sifat sukar terurai. Fenomena ini diperparah dengan adanya fakta bahwa baru sekitar lima persen sampah di Indonesia yang benar-benar didaur ulang, sedangkan sisanya masih menumpuk di lingkungan. Padahal, tumpukan sampah anorganik yang ada di lingkungan sangat berbahaya, baik bagi kelestarian lingkungan maupun bagi kesehatan manusia. Hal ini tidak lain disebabkan oleh sifat sampah anorganik yang tidak dapat terurai atau hanya dapat terurai dalam jangka waktu yang sangat lama.

Krusialnya masalah sampah anorganik yang ada di Indonesia ini menginspirasi salah satu tim Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang kewirausahaan Universitas Sebelas Maret (UNS) untuk menjadikan sampah anorganik sebagai wahana bisnis. Tim yang terdiri dari Tri Lestari Prodi Pendidikan Seni Rupa 2017, Novi Indriastuti Prodi Pendidikan Luar Biasa 2016, Anis Noviatun ProdiPendidikan Luar Biasa, 2016, Lusi HikmawatiProdi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian2017 dan Meta Saharani Prodi Pendidikan Seni Rupa 2017 ini mengembangkan bisnis lampu multifungsi dengan memanfaatkan bahan baku berupa sampah anorganik.

“Sampah anorganik yang digunakan dalam pengembangan bisnis ini adalah botol-botol bekas. Kami mengolah botol-botol bekas melalui proses daur ulang, sehingga dihasilkan lampu multifungsi yang bernilai estetis dan ekonomis,” terang Tri Lestari, Kamis (20/6/2019) .

Lampu yang dihasilkan oleh tim ini dikatakan bersifat multifungsi karena tidak hanya dapat digunakan untuk kepentingan penerangan, tetapi juga untuk kepentingan dekorasi, alat penyimpan uang, tempat pensil, tempat tisu, atau pun sandaran handphone. Diusungnya konsep lampu multifungsi oleh tim ini dimaksudkan untuk memberikan nilai tambah bagi pengguna. Artinya, pengguna akan mendapatkan sejumlah manfaat dari satu produk yang sama.

Selain memperhatikan aspek fungsional, pengembangan lampu ini juga memperhatikan aspek estetika. Atas bimbingan Dr. Margana, M. Sn., tim ini berhasil menyulap botol-botol bekas menjadi sebuah lampu yang cantik dan tidak tampak seperti produk yang dibuat dari bahan sampah.

Selain itu, lampu ini juga dikemas dalam desain yang fleksibel dan dapat disesuaikan dengan keinginan customer. Beberapa desain yang telah dihasilkan selama tiga bulan perintisan bisnis ini antara lain hewan, bunga, tokoh kartun, serta animasi manusia. Desain yang fleksibel dan dapat disesuaikan dengan keinginan customer ini diharapkan dapat memperluas segmen pasar yang disasar, mulai dari anak-anak, remaja, hingga orang dewasa.

Bisnis ini diharapkan dapat menyerap tenaga kerja dari masyarakat sekitar kampus UNS. Ada pun keberlanjutan program ini diupayakan dengan menggandeng bank sampah RW 19, Kelurahan Jebres, Kecamatan Jebres, Kota Surakarta yang dikelola oleh Ibu Efi sebagai pemasok bahan bakunya. Humas UNS

Skip to content