Bersama Pakar Branding dan Komunikasi, URDC Labo UNS Bahas Ekosistem Kota Kreatif

UNS – Laboratorium Urban Rural Design and Conservation (URDC Labo) Fakultas Teknik (FT) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta menggelar webinar bertajuk “Peran Anak Muda Membangun Ekosistem Solo Kota Kreatif”, Rabu (14/10/2020).

Dalam webinar yang digelar melalui Zoom Cloud Meeting dan disiarkan lewat kanal Youtube FT UNS, URDC Labo mengundang tiga narasumber. Mereka adalah Dr. Eng. Kusumaningdyah N.H (Kepala URDC Labo), Kandi Windoe (Praktisi City Branding) dan Dr. Andre Rahmanto (Kepala Program Studi (Kaprodi) Magister Ilmu Komunikasi FISIP UNS).

Sebagai pembicara pertama, Dr. Andre mengatakan, usaha untuk mengembangkan branding suatu kota, yang dalam hal ini adalah kota Solo, tidaklah mudah. Hal tersebut diakibatkan oleh banyaknya stakeholder, potensi, dan kepentingan dalam suatu kota.

“Anak muda salah satu stakeholder yang penting untuk terlibat dalam kota kreatif atau city branding. Kota kalau dibikin tidak bisa seperti branding produk, tapi kota ini s_takeholder_-nya beragam dan banyak kepentingan maka jauh lebih kompleks. Tapi, itu seninya,” ujar Dr. Andre.

Dalam usaha untuk mem-branding suatu kota, Dr. Andre menyebut perlu adanya pengumpulan data terkait potensi yang dimiliki suatu kota. Hal-hal yang bisa diulik dan diangkat dalam branding kota kreatif, diantaranya pariwisata, perdagangan dan investasi.

Selain itu masih ada sejumlah atmosfer kota kreatif yang dapat diwujudkan, hal tersebut meliputi kemampuan mengubah tantangan menjadi kreativitas, menciptakan insan kreatif, menggunakan katalisator berupa ruang kreatif (fisik maupun non-fisik), menyeimbangkan kosmopolitanisme dan lokalisme kota, hingga manajemen birokrasi yang praktis dan efektif.

Mengevaluasi branding yang pernah dilakukan kota Solo, Dr. Andre menyoroti sejumlah hal. Diantaranya evaluasi, strategi perencanaan, politik dan kepemimpinan, strategi promosi, kelembagaan dan komitmen stakeholder.

“Sangat penting adanya kebijakan dan kepemimpinan yang dilakukan. Dulu Jokowi sangat getol melakukan branding dan setelahnya tidak sehingga berbeda sekali. Kalau branding-nya terintegrasi maka akan mengubah banyak hal dan di Indonesia saya belum melihat kota yang secara komprehensif melakukan branding,” imbuhnya.

Menyambung pemaparan Dr. Andre, Kandi Windoe, menerangkan city branding adalah seluruh upaya memajukan kebudayaan. Dalam hal ini, city branding harus menyangkut sistem kemasyarakatan, religi, kebudayaan, dan teknologi.

Kandi Windoe mengatakan city branding harus dibarengi dengan karya untuk menciptakan wadah keberagaman ide, pikiran, budaya, dan karya cipta lintas batas. Selain itu, ia juga mengingatkan pentingnya peran anak muda, seperti yang sudah dikatakan Dr. Andre, jika anak muda adalah organ penggerak yang mampu melahirkan karya melalui berbagai media.

“Anak muda bisa mengisi media tersebut dengan kreativitas dan inovasi baik berupa bentuk, karya, dan warna,” terang Kandi Windoe.

Sebagai pembicara terakhir, Dr. Eng. Kusumaningdyah mengatakan kota Solo yang terbatas secara Sumber Daya Alam (SDA) sudah berusaha menggenjot industri keratif sejak lama. Dalam kaitannya pada bidang kebudayaan Jawa, Dr. Eng. Kusumaningdyah mencontohkan fase kehidupan manusia dalam budaya Keraton Kasunanan dan Mangkunegaran (Rites of Passage).

“Dari fase lahir sampai mati dalam budaya Jawa selalu ada selebrasinya. Misalnya, pada produk budaya kriya dimulai dengan dekorasi dan karangan bunga, dan seni pertunjukkan seperti pranata upacara dan tari-tarian. Hal-hal ini ada tapi kita sering tidak menyadarinya,” ujar Dr. Eng. Kusumaningdyah.

Dr. Eng. Kusumaningdyah yang juga dosen pada Prodi Arsitektur FT UNS menerangkan banyak mahasiswanya yang tertarik mengambil bidang kreatif dan ruang publik dalam kurun waktu 3-4 tahun terakhir. Ia menilai keterlibatan mahasiswa Prodi Arsitektur dibidang spasial mampu menciptakan citra dari city branding, baik menyangkut rancang bangun dan rancang kota, termasuk menggali budaya dari suatu kawasan. Humas UNS

Reporter: Yefta Christopherus AS
Editor: Dwi Hastuti

Skip to content