Lebih Dekat dengan Helo Bagas, Content Creator Asal UNS

Lebih Dekat dengan Helo Bagas, Content Creator Asal UNS

UNS — Menjadi seorang content creator yang dikenal oleh banyak orang tentu memerlukan proses yang tidak singkat. Hal tersebut seperti yang dialami oleh Bagas Ali Prasetyo, mahasiswa Program Studi (Prodi) Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta. Bagas yang saat ini duduk di semester enam merupakan pembuat konten di Instagram @helobagas, Youtube, dan Spotify.

Nama Helo Bagas tentu sudah tidak asing di kalangan remaja. Terlebih melalui Cerita Sebelum Tidur di Youtube serta podcast Kita dan Waktu di Spotify. Saat ini, Bagas telah memiliki 519 ribu pengikut di Instagram dan 562 ribu subscribers di Youtube.

Menjadi mahasiswa Sosiologi tidak menjadi penghalang untuk berkarya dalam dunia bahasa dan seni. Meskipun di kalangan masyarakat, jurusan tersebut bukanlah jurusan favorit yang diidam-idamkan oleh banyak orang layaknya Kedokteran.

Bagas menjatuhkan hatinya pada Sosiologi UNS karena Ia kerap mendapat nilai tertinggi di kelas. Bahkan ketika ada lomba cerdas cermat atau apapun yang berbau Sosiologi, Ia selalu ditunjuk sebagai caturnya.
“Itu yang membuat aku berpikir bahwa Sosiologi is fun, Sosiologi ga susah. Terus akhirnya aku coba, tadinya aku pengin Sastra Inggris atau Sastra Indonesia UI. Sampai aku bikin wallpaper di tembok. Tapi kayaknya Tuhan lagi ga pengin kasih itu ke aku, sebenenrya bisa nyoba lagi tahun depan, tapi aku ga mau buang-buang waktu terlalu lama,” ungkapnya.

Ia berhasil lolos menjadi mahasiswa Prodi Sosiologi melalui jalur SBMPTN pada 2018 silam.
“Meskipun pilihan kedua, itu gapapa karena Sosiologi merupakan hal yang aku suka. Bicara tentang manusia, interaksi dengan orang lain, itu yang sedikit demi sedikit bisa menginspirasi tulisanku. Soalnya tulisanku yang sekarang ini sedikit banyak berpengaruh juga karena studi aku di Sosiologi UNS,” tuturnya.

Bagas membuktikan bahwa menjadi berdampak bagi banyak orang dan dapat membangun karier hingga saat ini tidak harus berasal dari jurusan-jurusan favorit ataupun yang linier.

Bagas kecil hidup dengan bully-an yang kerap dilakukan oleh teman-temannya. Bahkan, tetangga-tetangga di sekeliling rumahnya pun kerap merendahkan dan menganggap remeh Bagas.

“Aku dulu sering di-bully, kaya dibilang ah lu cowo apaan sih kaya gini, mentalnya tempe banget, terus kecewek-cewaan banget. Bahkan guruku ada yang bilang kaya gitu. Pas Ibu arisan, ada tetangga yang ngomong mana mungkin Bagas bisa kuliah, kuliah kan mahal. Bagas pasti ga bakal bisa jadi apa-apa, cowo cengeng, olahraga ga bisa, di pelajaran ga pinter-pinter banget, di pertemanan kayak ansos gitu, orang diem gitu ga bakal bisa jadi apa-apa,” ungkapnya.

Bangkit Melalui Tulisan

Lebih Dekat dengan Helo Bagas, Content Creator Asal UNS

Ia mulai menuangkan karyanya dalam bentuk tulisan yang diunggah melalui platform Wattpad ketika menginjak kelas 11 SMA. Namun, lagi-lagi, Ia sempat mendapat respons negatif dari teman-temannya sendiri.

“Temen-temenku ada yang bilang kalau tulisanku di Wattpad itu sampah,” ungkapnya.

Hal tersebut sempat membuat Bagas menjadi down. Namun, di sisi lain melalui kalimat negatif tersebut, Ia menjadi semangat untuk mengembangkan diri dalam berkarya. Ketika Ia ke toko buku dan melihat rak-rak buku yang ada, Ia bergumam mengenai mimpinya untuk menjadi penulis best seller.

