PKM UNS: Mahasiswa UNS Beri Pelatihan Membatik pada Rehabilitan RSJ

pelatihan”Ti-Tik” kepada purna reabilitan Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta
Pelatihan”Ti-Tik” kepada purna rehabilitan Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta

Mahasiswa, sebagai perubahan masyarakat dituntut mampu berkomunikasi dan berkontribusi nyata kepada masyarakat sesuai dengan bidang pendidikan yang telah ditempuh masing-masing. Berangkat dari hal ini, tiga mahasiswa UNS yang tergabung dalam Tim Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) melakukan pengabdian masyarakat melalui seni membatik. Adalah M. Rudianto, Lathifatun Dzatun Nuha, dan Arfi’ Rosyidah yang mengadakan Pemberdayaan Rehabilitan Instalasi Rehabilitasi Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta melalui tutorial pelatihan “Ti-tik” tie-dye mix batik yang diaplikasikan dalam pembuatan corak pada kain maupun kaos.

““Ti-tik” atau  tie-dye mix batik adalah dua jenis metode batik yang berbeda, yaitu teknik tie-dye atau teknik ikat celup digunakan dalam memberi pewarnaan pada kain atau kaos, dengan batik digunakan dalam pembuatan motif serta tulisan-tulisan pada kain atau kaos yang kemudian digabungkan menjadi satu. Ini merupakan teknik pewarnaan yang baru,” papar M. Rudianto, Ketua Tim PKM.

Kegiatan yang dilaksanakan setiap hari Kamis yang dimulai sejak tanggal 24 Maret 2016 dan berakhir pada tanggal 30 Mei 2016 lalu ini diikuti sebanyak 15 sampai 20 orang setiap kali pertemuan. Para peserta rehabilitan berasal dari daerah Solo, Ponorogo, Purwodadi, dan sekitarnya yang merupakan daerah sentra batik. Pelatihan ini memiliki tujuan yang diarahkan kepada rehabilitan yang sudah purna masa rehabilitasi dan dipersiapkan untuk kembali ke masyarakat.

Perkembangan peserta mulai terlihat meskipun tidak mengarah ke langsung ke aspek psikologi. Kegiatan yang dilakukan oleh Rudi dan tim mampu membangkitkan ingatan mereka tentang batik. Hal ini terlihat ketika mereka sudah bisa mengingat dan menceritakan kegiatan mereka di masa lalu ketika pernah bekerja di perusahaan batik, serta dapat bersosialisasi dengan pelatih dan peserta lain. Peserta-peserta yang sudah mengikuti pelatihan 2-3 kali bahkan bisa mengajarkan kepada peserta lain yang baru mengikuti.

Peserta pelatihan "Ti-Tik" menjemur kain batik
Peserta pelatihan “Ti-Tik” menjemur kain batik hasil karya mereka.

Rudi dan tim membagi kegiatan menjadi tiga, yaitu tutorial, pelatihan, dan pendampingan. Tutorial merupakan pendekatan  secara emosional dengan peserta mejelaskan metode “Ti-tik” yang juga diharapkan dapat membantu membangkitkan memori lama peserta sebelum mereka kembali ke masyarakat. Kemudian pelatihan secara praktik, peserta purna rehabilitan menghasilkan lembaran kain yang diproses menjadi beberapa produk dimana hasil tersebut akan mendapatkan pendampingan dalam pemasaran. Rudi juga menjelaskan tentang tantangan dalam kegiatan ini seperti ketika Tim PKM harus menuruti kemauan peserta dan ada juga peserta yang seringkali tidak selaras dengan pelatihan.  Kadang, mereka juga harus menghadapi peserta yang jahil. Hasil penjualan dari produk-produk hasil kegiatan akan  dialokasikan untuk penjual, pengembangan pelatihan, dan juga alat-alat yang digunakan.

“Perlunya kegiatan seperti ini dilakukan agar dapat mendorong inisiatif mahasiswa-mahasiswa lainnya untuk membuat kegiatan yang sama untuk pengabdian dan memulai sesuatu yang baru di masyarakat,” komentar Tiwi Bina Affanti, Dosen Pembina Tim PKM ini.

Dengan pemberian keterampilan “Ti-Tik” ini, diharapkan menjadi bekal untuk dapat berkarya dalam mengisi waktu luang dan juga berwirausaha. Para rehabilitan yang sudah mampu berkomunikasi serta berinteraksi dengan baik akan memperoleh pelatihan secara menyeluruh dari pembuatan produk hingga proses pemasaran.[](elsa.red.uns.ac.id)

Skip to content