UNS — Pramesti Ayu Pitaloka merupakan mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta yang karya tulis fiksi miliknya berhasil diterbitkan menjadi novel. Mahasiswa dari Program Studi (Prodi) Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) UNS tersebut sudah tertarik untuk menulis sejak berada di bangku sekolah dasar.

“Ketika itu aku masih umur tujuh tahun, ada tugas untuk membuat puisi bertema hari kemerdekaan. Selama penulisan puisi itu, almarhum ayah membimbing aku dalam penyusunannya. Berkat bimbingan beliau, puisiku dipajang di majalah dinding sekolah. Mulai dari situ, aku punya ketertarikan untuk menulis lebih baik lagi,” ujarnya saat diwawancarai uns.ic.id pada Selasa (13/9/2022).

Tentang Novel Komdis

Novel ini menceritakan tentang persahabatan, kehidupan perkuliahan, dan kisah yang terjalin antara Kayra Dhita Anjani, seorang mahasiswa baru yang bersemangat dalam menjalani masa ospek sampai gadis berambut pendek itu rela mengorbankan diri demi membenahi kesalahan yang disebabkan oleh kelompoknya, dengan Dirgantara Bima Lesmana, sang Ketua Komdis yang begitu tegas dalam menjalankan tugasnya, yang kemudian menaruh perhatiannya pada Kayra dan berusaha untuk mendekatinya.

Namun, dibalik sosok gadis yang tangguh itu, ternyata menyimpan trauma yang cukup besar dalam dirinya. Hujan yang menjadi kesukaan banyak orang menjadi ketakutan terbesarnya yang mengingatkannya pada kejadian begitu mengerikan di dua tahun lalu, dimana dia menghancurkan mimpi seseorang yang begitu berharga baginya. Ternyata, Dirga, si Ketua Komdis semasa ospek juga mempunyai masalah yang hampir serupa dengannya. Di depan Dirga, Kayra bisa menumpahkan semua gejolak yang ada di dalam dadanya. Kayra kira, Dirga menjadi jawaban atas doa-doanya. Akan tetapi, manusia hanya bisa berharap. Sisanya, Tuhan yang menentukan.

Pramesti menyampaikan alasannya menulis cerita itu karena ia merupakan penggemar berat novel himpunan. Dimana novel himpunan tersebut menceritakan tentang kehidupan selama menjadi mahasiswa. Mengenai teman-temannya, kegiatannya, dan organisasi yang mereka ikuti, tapi tetap ada sentuhan romansa di dalamnya.

“Di masa-masa itu sampai sekarang, lagi hangat-hangatnya tren AU atau Alternative Universe yang dikemas dalam bentuk fake chat yang kemudian di-posting di platform Twitter. Bagi para penggemar K-Pop mungkin sudah tidak asing dengan istilah AU. Nah, para penulis AU di Twitter itu membuat aku termotivasi untuk melakukan hal yang sama. Jadi, aku mulai mempublikasikan tulisanku di sana dan juga di Wattpad. Di luar dugaan, cerita yang aku buat ternyata dapat respons yang begitu memuaskan. Sampai akhirnya ada dua penerbit yang menawarkan kerja sama untuk menerbitkan ceritaku itu,” terang Pramesti.

Saat karyanya berhasil diterbitkan, Pramesti mengaku tidak menyangka hasil jerih payah selama enam bulan dalam penulisan naskah langsung terbayarkan. Ia juga berharap semoga pembaca semakin mengenal tulisannya dan apa yang ia tuangkan dalam novel tersebut bisa diambil sisi baiknya.

“Menurutku, menulis itu adalah kegiatan di mana kita menuangkan pikiran dan mengekspresikan emosi melalui rangkaian kata-kata. Aku pengen banget cerita yang aku tulis itu membekas di ingatan para pembaca dan apa yang aku sampaikan ini bisa menjadi motivasi untuk orang lain yang punya impian yang sama sekaligus menjadi motivasi bagi diriku sendiri untuk terus menulis dan menghasilkan karya,” ungkap Pramesti. Humas UNS

Reporter: Erliska Yuniar Purbayani
Redaktur: Dwi Hastuti