“Masih pengin ga sih naroh salah satu buku lo di rak-rak ini, pengin ga sih buku lo ada di jajaran best seller. Aku masih pengin, yaudah kalau masih pengen harus tetep nulis,” ungkap Bagas.

Kemudian, Ia beralih menggunakan akun baru dengan nama Adaptasi.
“Pas upacara, ada temenku yang nyuruh aku buat baca tulisan Adaptasi. Ini kalau tulisan lo mau bagus, harus baca ini,” tuturnya.

Padahal, akun Wattpad dengan nama Adaptasi merupakan akun milik Bagas.
“Akhirnya karyaku masuk ke rekomendasi Wattpad dan sering masuk mading sekolah. Karena aku lihat banyak banget penulis yang punya jutaan pembaca, 10 juta, 1 juta pembaca, tapi karyaku mentok di puluhan ribu,  akhirnya aku mikir kalau aku di Wattpad doang, aku ga bakal bisa berkembang. Terus aku nyoba terjun ke Instagram,” jelasnya.

Titik Balik

Lebih Dekat dengan Helo Bagas, Content Creator Asal UNS

Mahasiswa Sosiologi UNS tersebut memulai kariernya sebagai Helo Bagas melalui akun Instagram @helobagas yang dibuat pada 1 Juli 2017. Seiring bertambahnya waktu, pengikut Instagramnya mulai bertambah, hingga saat ini telah mencapai 519 ribu pengikut.

“Puncaknya waktu nulis buku, aku udah ngerasa ini salah satu titik balik aku, tapi itu belum cukup kan. Titik balik selanjutnya waktu podcastku jadi podcast ekslusif di Spotify sama Cerita Sebelum Tidur jadi konten yang bagus banget. Di Tiktok juga sering direkomendasiin sama orang-orang ketika ngerasa takut atau cemas, jadi mereka pada ngerekomendasiin buat dengerin podcastku,” ungkapnya.

Ia berprinsip bukan semata-mata berapa jumlah uang yang Ia miliki, tetapi bagaimana Ia dapat menyebarkan dampak positif ke banyak orang.

“Dari impact itu aku belajar, oh Helo Bagas tempatnya di sini. Aku harus memanfaatkan keadaan itu sebaik itu karena semua yang ada di bumi bahkan pekerjaanku punya expired date-nya. Mungkin 2025 Helo Bagas ga seterang sekarang, ga kedengeran lagi namanya. Makanya aku selalu mau improve, jadi aku harus manfaatin sebaik mungkin di sinar ini, di pencahayaan yang datang dari orang lain. Aku harus coba sebaik mungki karena kalau cahaya itu udah redup bahkan ga ada cahaya lagi, mau sebagus apapun karyaku pasti ga bakal dilihat,” katanya.

Peran Orangtua

Lebih Dekat dengan Helo Bagas, Content Creator Asal UNS

Dalam memulai kariernya, terdapat support system yang senantiasa memberi semangat seorang Helo Bagas. Salah satunya datang dari kedua orang tua dan salah seorang gurunya di SMA, yakni Pak Aswin.

“Orang tua ngebentuk aku cukup jadi orang baik, mereka ga pernah minta aku jadi sesuatu yang besar banget. Ibu selalu bilang kalau misalnya ketemu orang lain ya ajak ngobrol, ditanya gimana kabarnya, udah ngelewatin beban apa. Branding itu yang ngebuat kata orang baik banyak muncul dipodcast. Ibu ga pernah minta aku buat jadi dokter, ASN, ini itu, cukup jadi yang aku senangi aja,” jelasnya.

Ayah Bagas merupakan tipikal orang yang senang mengajak perbincangan tentang hidup. Melalui obrolan yang kerap dilakukan dengan Ayahnya, lahirlah tulisan-tulisan yang tidak melulu membahas dunia percintaan.

“Aku sadar ternyata di luar sana banyak orang ga punya temen cerita.  Bersyukur masih bisa sharing ke temen deket, bapak dan ibu, tapi belum tentu bagi orang lain. Makanya aku pengen jadi seseorang yang ada buat mereka meskipun secara virtual. Orang tua salah satu motivasi terbesar aku, mereka ga mau liat aku kenapa-napa. Tiap aku nulis hal sedih pasti ditanya, mas lagi kenapa gitu,” tuturnya.

