Agar Bonus Demografi Tak Menjadi Bencana Demografi, Berikut Pandangan Dosen UNS

Agar Bonus Demografi Tak Menjadi Bencana Demografi, Berikut Pandangan Dosen UNS

UNS — Tahun 2030 Indonesia diprediksi akan mencapai puncak bonus demografi. Momentum tersebut tentu harus dihadapi dengan persiapan yang matang. Dosen Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Lintang Ronggowulan, S.Pd., M.Pd. mengatakan, kondisi bonus demografi ditujukan ketika jumlah masyarakat usia produktif (15-64 tahun) lebih mendominasi dibandingkan masyarakat berusia non-produktif.

“Menurut perkiraan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappenas), pada tahun 2030 Indonesia akan memiliki jumlah penduduk dengan usia produktif mencapai 64% dari total penduduk Indonesia,” ujar Lintang, Kamis (3/3/2022).

Lintang melanjutkan, bonus demografi ini dapat memberikan dampak positif maupun negatif. Tergantung bagaimana upaya pemerintah dan masyarakat dalam menyambut kehadiran puncak bonus demografi di tahun 2030 mendatang. “Bonus demografi adalah tantangan yang harus bisa dijawab. Karena bonus demografi dapat menjadi sebuah bencana demografi apabila tidak dipersiapkan dengan baik dan matang,” ungkap Lintang.

Bonus demografi juga berarti tantangan akan persaingan kerja semakin terbuka dan keras. “Usia produktif yang mendominasi, sehingga perlu berbanding lurus dengan terbuka lebarnya lapangan pekerjaan. Apabila ketersediaan lapangan pekerjaan minim, maka dapat diprediksi mengakibatkan tingginya angka pengangguran. Inilah akar dari kemunculan bencana demografi,” imbuh Lintang.

Tingginya angka pengangguran yang tidak teratasi ini diperkirakan akan bendampak secara berkelanjutan. Di mana dampak tersebut dapat mengakibatkan aging population yang berakibat pula pada tingginya angka harapan hidup di usia lansia. Juga berpotensi meningkatkan angka kemiskinan dan dapat menimbulkan motivasi untuk melakukan tindak kejahatan.

Dengan demikian, perlu dimulai dari sekarang persiapan menyambut puncak bonus demografi. “Peran kita sebagai mahasiswa tentu harus senantiasa meningkatkan kualitas diri. Menjadi mahasiswa yang berkualitas akan membawa posisi mahasiswa menjadi masyarakat yang kreatif dan mampu memanajemen serta memecahkan permasalahan baik lingkup permasalahan individu maupun sosial. Selanjutnya membekali diri dengan ilmu kewirausahawan agar siap menghadapi puncak bonus demografi di tahun 2030,” jelas Lintang.

Ketika bisa menjawab tantangan dari bonus demografi, secara tidak langsung mampu meningkatkan produktivitas yang menjadi peluang menaikkan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Maka, pemerintah dan masyarakat perlu bergandengan tangan serta berupaya keras demi menyongsong puncak bonus demografi di tahun 2030 mendatang. Humas UNS

Reporter: Lina Khoirun Nisa
Editor: Dwi Hastuti

Skip to content