Mahasiswa UNS Kaji Separator Berbahan Polietilena pada Baterai Lithium Ion

UNS – Kajian lebih lanjut tentang baterai lithium ion untuk aplikasi perangkat elektronik dilakukan tiga mahasiswa Program Studi (Prodi) Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Sebelas Maret (UNS). Mereka adalah Dewi Nur Hikmah, Muhammad Shalahuddin Al Ja’farawy, dan Rizka Dewi Meilina yang mengkaji hal tersebut dan berhasil masuk Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional Ke-33 untuk bidang Penelitian Eksakta.

Dewi Nur Hikmah menjelaskan bahwa ide dasar dari PKM PE ini ialah penggunaan perangkat portable terus meningkat setiap tahunnya. Hanya saja, kapasitas media penyimpanan energi masih kecil dan keamanan baterai pada perangkat portable yang masih kurang

Lebih lanjut, mahasiswa bimbingan Dr.Eng. Hendri Widiyandari, S.Si, M.Si. ini mengatakan,
umumnya perangkat portabel masa kini menggunakan penyimpanan daya jenis baterai sekunder karena penggunaannya dapat terus dipakai hanya dengan mengisi ulang.

“Salah satu contoh baterai sekunder yaitu baterai lithium ion. Sehingga diperlukan studi lanjut pada permasalahan ini. Di sisi lain, baterai lithium ion merupakan baterai yang menjanjikan di masa depan karena memiliki efisiensi yang tinggi, ringan, dan tidak ada efek memorinya,” ujar Dewi selaku Ketua Tim, Sabtu (21/11/2020).

Dewi pun mengatakan, pada kajian ini Dewi dan tim berfokus pada salah satu bagian dari baterai lithium ion yaitu separator. Sebuah komponen penting dalam baterai yang berfungsi untuk mengalirkan ion lithium dan mencegah terjadinya arus pendek listrik. Di mana, bahan komersial yang digunakan dalam separator yaitu polietilena.

Pemilihan fokus ini tidak terlepas dari adanya kelemahan polietilena. Kendati bahan tersebut berupa polimer plastik yang mudah ditemukan dan memiliki stabilitas baik, tetapi ia masih memiliki kelemahan. Yaitu nilai konduktivitas ionik yang rendah dan penyusutan termal tinggi.

Nilai konduktivitas ionik yang rendah dapat menurunkan kinerja baterai lithium ion. Sebab, semakin rendah nilai konduktivitasnya maka kinerja baterai semakin menurun. begitu pun sebaliknya. Sementara itu, penyusutan termal yang tinggi dapat meningkatkan suhu dalam baterai dan menyebabkan baterai panas sehingga berpotensi untuk meledak, tidak bertahan lama, dan mudah rusak.

“Untuk mengatasi kelemahan tersebut, dapat dilakukan dengan komposit material pada separator polietilena. Setelah dikaji lebih dalam penambahan material komposit pada separator polietilena dapat meningkatkan nilai konduktivitas ionik dan penyusutan termalnya rendah,” terang Dewi.

Berbicara ihwal Pimnas Ke-33 yang akan diselenggarakan di UGM tanggal 20-29 November 2020 secara daring , Dewi dan tim tengah mempersiapkan diri serta berusaha semaksimal mungkin. Mereka berharap, dapat memperoleh medali dan mengharumkan nama UNS.

“Selain itu, tentu kami berharap studi yang kami lakukan dapat digunakan sebagai referensi untuk pembuatan baterai lithium ion khususnya bagian separator di era modern ini,” pungkas Dewi. Humas UNS

Reporter: Kaffa Hidayati
Editor: Dwi Hastutia

Skip to content