Selain itu, dukungan lain diberikan oleh guru Sosiologi semasa SMA, Pak Aswin.
“Pak Aswin itu guru Sosiologi yang udah ngajarin aku ngedit juga. Beliau pernah ngajakin aku lomba short movie dan menang, di situ aku jadi script writer. Skill-skill ngedit video juga ditanamkan oleh beliau, kalau ga ada beliau aku ga ada skill ngedit gini. Beliau kaya role model aku,” katanya.

Motivasi Terus Bertumbuh

Lebih Dekat dengan Helo Bagas, Content Creator Asal UNS

Ada banyak orang yang menganggap Bagas bersi keras dan sampai ngoyo merelakan banyak hal. Ia bercerita bahwa Ia lahir dari keluarga kurang mampu sehingga ingin seperti teman-temannya yang bisa membeli apa saja yang diinginkan.

“Pas aku dapet peringkat 1, aku ga dapet reward apa-apa selain ucapan selamat dari orang tua, tapi itu yang buat aku tumbuh jadi sekuat ini. Mungkin temen-temen yang masuk 10 besar bisa dapet PlayStation (PS), sepatu yang bagus, dan hal-hal yang oke. Tapi karena Bapak aku cuma kuli bangunan, Ibuku waktu itu bantuin tetangga kayak ngegosok baju makanya aku pengin jadi sesuatu buat mereka,” ungkap content creator dengan 519 ribu pengikut tersebut.

Kalimat tersebut masih membekas hingga saat ini. Ketika di Solo, Ia menuliskan kalimat negatif tersebut di dinding kosnya.
“Bagas ga bisa jadi apa-apa. Kata ga-nya aku coret, jadi kalau dibaca Bagas bisa jadi apa aja, Bagas bisa jadi apapun yang lo pengen,” katanya.

Orang-orang juga heran mengapa Helo Bagas dapat mengacak-ngacak algoritma orang lain, pertumbuhannya cepat dan kerap berada  di posisi 3 teratas, bahkan posisi pertama.
“Aku punya short story yang orang lain ga punya. Karena jadi kuli bangunan keras banget, bahkan waktu itu aku coba buat ngangkat semen ke atas kaya yang dilakuin bapak setiap hari dan ga seberapa uangnya, itu cape banget. Sekarang aku cuma ngerekam suara udah dibayar dengan jumlah yang sangat besar. Ini yang bisa ngebungkam orang lain, termasuk teman yang pernah ngatain karyaku sampah,” ungkapnya.

Kalimat Penyemangat

Bagas mengatakan bahwa kesedihan itu sama nikmatnya dengan kebahagiaan.
“Jadi kalau kita bisa ketawa, kita harus bisa nangis, karena kadang kenapa kita sulit bahagia ya karena kita tuh terlalu banyak menahan rasa pahit di hati sendiri, ga dikeluarin jadi cerita ataupun air mata. Misal temen-temen lagi overthinking atau insecure liat pencapaian orang lain, aku selalu percaya apa yang Ibu aku bilang kalau hidup cuma sekali dan gabisa diulang lagi. Jadi apapun yang terjadi, harus kita nikmatin, gitu,” katanya.

Pesan

“Lakuin apa yang kamu suka, karena itu bisa jadi energi atau bola api yang ga bakalan habis. Jangan takut buat berproses atau memulai karena sebenarnya yang paling menakutkan dan menyeramkan adalah langkah awal.  Kalau Langkah awal kita mulai dari awal banget, kita bakal tau kira-kira dua atau sepuluh tahun ke depan bakal jadi apa. Tapi kalau kita tetap ada di perasaan takut, ga berani, ya kita ga bakalan ke mana-mana,” pesannya.

Ia mengatakan bahwa ketika takut, maka akan berhenti sampai di situ saja. Oleh karena itu, lakukan apapun yang disukai.
“Mau jadi orang hebat, tetap dimulai dari meletakan langkah pertama dulu. Jadi beraniin aja, jadi diri sendiri dulu, jangan takut karena kalau kita jadi orang lain bakal kesulitan dan tergopoh-gopoh. Ini kayaknya bukan gue banget. Tapi kalau jadi diri sendiri, orang lain bakalan suka,” katanya. Humas UNS

Reporter: Bayu Aji Prasetya
Editor: Dwi Hastuti

Skip to content