Mahasiswa UNS Dampingi Memberdayakan Pondok Pesantren Kendalikan Tomcat

UNS — Mahasiswa UNS yang terdiri dari Muh Nazir Lathif dari Fakultas Kedokteran (FK), Natasyha Advaita dari Farmasi, Sha Lisa Indriyani FK, Alifiati Saifira Salma dari Agroteknologi dan Isnaeni Pauline Fisabilillah dari Biologi mendampingi pondok pesantren untuk membasmi tomcat. Dengan karya Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Pengabdian Masyarakat berjudul Fun Integrated Controlling Program for Tomcat (FIGHT TOMCAT) berhasil memperoleh hibah dari Kemenristekdikti.
Nazir mengatakan, program ini merupakan suatu program pengendalian tomcat yang dapat mengendalikan habitat hidup tomcat secara menyeluruh dan mengobati para santri dengan strategi FIGHT TOMCAT. FIGHT TOMCAT dilaksanakan di Pondok Daarul Qur’an, Karanganyar yang mana kegiatan pengabdian ini dikembangkan sebagai Pilot Project bagi Pondok pesantren/hunian komunitas bagaimana agar dapat terhindar dari serangan serangga tomcat, dengan tetap menjaga keseimbangan lingkungan. Program ini melibatkan kerja sama antara para santri, ustadz, dan juga pengurus.
“FIGHT TOMCAT menyajikan beberapa tahapan untuk memastikan bahwa semua mitra yang terlibat tidak hanya sembuh dari penyakit Dermatitis Paederus tetapi dapat bebas dari ancaman Paederus littoralis sekali dan selamanya dengan strategi yang menyenangkan,” terang Nazir, Jumat (21/6/2019).
Beberapa tahap yang merupakan keunggulan dari program ini yaitu Preparation Program yang meliputi observasi lokasi pondok pesantren dan sekitarnya untuk pemetaan masalah, pendataan jumlah penghuni pondok pesantren Daarul Qur’an Karanganyar yang sakit dermatitis akibat tomcat, pembuatan dokumen kesepakatan (MoU) dan pembuatan media edukasi. Kemudian dilanjutkan dengan Implementation Program meliputi kegiatan implementasi program ini yang dilakukan di pondok pesantren, meliputi Tomcat Screening Action 1 dimana pada kegiatan ini dilakukan screening awal  untuk mengetahui seberapa banyak santri yang menderita dermatitis akibat tomcat. Screening dilakukan oleh dokter spesialis kulit dan kelamin (SpKK) dan diikuti oleh santri dan para ustadz di pondok pesantren. Kegiatan ini juga turut menghadirkan dr. Paramasari Dirgahayu, PhD dan Ketua Lembaga Kesehatan Mahasiswa Islam (LKMI) Surakarta.
“Screening ini dimaksudkan untuk menghimbau para santri beserta para ustadz untuk lebih peduli dengan kesehatan dan kebersihan tubuh serta lingkungan guna mencegah terinfeksinya para santri dan ustadz akibat tomcat,” imbuhnya.
 Pada sesi sharing dengan para santri, diketahui bahwa masih banyak santri yang tidak mengerti mengenai tomcat dan infeksi yang disebabkannya, dan dari hasil screening pemeriksaan yang dilakukan oleh para dokter spesialis kulit, diketahui bahwa banyak santri terinfeksi tomcat dan belum ditangani dengan baik.
Walaupun Tim FIGHT TOMCAT telah menyelesaikan Implementation Program di Pondok Pesantren Daarul Qur’an namun tim kami tetap melaksanakan Monitoring and Evaluation Program sebagai keberlanjutan dari program ini dimana dilakukan  kegiatan tes pemahaman dan monitoring and sharing yang menjadi poin penting dalam kontrol dan evaluasi terkait keberhasilan kegiatan edukasi mengenai tomcat terhadap para santri dan menjadi kontrol dan evaluasi terkait keberhasilan penanganan tomcat.
Dengan membangun sistem pencegahan dermatitis tomcat yang terpadu, pihaknya melibatkan para warga pondok pesantren dimana program ini akan menghasilkan 20 orang Kader FIGHT TOMCAT yang disebut dengan TOMCAT FIGHTER. Mereka terdiri dari 10 santri laki-laki dan 10 santri perempuan yang harus selalu dibina keberadaannya melalui proses kaderisasi adik kelas yang di training sebagai kader secara kontinyu akan bahaya serangga tomcat diupayakan melalui pemasangan poster, leaflet, pemberian buku dan pembuatan website dan media sosial FIGHT TOMCAT untuk menjadi pusat informasi seputar tomcat secara online dan pojok tomcat. Humas UNS
Skip to content