Tim Debat FISIP UNS Sabet Dua Piala di International Governance Conference IPDN 2018

Tim Debat FISIP UNS Sabet Dua Piala di International Governance Conference IPDN 2018

UNS – “When students participate in debate, they learn to study issues in depth and from perspectives, a skill I use everyday in the Senates,” sebuah quote dari Presiden ke-44 Amerika Serikat, Barack Obama, mengapresiasi kemampuan mahasiswa untuk berdebat. Bisa dikatakan bahwa orang yang memiliki kemampuan untuk berdebat patut untuk diapresiasi, karena untuk menjadi pemimpin negara adikuasa seperti Amerika, seorang Barack Obama harus mempunyai skill tersebut. Di kancah debat, tiga mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret (FISIP UNS) Surakarta berhasil menorehkan prestasinya dalam International Governance Conference (IGC) IPDN 2018.

Muhammad Noverizko Adriano, Muhijaatul Asfarah, dan Muhammad Ikhsanul Amin, mahasiswa program studi Administrasi Negara (AN) angkatan 2014 dan 2017 mewakili UNS dalam lomba debat yang merupakan rangkaian acara IGC IPDN 2018 di Sulawesi Utara. Tak tanggung-tanggung, mereka berhasil memboyong dua piala dari lomba tersebut, sebagai juara satu tim debat dan best speaker. Mereka berhasil mengalahkan kandidat lain yang merupakan mahasiswa dari perguruan tinggi negeri maupun swasta dan IPDN dari seluruh Indonesia.

Tema dari lomba debat tersebut adalah Engaging the Spirit of Youth towards SDG’s 2030. Menurut Noverizko dan anggota tim yang lain, tema ini menarik karena menuntut kemampuan generasi muda untuk berfikir kritis mengenai Sustainable Development Goals Indonesia di tahun 2030. Berdasarkan United Development Program (UNDP) ada 17 poin SDG. Untuk mempersiapkan argumen debat berkaitan dengan 17 poin tersebut, Noverizko dan tim sudah mempersiapkan materinya sebelum keberangkatan mereka ke Sulawesi Utara.

“Dari 28 released motions-nya, kita bagi-bagi tugas buat cari definisi, data, dan membangun kerangka argumen. Kemudian baru kita simulasikan debatnya dua kali, karena kebetulan waktunya mepet dan mereka (Ikhsanul dan Asfarah) ini lagi padet-padetnya kuliah,” jelas Noverizko, yang merupakan mahasiswa paling senior dari ketiganya.

“Temanya cukup menarik, apalagi buat yang suka membaca. Kebetulan kita juga mahasiswa AN jadi ada mata kuliah Ilmu Politik yang membahas tentang kenegaraan juga. Kalau bagi kita sebagai mahasiswa AN sih sangat menarik, tentunya dengan mengikuti lomba ini kita dapat mengimplementasikan ilmu yang kita dapatkan di kampus,” tambah Ikhsanul.

Tim Debat FISIP UNS Sabet Dua Piala di International Governance Conference IPDN 2018
Dua piala, juara satu tim debat dan best speaker, serta sertifikat kejuaraan berhasil diboyong oleh Muhammad Noverizko Adriano, Muhijaatul Asfarah, dan Muhammad Ikhsanul Amin

Pengalaman yang menarik saat lomba

Mengikuti perlombaan debat nasional di luar pulau Jawa memberikan banyak pengalaman menarik bagi Noverizko, Ikhsanul, dan Asfarah. Selain bertemu dengan banyak orang baru, mereka juga memperoleh banyak pengalaman baru. Contohnya, mereka dapat bertemu dengan para juri yang sangat jelas dalam memberikan penilaian serta sangat terbuka ketika diminta untuk menjelaskan, selain itu mereka juga dapat mengetahui budaya dari para peserta lomba yang berasal dari seluruh penjuru Indonesia.

“Kalau menurut saya, hal yang menarik dari lomba tersebut adalah dapat bertemu dengan juri-juri yang kredibilitasnya saya acungi jempol. Saya juga banyak belajar pengalaman baru dari para juri karena mereka selalu menjelaskan hal-hal yang saya tidak pahami ketika saya bertanya usai penilaian. Selain itu, kami, para peserta lomba pun juga tidak saling menganggap tim lain itu lawan. Kita menjadi teman, saling bertukar pengalaman dan ilmu sewaktu di sana. Jadi, lomba kali ini memberi saya banyak sekali pengalaman yang berharga,” jelas Asfarah.

Argumen terbaik saat debat

Noverizko, sebagai best speaker, mengungkapkan bahwa salah satu pendapat yang ia jelaskan sewaktu debat dan membuat juri memberinya nilai bagus sehingga menjadi best speaker yakni mengenai ‘landfill tax’. Ia mengungkapkan bahwa landfill tax dapat dijadikan kebijakan untuk diterapkan di seluruh Indonesia karena masalah sampah di Indonesia merupakan masalah yang serius dan sulit ditangani.

Landfill tax adalah pajak untuk limbah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Jadi kita mengusulkan itu untuk menjadi sebuah solusi acuan kebijakan untuk diterapkan di seluruh Indonesia, mengingat jumlah sampah yang menyebabkan pencemaran di Indonesia. Jadi menurut kami, produsen atau konsumen yang menghasilkan limbah harus membayar pajak. Hal tersebut juga merupakan bentuk pendidikan kepada masyarakat dan pelaku usaha agar tidak membuang sampah sembarangan,” papar Noverizko. humas-red.uns.ac.id/Tni/Dty

Skip to content