Budidaya Ikan Sidat, Bisnis yang Menjanjikan

Ikan Sidat

Universitas Sebelas Maret (UNS) melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (LPPM) melakukan riset tentang budidaya ikan sidat bekerjasama dengan Shigerland co. Ltd, Osaka, Jepang. Ikan sidat sendiri merupakan salah satu komoditas perikanan berskala internasional yang memiliki nilai ekonomi tinggi yang dalam lima tahun terakhir mempunyai kisaran harga rata-rata US$25-40. Pada tahun 2012, kebutuhan ikan sidat dalam pangsa internasional mencapai 600 ribu ton—130 ribu ton permintaan ikan sidat datang dari Jepang yang merupakan konsumen ikan sidat terbesar di dunia. Sembilan dari sembilan belas jenis ikan sidat di dunia berasal dari Indonesia. Salah satunya yang bernama ilmiah Anguilla bicolor, bicolor hanya bisa ditemui di kawasan perairan bagian barat Indonesia dan mempunyai harga jual yang tinggi. Ditambah lagi, secara kuantitas produksi ikan sidat dari perairan Indonesia masih tergolong rendah yaitu kurang dari satu persen.

Berangkat dari hal itulah, UNS mencoba untuk mamaksimalkan potensi yang dimiliki Indonesia dengan melakukan riset tentang budidaya ikan sidat. Riset yang mendapatkan dana dari berbagai sumber ini dimotori oleh beberapa staf dosen yang berasal dari FMIPA dan bekerja sama dengan pihak-pihak dari kalangan industri.

FMIPA UNS juga menggandeng Shigeru Matsushita yang berperan sebagai buyer dan investor dari Shigerland co. Ltd., bertempat di Osaka, Jepang. Para petani plasma juga digandeng untuk beternak dan membudidayakan ikan sidat. Para petani plasma juga diberi pelatihan tentang pembudidayaan yang meliputi cara menangani penyakit, pemberian pakan, pembuatan kolam, dan membuka filter. Untuk menunjang pembudidayaan tersebut, dibuatlah rekayasa teknologi produksi yang meliputi teknologi pangan, pembesaran glass eel (bayi sidat) hingga elver (sidat muda), dan pembesaran elver menjadi ikan sidat ukuran standar konsumsi. UNS memberikan petani plasma bibit ikan dan juga pakan untuk proses perawatan, jika ikan sidat sudah siap panen maka akan dibeli pleh pihak UNS.

Penjualan ikan sidat ini tidak dalam bentuk bentuk mentah, tetapi ikan sidat tersebut akan dipisahkan terlebih dahulu antara daging dan tulangnya (fillet), dipanggang, lalu dikemas, dan selanjutnya akan diekspor seluruhnya ke Osaka, Jepang oleh pihak UNS terkait kerjasama dengan Shigerland co. Ltd. Berhubungan dengan harga jual ikan sidat yang tinggi sekitar US$25-40, maka produk ini tidak diperuntukkan untuk pasar lokal Indonesia. Harga yang didapat UNS dari petani plasma adalah sekitar Rp200 ribu per kilogram. Hal ini dikarenakan proses perawatan ikan sidat yang rumit dan lama—sekitar enam bulan.

UNS juga mencanangkan rencana jangka panjang mengenai proyek ini, yaitu dengan menggandeng perusahaan-perusahaan besar, BUMN, dan juga para pemilik modal besar untuk mendukung pembudidayaan ikan sidat yang memiliki nilai jual sangat tinggi. [dodo – uns.ac.id]

Skip to content