Mahasiswa UNS Manfaatkan Mikroorganisme untuk Atasi Limbah Batik

UNS – Mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta berhasil meraih prestasi membanggakan dalam ajang `Biology Science Project Ideas Competition` (BIOSPEC ) yang digelar di Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Rabu (31/7/2019) lalu.

Dalam ajang tersebut, Feni Andriani yang merupakan mahasiswa asal Program Studi (Prodi) Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UNS menggagas ide pemanfaatan mikroorganisme dalam penanggulangan limbah cair batik yang ada di Kampung Batik Laweyan, Solo dalam essaynya yang berjudul `BW-hunter (type:Pd.01) : Biodekolorisasi Limbah Cair Batik di Laweyan Surakarta`.

“Nah, untuk alasan pemilihan Kampung Batik Laweyan itu karena di lingkungan sekitar pencemaran yang terjadi menimbulkan efek keresahan, seperti bau, warna air di sekitar lingkungan (berubah), belum lagi apabila terkonsumsi makhluk hidup bisa menyebabkan kematian, iritasi, dan karsinogenik. Jelasnya limbah cair batik telah menyebabkan pencemaran tanah dan pencemaran air. Di sisi lain IPAL di Surakarta masih terbatas dan pembuatan IPAL serta reparasi membutuhkan biaya yang sangat mahal,” ujar Feni saat ditanyai perihal alasannya memilih Kampung Batik Laweyan sebagai tempat penelitiannya.

Seperti diketahui, limbah batik memang tidak begitu saja mudah untuk diurai. Apalagi bagi industri batik rumahan/ skala kecil, limbah tidaklah menjadi perhatian utama bagi pengrajin batik. Oleh sebab itu, Feni menggagas adanya ‘BW’ yang berarti batik waste hunter dengan mikroorganisme Pencillium decumbens.

“Jadi Pencillium decumbens itu dipilih karena memiliki sifat biodekolorisator, jamur Pencillium decumbens menghasilkan enzim laksase sebesar 2000 IU/ml. Enzim ini mampu mendekolorisasi pewarna sintesis sekitar 5-10 hari setelah masa inkubasi,” papar Feni.

Dengan hasil yang berhasil diraihnya tersebut, Feni berharap agar gagasannya dapat terus dikembangkan dalam pengelolaan limbah cair batik yang ada di Kampung Batik Laweyan.

“Alhamdulillah terimakasih telah menjadi bermanfaat. Semoga gagasan ini bisa terus dikembangkan sehingga masalah limbah batik dapat teratasi,” ujar Feni. Humas UNS/Yefta

Skip to content