Bersama Mendikbud, Rektor UNS Bahas Merdeka Belajar

UNS – Rektor Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Prof. Jamal Wiwoho menjadi pembicara dalam acara Seminar Nasional Online Pentahelix pada Selasa (4/8/2020). Mengangkat topik `Recovery Pembangunan Nasional Pasca Pandemi melalui Konsep Pentahelix` agenda tersebut diselenggarakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Negeri Surabaya (Unesa). Hadir dua narasumber lain yaitu Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Republik Indonesia (RI), Nadiem Anwar Makarim dan Dr. Martadi M.Sn selaku Kepala Bidang Pengembangan Profesi Pendidik Unesa. Mengawali acara sambutan diberikan oleh Ketua Pelaksanaan dari BEM Unesa dilanjutkan Rektor Unesa, Prof. Nurhasan M.Kes.

Inovasi program Kampus Merdeka dicetuskan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) pada awal tahun 2020 dengan tujuan meningkatkan kualitas mahasiswa untuk berkontribusi pada pembangunan negara. Esensi dari Kampus Merdeka ialah `menikahkan` bidang industri, organisasi non-profit, pemerintah, masyarakat dan pendidikan untuk merekonstruksi yang sudah ada menjadi lebih baik. `Berlatih di laut terbuka` ialah penggambaran yang diharapkan mampu diterapkan oleh mahasiswa.

Pada kesempatan tersebut Nadiem menjelaskan bahwa kondisi yang terjadi saat ini tidak mudah. Inovasi yang telah direncanakan menemui hambatan akibat dari krisis ekonomi dan krisis kesehatan. Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) bukan agenda prioritas yang dipersiapkan oleh Kemendikbud. Hal tersebut merupakan tantangan yang saat ini harus dihadapi. Pembelajaran tatap muka masih menjadi prioritas yang perlu disesuaikan untuk saat ini. Pola pikir masyarakat khususnya mahasiswa harus berubah dalam melihat situasi ini, bukan sebagai kesulitan tetapi peluang.

“Tidak ada yang namanya perubahan atau inovasi baik dalam institusi mupun individu tanpa mengambil resiko,” tutur Nadiem.

Rektor UNS, Prof. Jamal Wiwoho menyampaikan tentang kondisi saat ini dari berbagai sudut pandang salah satunya ekonomi. Dijelaskan oleh beliau bahwa di masa pandemi kondisi ekonomi sangat beragam. Ada yang merasa dirugikan tetapi ada juga yang mendapat keuntungan. Kondisi tersebut menuntut masyarakat untuk melakukan inovasi dalam melaksanakan aktifitas sehari-hari untuk bertahan hidup.

“Skenario ideal yang bisa dilakukan ialah memperkecil penyebaran Covid-19 dan kegiatan ekonomi masyarakat masih berjalan dengan melakukan inovasi disemua aktivitas,” ujar Prof. Jamal.

Saat ini bukan saja satu sektor saja yang terdampak akibat pandemi, hampir semua sektor terdampak dan mengalami perubahan pelaksanaan. Kuliah yang biasanya dapat dilakukan didalam kelas kini harus dilakukan dengan jarak jauh. Inovasi daring ini menjadi pintu masuk akselerasi merdeka belajar dan kampus merdeka. Pada tahun 1970-an, ada sebuah istilah Deschooling Society yaitu konsep yang mengatakan bersekolah tidak otomatis belajar, belajar tidak harus di sekolah. Belajar bisa dilakukan di mana saja.

Peluang ini perlu dimanfaatkan dengan baik yaitu melakukan persiapan terhadap infrastruktur dan Sumber Daya Manusia (SDM) yang terlibat. Beberapa diantaranya seperti pendanaan, dosen, mahasiswa dan sistem yang menunjang. Salah satu metodologi pembelajaran yang bisa dipersiapkan ialah Metode Project Based Learning. Dengan tetap menjaga protokol kesehatan, dosen dan mahasiswa dapat menjalankan proyek sebagai pengganti pembelajaran tatap muka. Softskills atau kemampuan di luar akademik menjadi salah satu poin penting yang perlu dikembangkan saat ini. Tujuan masa depan ditarik mundur untuk mengetahui kebutuhan apa saja yang diperlukan dan kini dipersiapkan dengan matang.

Kemudian terakhir disampaikan topik `Kemitraan Pentahelix Dalam Mendukung Kampus Merdeka` oleh Dr. Martadi. M.Sn. Secara umum Kepala Bidang Pengembangan Profesi Pendidik Unesa ini menyampaikan tantangan dan peluang perguruan tinggi serta kemitraan pentahelix mendukung kampus merdeka. Sinergi dalam berbagai bentuk perlu dipersiapkan oleh akademisi, pelaku dunia usaha (bisnis), masyarakat, media dan pemerintah. Humas UNS

Reporter: Ratri Hapsari
Editor: Dwi Hastuti

Skip to content