Ir. Hadrianus Bambang Nurhadi Widihartono, M. Sc., Perjalanan Seorang Insiyur Yang Dimulai dari Pilihan Kedua

Nanung, begitulah beliau kerap disapa oleh teman-temannya, merupakan seorang figur ayah sekaligus insinyur yang memimpin berbagai proyek pembangunan. Beliau terlatih untuk menggarap berbagai macam proyek pembangunan jalan maupun jembatan di berbagai daerah di Indonesia. Karena ketekunan, usaha, dan kerja keras, sekarang Nanung diamanahi untuk menjabat sebagai Kepala Satuan Kerja Jalan Bebas Hambatan Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum.
Pak Bambang
Sebelum menempati posisi tersebut, banyak suka dan duka yang ia alami. Salah satunya saat proyek pelebaran jalan Solo – Jogja, banyak masyarakat yang mencerca atas gangguan yang ditimbulkan dari proyek tersebut. Namun, beliau tetap mempertahankan keberlangsungan proyek tersebut, hingga saat ini jalan Solo – Jogja dapat dinikmati oleh semua elemen masyarakat. “Namanya saja proyek pembangunan pelebaran jalan raya, pasti kita mengganggu, tetapi kami berusaha untuk mencegah adanya korban jiwa,” tuturnya melalui sambungan telepon.
Ia juga menjadi pionir dari pembangunan jalan tembusan Karanganyar – Tawangmangu. “Saat itu, saya memulai semuanya dari nol, di mana saya harus mengurusi izin ke kepolisian, ke kehutanan, izin penebangan pohon, pembebasan tanah, dan lain sebagainya hingga menjadi seperti sekarang ini. Tapi, saat proyek belum selesai, saya dipindah tugaskan, sehingga tidak mengawal proyek itu sampai selesai,” ujar Nanung mengenang.
Salah satu proyek pembangunan yang sangat berkesan menurutnya adalah proyek pembangunan jalan bebas hambatan pelabuhan Tanjung Priok. Kenapa ? Karena ia bisa menyelesaikan masalah konflik sensitif keagamaan seputar hak waris tanah makam Mbah Priok yang selama beberapa dekade menelan banyak korban jiwa.
”Saya bersama tim pernah mencetak sejarah nasional, saya bersama Kapolres Pelabuhan Tanjung Priok bisa menyelesaikan konflik sensitif keagamaan makam Mbah Priok yang menelan banyak kerugian material dan korban jiwa selama 3 bulan saja. Saya sangat bersemangat untuk mengatasi konflik tersebut, dengan kejernihan pikiran, saya mencoba berkomunikasi,bernegosiasi yang baik dengan ahli waris (silent operation). Kasus tersebut selesai dan hingga seperti sekarang, tanah tersebut bisa dibangun sebagai pemangku pelabuhan Tanjung Priok dan infrastruktur jalan raya sebagai akses pendukung mobillitas keluar masuk pelabuhan. Dari kasus tersebut, saya ingin menekankan bahwa kita harus bisa berpikir jernih dalam menyelesaikan semua permasalahan, sehingga bisa mencapai deal di antara kedua belah pihak, menghindari konflik horizontal, dan yang terpenting tidak menelan korban jiwa. Dan kasus Mbah Priok itu menjadi buku putih kepolisian, dan merupakan prestasi yang sangat membanggakan untuk saya,” tuturnya saat menceritakan masalah pembangunan jalan tol pelabuhan Tanjung Priok.
Nanung juga pernah merantau di Makassar, Sulawesi Selatan selama 11 tahun. “Saat merantau di Makassar, saya menemukan kedewasaan dan kematangan. Gara-gara itu saya bisa lolos tes Strata 2 di Institut Teknologi Bandung (ITB) dan saat perkuliahan berjalan selama satu tahun, saya ditawari tes Strata 2 di luar negeri, dan saya diterima, akhirnya saya kuliah di Strathclyde University, Glassglow, United Kingdom,” tuturnya.
Di tengah kesibukannya yang sangat padat, Nanung selalu menyempatkan diri untuk pulang ke rumah untuk berkumpul dengan keluarga di Solo. Nanung menjelaskan, “Setiap hari Sabtu hingga Senin saya bolak-balik Solo Jakarta. Karena keluarga ada di Solo dan kantor saya ada di Jakarta, jadi saya harus nglaju.” Selain aktif di berbagai proyek, ia juga aktif menghubungi dengan rekan-rekan sealmamater, yaitu UNS.
Harapan Nanung untuk UNS yang akan merayakan dies natalis yang ke-39 adalah agar kita sebagai alumni harus mampu membawa dan mendukung perkembangan kampus sebagai perguruan tinggi atau akademika yang mampu bersaing dengan yang lain.
“Kita jangan pernah merasa getir meskipun kita alumni UNS, tetapi kita harus bisa menunjukkan kapasitas kita, sehingga tidak kalah dengan yang lain dan bisa bersaing dengan yang lain. Akibatnya, kita bisa membawa nama baik almamater. Selain itu, komunikasi dengan alumni sangatlah penting. Alumni jangan pernah melupakan kampus dan kampus jangan pernah melupakan alumni, terlebih alumni-alumni yang dapat memberi dampak yang positif untuk perkembangan UNS. Sehingga komunikasi antara kampus dengan alumni jangan sampai putus. Memang untuk berkomunikasi dengan alumni itu tidak mudah, tetapi kita harus berusaha untuk menjaga komunikasi dan ikatan alumni, bahkan di jakarta akan perkumpulan alumni UNS,”pungkas Nanung dari seberang telepon.[*]

Skip to content