Alumni FK UNS Adakan Diskusi Mengenai Pandemi Covid-19

UNS-Keluarga Alumni (KA) Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta mengadakan diskusi ilmiah lintas angkatan. Kegiatan tersebut dilaksanakan secara daring melalui aplikasi Zoom Meeting dan siaran langsung lewat Youtube pada Minggu (21/6/2020) yang diikuti sekitar 80 alumni. Dalam diskusi yang dimoderatori oleh dr. Tonang Dwi Ardyanto, Ph.D. ini menghadirkan beberapa alumni FK UNS sebagai narasumber. Mereka yakni dr. Taufik Wally, dr. Rita Evalina, dr. Mohammad Syahril, dr. Slamet Budiarto, serta beberapa alumni lainnya.

Diskusi ilmiah ini bertujuan untuk bertukar pikiran mengenai Covid-19 yang dikemas secara santai. Dr. Rita Evalina dalam materinya yang berjudul Imunologi Vaksinasi mengungkapkan bahwa fungsi sistem kekebalan tubuh yakni sebagai proteksi terhadap organisme pathogen.

“Sel yang berperan dalam pertahanan tubuh yaitu sel falgosit, basofil dan sel mast, serta sel limfosit. Tanda inisiasi respons imun dimulai pada jaringan non lymphoid dengan macrophage dan Dendritic Cell (DC) sebagai pemeran utama. Aktivasi DC adalah awal mulainya Primary Immune Response. Kemudian terikatnya antigen dengan reseptor DC ini dimulai dengan antigen processing, migration DC ke lymph node, dan maturase DC,” paparnya.

Efektivitas imunisasi juga dapat terganggu oleh mediator yang dihasilkan dari stimulasi vaksin.
Hubungan interval dengan efektivitas vaksin. Konsekuensinya adalah jadwal atau interval imunisasi harus diperhatikan, terutama vaksin hidup. Pada umumnya, interval 4 Minggu sudah cukup untuk menyelesaikan gangguan dari mediator dan sitokin.

“Untuk mencegah gangguan imun dapat dilakukan dengan aktivasi dari vaksin hidup respons imun primernya bisa dinetralisasi dengan vaksin hidup kedua jika diberikan interval kurang dari 4 minggu. Imunoglobulin manusia juga mengandung banyak antibodi termasuk campak. Antibodi ini akan menetralisasi setiap vaksin hidup, oleh karena itu bisa ditunggu 3 bulan hingga konsentrasi antibodinya menurun,” tambahnya.

Dalam materi yang berbeda, dr. Slamet Budiarto menyampaikan mengenai peran Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dalam era pandemi dan new normal.
“IDI berperan untuk melindungi masyarakat dan melindungi anggota. IDI juga ada di tingkat pusat maupun tingkat provinsi, meskipun ada di gugus tugas namun tetap kritis terhadap penanganan Covid-19. Seharusnya penggunaan masker diwajibkan sejak awal, namun baru akhir Maret masyarakat diwajibkan mengenakan masker padahal lebih dari 40% tanpa gejala,” jelasnya.

Pada penghujung acara, terdapat sesi tanya jawab yang dilakukan oleh peserta dan pembicara. Terdapat pertanyaan perihal pasien yang sudah dinyatakan sembuh namun kembali terinfeksi virus corona tanpa gejala.

Dr. Rita kembali menjelaskan bahwa terjadinya reinfeksi disebabkan oleh beberapa faktor.
“Terjadinya reinfeksi tergantung dari hostnya, kalau hostnya lemah kemungkinan besar akan terjadi virus kembali. Kemudian juga tergantung dari virus itu sendiri, seperti jumlah dari sel virus tersebut, faktor lingkungan juga berpengaruh. Jika faktor-faktor tersebut terpenuhi maka reinfeksi dapat terjadi,” jelasnya.

Dr. Stenli juga menambahkan bahwa sel Covid-19 yang sudah mati masih mengandung sisa RNA,. Covid-19 yang masih hidup maupun yang sudah mati dapat dibedakan dengan uji lab. Apabila cycle time yang ke-30 atau lebih maka dapat disimpulkan bahwa sel tersebut merupakan sisa jenazah sel Covid-19 yang mati, namun jika di bawah 30 maka sel tersebut masih hidup.Humas UNS/Bayu

Skip to content