Mahasiswa UNS Hadirkan Rumah Dongeng Kinciria

UNS – Berfokus pada penanaman nilai-nilai kebaikan dan keceriaan untuk anak-anak, Dhini Winahyu Hapsari menghadirkan Rumah Dongeng Kinciria sejak Mei 2018 lalu. Mahasiswa Ilmu Hukum Universitas Sebelas Maret (UNS) ini memulai gerakan tersebut lantaran resah dengan nilai kebaikan dan sopan santun pada diri anak-anak yang menurutnya mulai terasa asing.

“Selain itu, banyak juga anak-anak yang tidak cukup beruntung mendapatkan kebahagiaan di masa kecil mereka,” ujar Dhini saat dihubungi uns.ac.id pada Kamis (30/7/2020).

Oleh karenanya, Rumah Dongeng Kinciria bertekad untuk menjadi komunitas yang bergerak atas dasar kepedulian terhadap moral anak-anak di Solo Raya pada khususnya dan Indonesia pada umumnya. Sebagaimana visi misi komunitas, penanaman nilai bagi anak-anak ini pun berpedoman pada Pancasila.

Berbicara perihal metode dongeng, Dhini menjelaskan bahwa metode ini dipilih karena dirasa sebagai salah satu metode efektif dan kreatif yang dapat digunakan untuk menyisipkan nilai kebaikan dan menasihati anak tanpa harus menyakiti.

“Melalui dongeng, nilai-nilai dapat tersampaikan dengan baik dan dengan cara-cara menyenangkan. Selain media transfer ilmu, dongeng juga menghadirkan keceriaan bagi anak-anak. Inilah yang juga menjadi alasan saya menyukai dongeng,” imbuh Dhini.

Lebih lanjut, kata Dhini, Rumah Dongeng Kinciria memiliki tiga fungsi utama. Pertama yaitu dongeng untuk anak Indonesia, kedua pendidikan berkala, dan ketiga langkah-langkah kebaikan. Sebagaimana visi misinya, fungsi yang pertama berarti Rumah Dongeng Kinciria memberikan fasilitas berupa dongeng, metode kreatif, dan katarsis kepada anak-anak pada umumnya melalui berbagai kesempatan.

Hal tersebut juga didukung dengan fungsi ‘langkah-langkah kebaikan’. Berdasar fungsi tersebut, Rumah Dongeng Kinciria tidak membatasi ruang gerak kebaikan ataupun sinergi sosial para Pasukan Ceria (sapaan anggotanya). Komunitas berupaya memberi ruang bagi setiap anggotanya untuk tetap melakukan inisiasi proyek kebaikan di luar ruang lingkup pendidikan. Baik dalam bentuk kolaborasi ataupun kegiatan bersifat insidental.

Sementara untuk fungsi ‘pendidikan berkala’, Pasukan Ceria aktif mendampingi anak-anak di Pucangsawit RT/RW 001/011 Jebres, Surakarta secara berkala setiap satu Minggu sekali. Pendampingan tersebut tidak hanya dilakukan dalam bentuk dongeng, tetapi juga katarsis ataupun permainan menyenangkan.

“Untuk pendidikan berkalanya, kita buat kurikulum setiap bulan. Setiap Minggunya kita merencanakan pembelajaran apa yang akan disisipkan, dan ini lebih ke nilai kehidupan. Misalkan tentang ungkapan ‘maaf’, ‘tolong’, dan ‘terima kasih’. Itu kita ulang selama satu bulan. Tapi karena ini lagi pandemi, kita lebih ke media sosial geraknya,” terang Dhini.

Saat ditanya perihal tantangan, Dhini menyoroti titik jenuh yang dapat dialami oleh anak-anak dan bagaimana tetap membuat anak-anak bersemangat. Begitu pula dengan kerekatan dan konsistensi anggota yang memiliki kesibukan beragam. Terlebih di masa pandemi di mana pertemuan langsung tidak dapat dilakukan.

Selain itu, anggota yang bergabung di Rumah Dongeng Kinciria awalnya belum semuanya dapat mendongeng. Alhasil, mereka pun harus belajar dongeng bersama.

Kendati demikian, Dhini tetap merasa bahagia dengan kegiatan yang ia lakukan bersama Rumah Dongeng Kinciria. Sebab, mendongeng memang menjadi hal yang ia gemari dan mampu hadir bagi anak-anak dengan cara menyenangkan sebagaimana yang ia katakan di awal perbincangan. “Arti dongeng buatku itu kayak pelepasan stres,” tutup Dhini.Humas UNS

Reporter: Kaffa Hidayati
Editor: Dwi Hastuti

Skip to content