Solutif dan inovatif, Mahasiswa UNS Ciptakan Pelapis Antivirus Berbasis Selulosa sebagai Alternatif Pencegahan Penyebaran Covid-19

Solutif dan inovatif, Mahasiswa UNS Ciptakan Pelapis Antivirus Berbasis Selulosa sebagai Alternatif Pencegahan Penyebaran Covid-19

UNS — Tiga mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta melakukan inovasi di tengah pandemi Covid-19. Pandemi yang telah terjadi hampir dua tahun justru memicu mahasiswa untuk ikut berkontribusi aktif melalui sejumlah inovasi. Salah satunya inovasi yang dilakukan oleh Nurani Alawiya, Jeesica Hermayanti, dan Achmad Nurul Yaqin. Nurani dan Jeesica merupakan mahasiswa UNS Fakultas Matematika dan Ilmu Alam (FMIPA). Sementara Achmad adalah mahasiswa dari Fakultas Kedoteran (FK).

Dibimbing oleh Dr. rer. nat. Maulidan Firdaus, S.Si., M. Sc., dan tergabung dalam tim Program Kreativitas Mahasiswa Riset Eksata (PKM-RE), ketiga mahasiswa tersebut menciptakan produk berupa material pelapis antivirus. Material pelapis tersebut terbuat dari selulosa limbah tandan kelapa sawit yang ditambahkan dengan kitosan dan agen virus ion perak. Pelapis antivirus ini dapat diaplikasikan pada permukaan benda seperti gagang pintu, tombol lift, pegangan tangan dan lainnya sehingga dapat menggantikan penggunaan desinfektan.

Sejak pandemi Covid-19, penggunaan desinfektan tidak dapat dihindari. Bahkan desinfektan masuk ke dalam stater pack yang selalu dibawa oleh masyarakat karena bisa mensterilkan permukaan benda yang terkontaminasi virus Covid-19. Sayangnya, desinfektan memiliki kandungan Natrium Hiproklorit (NaOCI) dan alkohol yang memiliki efek samping seperti iritasi kulit dan mata, serta gangguan sistem pernapasan. Bahkan penggunaan jangka panjang bersifat karsinogenik. Desinfektan juga mudah menguap sehingga kurang efektif untuk mencegah infeksi.

Oleh karena itu, tiga mahasiswa UNS mencetuskan pelapis permukaan dengan fitur antivirus yang lebih efektif. Pada umumnya, material pelapis menggunakan bahan dasar Polivinil Asetat (PVAc) dan Polivinil Alkohol (PVA) yang merupakan polimer turunan minyak bumi. Akan tetapi, kelangkaan dan mahalnya harga minyak bumi mendorong tim PKM-RE untuk membuat pelapis permukaan dari bahan terbarukan, seperti biomassa.

“Salah satu biomassa yang berpotensi diaplikasikan sebagai bahan pelapis adalah selulosa yang dapat diisolasi dari limbah Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS),” ujar Nurani.

Produksi kelapa sawit di Indonesia mengalami kenaikan setiap tahunnya. Begitupun dengan hasil limbah pengolahannya. Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan bahwa setiap tahun sekitar 10,1 juta ton TKKS dihasilkan dari 46 juta ton produksi kelapa sawit di Indonesia.

“TKKS ini mengandung selulosa yang tinggi sekitar 43-63%. Selulosa TKKS ditambahkan kitosan sebagai penguat material. Kitosan diperoleh dari limbah kulit udang yang banyak ditemukan di Indonesia,” lanjut Nurani.

Selain menambahkan kitosan, TKKS juga ditambahkan ion perak dari AgNO3 dengan konsentrasi yang telah disesuaikan. Penambahan ion perak berfungsi sebagai agen antivirus, sebab ion perak merupakan antivirus yang baik jika dibandingkan dengan logam lainnya. Selain itu, logam perak juga lebih terjangkau secara ekonomis.

Meskipun diperuntukan bagi pelapis permukaan, pelapis antivirus ini aman bagi kulit. Bahkan tim PKM-RE juga melakukan uji kekuatan tarik material dengan hasil yang memuaskan, yakni 99,4%.

“Pelapis antivirus ini mampu bertahan baik di air. Jadi misal kena hujan atau disentuh beberapa kali, pelapis tersebut tetap ada,” imbuh Nurani.

Melalui penelitian inovatifnya ini, Nuraini dan tim memperoleh pendanaan sebesar Rp 9,5 juta dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi RI (Kemendikbudristek RI). Selain itu, penelitian ini juga sedang diajukan sebagai Hak Kekayaan Intelektual (HaKI) dan akan dipublikasi di konferensi SANREM 201 di Universiti Malaysia, Sabah.

Saat ditanya oleh tim uns.ac.id mengenai harapan tim PKM-RE atas inovasi pelapis antivirusnya pada Jumat (17/9/2021), Nuraini berharap agar temuannya dan tim dapat berkontribusi terhadap kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) guna menurunkan angka kasus Covid-19.

“Harapannya selain bisa berkontribusi terhadap kemajuan Iptek juga dapat memperoleh produk pelapis antivirus yang memiliki aktivitas yang baik dalam pencegahan penyebaran virus Corona sehingga angka kasus Covid-19 menurun,” pungkas Nurani. Humas UNS

Reporter: Alinda Hardiantoro
Editor: Dwi Hastuti

Skip to content