Desi: Srikandi UNS Pemboyong Medali!

UNS – Setiap mata akan terpana ketika melihatnya berada di atas gelanggang. Pakaian serba hitam dan body protector yang terpasang membuatnya tampak sangar, namun tetap anggun dalam pandangan. Sorot matanya tajam menatap lawan seolah dapat membaca setiap gerakan. Setiap pukulan dan tendangan memberikannya poin demi poin kemenangan hingga akhirnya medali emas pun dikalungkan. Begitulah gambaran seorang Desi Indah Ilmawati seorang mahasiswi Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta program studi Pendidikan dan Kepelatihan Olahraga saat melakoni pertandingan silat.

Desi, Srikandi UNS yang menekuni silat dan senantiasa memboyong medali

Bagi mahasiswi asal Sukoharjo itu, silat adalah hobi sekaligus ladang untuk berprestasi. Debutnya di dalam dunia persilatan dimulai sejak ia duduk di bangku SMP. Selama itu hampir 4 kali dalam setahun dia pasti mengikuti kejuaraan dan bisa dipastikan pulang membawa kemenangan. Kini di bangku kuliah pun hobinya tetap berlanjut dan tidak pernah surut.

Menjadi atlet berprestasi seperti Desi bukanlah perkara mudah. Perjuangannya tidak bisa dipandang sebelah mata.

“Buat dapetin pengalaman dan prestasi emang susah. Harus latihan tiap hari, pagi sama sore, kadang malam juga, free cuma hari minggu, liburan semester pun aku korbankan demi prestasi,” katanya saat membagikan resep rahasia untuk berprestasi.

Latihan yang dijalani Desi di kampus JPOK FKIP UNS Manahan

Banyak hal perlu dikorbankan. Lelah dan letih saat berlatih sudah menjadi makanan sehari-hari baginya. Namun semua itu dibayar lunas ketika di gelanggang dan menang.

Sampai semester 5 ini dia sudah mengikuti 7 kejuaraan yang rata-rata tingkat nasional. Selama itu pula hampir setiap pertandingan ia menangkan. Hanya sekali dia pernah kalah. Biasanya emas atau perak selau berhasil ia kalungkan. Prestasi tertingginya datang dari Kejuaran Nasional Pencak Silat Antar Perguruan Tinggi Piala Menpora VI yang diadakan di Universitas Lampung pada bulan Oktober 2016 lalu. Ia menyumbang satu emas dari total 18 emas yang diraih oleh Tim UNS yang saat itu menjadi juara umum.

Silat tidak mengecilkan IPK

Menjadi mahasiswi dan atlet di saat yang bersamaan memanglah sulit, begitulah yang dirasakan oleh Desi. Ia dituntut untuk belajar dengan tekun dan mendapatkan nilai yang maksimal. Namun disisi lain, ia memiliki tantangan untuk bisa memenangkan kejuaraan. Seringkali ia dihadapkan dengan pilihan sulit, contohnya ketika UAS yang berbenturan dengan satu event kejuaraan.

“Kalo ada pertandingan pas UAS emang susah. Tapi mau gimana lagi, udah hobi. Ketika pertandingan selesai baru deh ngelobi dosen buat minta ujian susulan. Alhamdulillah dosennya mau ngasih”, jelasnya.

Bagi atlet yang satu ini, sibuk latihan dan pertandingan bukan alasan untuk malas belajar. Prestasi non akademik boleh dikejar namun nilai akademik harus tetap dipertahankan, begitulah yang disampaikan oleh Desi. Dari segudang prestasi yang dimilikinya, ternyata ia memiliki IPK yang cukup membanggakan yaitu 3.52. Ia berkomitmen bahwa hobi dan kewajiban harus seimbang dan tidak boleh ada yang terlantarkan. Humas-red.uns/Imr/Isn

 

Skip to content