Afrizal Ali: Ke Luar Negeri Harus Ada Usaha

Afrizal Faisal Ali, mahasiswa tingkat akhir Program Studi Teknik Mesin FT UNS ini bisa jadi disebut mahasiswa beruntung.  Betapa tidak, saat hampir putus asa mencari sponsor untuk pergi ke Bergen, Norwegia, ia  berhasil memenangkan Study Abroad Award dalam Global Challenge 2016. Afrizal mendapat bantuan pendanaan untuk kegiatan menghadiri konferensi internasional berkenaan dengan energi dan ekonomi, IAEE 39th International Conference pada 19 – 22  Juni 2016 mendatang. Selain publikasi paper, Afrizal akan mempresentasikan poster ilmiah pada konferensi bertema “Energy: Expectation and Uncertainty”.

Proses seleksi Study Abroad Award.
Proses seleksi Study Abroad Award.

Di forum internasional itu, Afrizal yang juga merupakan anggota International Association for Energy Economics (IAEE) ini akan membahas mengenai energi terbarukan. Menurut Afrizal, energi terbarukan masih banyak menghadapi kendala. Khususnya Indonesia, pembangkit tenaga listrik masih kurang, hanya sebesar 5% dan didominasi oleh geothermal dan solarcell. Itu pun baru ada sekitar 3 – 5 tahun belakangan. Dengan potensi Indonesia yang memiliki banyak pulau dan pantai terpanjang nomor empat di dunia ini, menurut Afrizal, belum ada pembangkit listrik tenaga laut khususnya energi gelombang laut.

“Subjek penelitian saya berada di Pulau Bawean. Tujuh jam mengggunakan kapal besar dari Gresik,” terang Afrizal saat ditemui, Jumat (3/6/2016). Hasil penelitian yang dilakukan sejak Januari hingga Desember 2015 inilah yang akan dipresentasikan di Norwegia. Afrizal membawa misi ingin memopulerkan ke masyarakat dunia tentang potensi energi terbarukan di Indonesia. Dari penelitiannya, Afrizal menemukan masih banyak masyarakat pesisir dari pulau-pulau kecil yang belum bisa menikmati listrik.

Ke luar Negeri Butuh Usaha

Perjalan ke Norwegia dalam rangka menghadiri konferensi, bukan perjalanan pertama ke luar negeri bagi Afrizal. Afrizal pernah mengikuti ASEAN Youth Energy Summit di Singapura tahun lalu. Di tahun yang sama, ia juga pernah mengikuti International Student Energy Summit, pertemuan tingkat dunia. Dari setiap perjalanan ke luar negerinya, Afrizal menemui permasalahan yang sama, yakni susah mencari sponsor. Bahkan, ia pernah melewatkan forum international bergengsi karena gagal mendapat sponsor.

Tidak hanya sulit mendapat sponsor, di beberapa forum internasional, Afrizal menjadi satu-satunya delegasi dari UNS. “Tidak seperti universitas lain, mahasiswanya berbondong-bondong ikut. Saya hanya sendiri dari UNS,” kenang Afrizal. Keadaan inilah yang membuat Afrizal mencari kesempatan-kesempatan lain untuk pergi ke luar negeri sekaligus membawa misi UNS sebagai World Class University.

WhatsApp-Image-20160608
Afrizal mendapatkan bantuan pendanaan untuk kegiatan konferensi international di Bergen., Norwegia.

Bagi Afrizal, keadaan kampus yang kadang tidak mendukung untuk urusan pendanaan bukan masalah utama. “Niat mahasiswa UNS ke luar negeri kurang. Kalau tidak ada dana, mahasiswa yang mentalnya jelek pasti bakal stop. Kalau yang mental baik pasti berusaha nyari sponsor lagi. Bikin proposal yang bagus,” tutur Afrizal.

Uji Mental

Penelitian di kalangan mahasiswa UNS menurut Afrizal baru sebatas syarat kelulusan dan wisuda.  Padahal, luaran penelitian berupa jurnal yang dipublikasikan atau pun paper yang diikutkan forum mampu memberi kontribusi penting bagi kampus dan peneliti. “Penelitian mahasiswa UNS sudah bagus dan jalan, tapi menjadikan lima lembar untuk jurnal agaknya susah,” aku Afrizal. Penelitian mahasiswa bidang rekayasa seperti Afrizal harus dipublikasikan di jurnal sebagai salah satu syarat wisuda. Namun, sebagian besar dari mereka sudah puas dipublikasikan di jurnal jurusan.

Menurut Afrizal, mendiseminasikan penelitian di forum internasional sangatlah penting bagi mahasiswa. Selain kesempatan publikasi jurnal, kesempatan tersebut juga dijadikan ajang menunjukkan kemampuan peneliti Indonesia. Mahasiswa asal Gresik ini memiliki pegangan “mahasiswa dituntut menjadi driver bukan passenger”, kutipan dari buku Paspor tulisan J.S Khairen yang jadi buku favoritnya. “Keduanya sama-sama sampai dalam perjalanan tapi prosesnya berbeda,” tegas Afrizal. Afrizal mengingatkan, banyak kesempatan ke luar negeri bagi mahasiswa UNS. “Ketika belajar sambil begadang, jangan hanya menulis tetapi buka lah google. Cari acara sesuai bidang dan minat. Banyak acara, kalau niat,” pungkasnya.[](red.uns.ac.id)

Skip to content